Jangan lupa vote komen 💚
Happy reading~***
Vadri terus berteriak pada Puspa, dia mencecar Puspa dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa Puspa jawab.
"Jawab pertanyaan saya dengan benar!"
"Saya sudah menjawab pertanyaan Anda dengan benar sejak tadi!"
Vadri mendorong Puspa dengan kasar yang membuat dokter militer itu jatuh tersungkur di kegelapan, bahkan earphonenya sampai terjatuh entah ke mana.
Vadri terkekeh lalu berjongkok, tangannya tiba-tiba menarik rambut puspa. Entah apa kesalahan Puspa hingga di perlakukan dengan kasar.
"Masih tidak mau jujur?!"
"Aw, sakit. Lepas," rintih dokter militer itu.
"Jawab maka—" Ucapan Vadri terhenti saat ada yang menarik Bahunya lalu menghajarnya hingga tersungkur.
Puspa memperjelas penglihatannya, itu Galih. Laki-laki yang sejak tadi berkomunikasi dengannya.
"Bangun, lawan saya, jangan lawan perempuan." Galih melepas jaket kulinya lalu menutupi kaki Puspa yang roknya tersingkap.
"Kami datang ke sini baik-baik untuk menjadi relawan. Kurang jelas apa penjelasan kami siang tadi?"
"Kalian itu mata-mata Sole, kan?" tanya Vadri sambil mengelap ujung bibirnya.
"Ada bukti?" tanya Galih. "Anda itu jangan asal menuduh. Bagaimana jika mata-mata Sole itu sebenarnya adalah Anda sendiri?"
"Jaga mulut Anda!"
"Dituduh tanpa bukti kesal, bukan?"
Galih kemudian berjongkok dan membangunkan Puspa untuk segera pergi dari tempat itu.
"Ledakan tadi berasal dari tempat kalian, kan? Kenapa kalian terlihat baik-baik saja?!"
"Lalu apa kami harus mati?" jawab Galih tanpa meghentikan langkahnya dan menoleh sama sekali.
"Lalu kenapa bangunan itu tidak meledak?"
"Dalam kimia jika takaran bahan peledak tidak banyak, maka tidak akan ada ledakan besar." Galih menghentikan langkahnya lalu menoleh. "Sudah puas dengan jawabannya?"
Tidak ada jawaban lagi, kemudian Galih menuntun Puspa untuk keluar. Tidak lupa Galih memberi kode pada teman-temannya agar jangan mendekat lokasi terlebih dahulu.
Sebenarnya sebelum kedatangan Vadri, Puspa sempat melaporkan kalau ada bom di dalam kasino itu.
"Kak Puspa!" Anggi berlari bersama Fian lalu menghampiri Puspa dan Galih yang baru saja keluar dari kasino.
"Apa yang terjadi?" tanya Anggi, sedangkan Fian masuk ke dalam.
"Tidak apa-apa," jawab Puspa lalu tersenyum.
Anggi mengangguk kemudian menatap Galih. "Tadi ledakan apa?" tanyanya.
"Penginapan kami meledak," jawab prajurit berhidung mancung itu. "Kejadian ini terus berulang, ini sebuah ancaman untuk kalian," lanjutnya.
Anggi terdiam lalu membayangkan wajah ketakutan anak-anak setelah ledakan. Ledakan itu memang tidak setiap hari ada, tapi sepertinya ledakan-ledakan itu akan jadi trauma bagai anak-anak.
"Nggi, kamu menyayangi anak-anak bukan?" lirih Puspa. "Pikirkan keamanan dan kondisi mental anak-anak," lanjutnya.
Anggi menghela nafasnya, ucapannya tertahan saat Fian melempar Vadri dari dalam kasino.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Next Mission (Prajurit Mata Elang 2)
Fanfiction[SUDAH TERBIT. CHAPTER MASIH LENGKAP]. Bagaimana pun juga Prajurit Mata Elang tetaplah 7. Raganya memang terpisah tapi jiwanya masih ada di Prajurit Mata Elang. Tujuh tahun yang lalu bukanlah sebuah kisah sedih, itu adalah sebuah kisah perjuangan da...