BONANZA - 006

52.7K 2.6K 0
                                    

006'

******

"Aw! Pelan-pelan, Ca!" pekik Nanza seraya menarik kakinya menjauhi tangan Caca yang berusaha mengobatinya.

"Dikit lagi, Za. Ya ampun. Ulah lo sendiri sampe kayak gini. Aduh, lo kenapa si, makanya jangan kebut-kebutan di jalan, ah." cerocos Caca.

Nanza meringis saat kapas berbetadine itu menyentuh luka di lututnya, "Panjang ceritanya. Aws!"

Caca menatap Nanza, "Bahkan lo belum lunasin cerita kemarin. Sekarang lo ngutang cerita lagi. Pokonya hari ini lo ceritain dari awal, Za."

"Iya-iya! Udah-udah. Udah sembuh. Thanks ya, Ca." Nanza langsung turun dari brankar. Gadis itu menurunkan celana olah raga nya yang tersingkap selutut.

"Apaan, sembuh dari mana nya? Luka separah itu lo nggak sakit, apa?" heran Caca. Tangan gadis itu membereskan kotak p3k.

"Terlalu lebay kalo di rasain. Yok, kembali ke lapangan." Nanza langsung keluar UKS duluan.

"Punya temen baru yang nggak punya perasaan sama sekali sama tubuhnya sendiri. Nanza manusia apa, si?" cibir Caca mengekori Nanza dari belakang.

Saat sampai lapangan, Nanza hanya duduk di tepi lapangan di tamani Caca karena gadis itu mendapat izin dari Pak Bima guru olah raganya. Kedua gadis itu menatap teman sekelasnya yang sedang bermain bola.

"Oke. Gue cerita sekarang," Nanza menceritakan dari awal masalahnya dengan Sonya, hingga tubuhnya yang terjatuh tadi pagi.

"Gila, lo adalah orang yang berani masuk ke dalam hubungan Kak Lingga dan Kak Sonya, Za." Caca menggelengkan kepalanya.

"Apapun akan gue lakuin demi Rere, Ca." ucap Nanza mendapat tatapan kagum dari Caca.

"Rere pasti bangga punya sahabat kayak, lo. Lain kali, gue ikut nongkrong deh sama kalian. Nggak pa-pa kan?"

Nanza menatap Caca, "Gas. Gue juga ngerasa nyambung sama lo. Gue kenalin lo sama Rere nanti. Pasti sama-sama sengklek."

"Aih, kasar amat!" protes Caca.

"Serius gue, gak boong." Ucap Nanza seraya merogoh kertas terlipat di dalam saku celana olah raganya.

Nanza kembali membaca tulisan di atas kertas itu, hal pertama yang di sukai Kalingga adalah membaca di perpustakaan.

Caca mengintip sedikit kertas di tangan Nanza, "Wih, tentang Kak Lingga, tuh. Bener banget. Kak Lingga emang suka ke perpustakaan pas jam istirahat. Suka pas-pasan juga sama gue. Jarang istirahat dia. Kadang gue juga denger dia debat sama pacarnya. Bahkan bisa dibilang hampir tiap hari."

"Pantesan gue gak pernah liat dia. Selain pas pulang." ucap Nanza seraya melipat kembali kertas tersebut dan memasukkannya kembali ke dalam saku.

Caca mengangguk, "Gue mau cerita sama lo tentang Kak Lingga setahu gue. Kak Lingga gak pernah masuk ke kantin lagi sejak saat itu. Saat itu ada kejadian dimana keributan terjadi menyangkut dirinya. Kak Lingga adalah rebutan cewek-cewek SMA Purnama, terutama cewek kelas dua belas."

Caca menarik napasnya, "Cewek-cewek SMA Purnama ribut meributkan Kak Lingga sampai adu jotos. Kak Lingga yang nggak tahu apa-apa, malah dia yang kena panggil BK dan di kasih surat peringatan. Kayaknya itu alasan Kak Lingga yang cuma bisa ke luar kelas buat ke perpustakaan doang. Dia mungkin nggak mau kena masalah lagi."

Nanza yang mendengar itu mulai paham, "Lo tau alasan Kak Lingga bisa pacaran sama Sonya?" tanya gadis itu penasaran.

"Kalo masalah itu gue kurang tau, tapi dulu Sonya juga adalah penggemar Kak Lingga. Mungkin dia main dukun, si. Bisa jadi." tuduh Caca.

Nanza tertawa mendengar Caca, "Bisa jadi, si."

******

Sebelum pulang, Nanza mengganti pakaiannya terlebih dahulu dengan olah raga yang di kenakkannya pas tadi jam olah raga. Gadis itu tidak mau lukanya ketahuan oleh Serin juga Tama.

Nanza menggendong tas nya lalu keluar dari kamar mandi. Tidak sengaja, netranya menangkap Kalingga yang berjalan menuju parkiran.

Nanza langsung berlari mengejar laki-laki jangkung itu, "Kak!" gadis itu menepuk punggung Kalingga dengan tangan kanannya.

Mengatur napasnya yang tesengal, Nanza menyeimbangkan langkahnya dengan Kalingga. Gadis itu berdecak mendapati Kalingga yang tidak menghiraukannya.

"Kak, balik bareng, yuk. Kita kan searah." ajak Nanza.

Masih mengabaikan Nanza, Kalingga memilih untuk mengambil hoodie hitamnya di dalam tas dan memakainya.

"Kak! Masih marah? Padahal gue tadi nggak bikin masalah sama si Kak Sonya, lho. Masa Kak Lingga masih marah?" gadis itu berjalan ke depan tubuh tegap Kalingga.

Selesai memakai hoodienya, Kalingga menatap Nanza, "Kita nggak searah, dan gue nggak marah." ucap laki-laki itu lalu melewati Nanza kembali berjalan.

Nanza ikut berbalik mengekori Kalingga sampai ke parkiran, "Tapi kok diemin gue, si?"

"Gue harus apa? Harus perduli gitu, sama lo?"

Nanza mencabut kunci motor Kalingga dan menyembunyikannya ke belakang punggungnya, "Baikan, yuk? Kita coba akur biar akrab, gimana?" tawar gadis itu.

Kalingga membuang kasar napasnya, "Gue nggak suka di permainkan kayak gini. Balikin." laki-laki jangkung itu menatap tajam Nanza.

"Gak mau. Kak Lingga minta maaf dulu ke gue." ucap Nanza menatap ke arah lain.

"Minta maaf? Salah gue apa sama lo?" tanya Kalingga.

Nanza menghela napasnya, "Coba deh pikir sendiri. Lo lakuin kesalahan, Kak."

"Stop Za, gue nggak tau maksud lo apa. Balikin kunci gue sekarang. Gue buru-buru." laki-laki itu berusaha mengambil kunci motornya di balik punggung Nanza.

Nanza berhasil menghindar, "Minta maaf, dulu."

Kalingga berdecak, "Oke! Gue minta maaf! Puas, lo?! Balikin." laki-laki itu merebut paksa kunci motornya dari tangan Nanza.

"Oke. Lain kali jangan kebut-kebutan lagi Kak. Gue nggak bisa kejar lo. Sekarang gue tau kemampuan lo." ucap gadis itu langsung berbalik menuju motornya yang terparkir di ujung.

Kalingga hanya menatap tingkah gadis itu. Ada apa dengan Nanza? Bukannya gadis itu tidak pernah mau mengakui kemampuannya memang di bawah Kalingga. Tetapi kali ini berbeda. Kalingga jadi kepikiran.

Bahkan cara jalan Nanza sedikit berbeda di mata Kalingga. Nanza jatuh dari motor? Pertanyaan itu muncul di otak Kalingga.

******
TBC
.

BONANZA •  [TERBIT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang