Jangan lupa vote komen 💚
Happy Reading~***
Sepanjang perjalanan Adam terus berkomunikasi dengan teman-temannya, teman-temannya bilang mereka sudah hampir sampai setelah menempuh perjalanan kurang lebih hampir satu jam.
Adam menatap ke depan, dia melihat mobil di dekat gapura, karena dia pikir itu teman-temannya, prajurit itu bersiap untuk turun.
Duar!
Adam dan Nathan merunduk saat ada ledakan besar lalu menatap ke depan, mobil itu meledak. Di saat yang bersamaan Adam juga tidak Bisa berkomunikasi dengan teman-temannya lagi, kemudian mereka mencoba membuka pintu mobil, Namun, pintu terkunci.
"BUKA!" perintah Adam yang di abaikan.
Adam kemudian mengeluarkan pisau lipat dan segera mengunci leher sopir dengan lengannya. "Buka berengsek!"
Dua orang itu tidak bergerak sama sekali, mereka terlihat tenang, berbeda dengan Nathan yang justru kebingungan kemudian salah satu lelaki itu menyuruh Adam tetap tenang lewat layar yang sejak tadi mereka gunakan untuk berinteraksi.
"Bagaimana aku bisa tenang?!" Adam mengeratkan lengannya.
"Teman-temanku ada di sana!" lanjutnya kemudian ada mobil yang berhenti di dekat mobil yang dinaikinya. Para prajurit yang sejak tadi di khawatirkan turun dari mobil dalam keadaan baik-baik saja.
Adam melepaskan lengannya lalu kembali duduk dan menyender. Prajurit yang di beri tanggung jawab itu mengusak wajah dengan kasar lalu menyimpan pisau lipatnya. Dia menoleh ke arah samping saat pintu mobil terbuka.
"Apa yang terjadi? Aku kira kalian di dalam sana." Fahmi bersuara tapi Adam hanya menggeleng.
"Sepertinya mereka mempermainkan kita, tapi tidak ada salahnya mempercayai mereka," ucap Galih merujuk kepada tiga laki-laki yang menjemput mereka di bandara kemudian salah satu dari laki-laki yang dimaksud Galih menatap spion.
"Hamster." Nathan memanggil Adam saat laki-laki di depannya kembali menulis pesan lewat layar kalau mereka harus turun dan berjalan masuk terlebih dahulu untuk mencari tempat tinggal sementara, lewat peta yang di berikan Jenderal Jordan.
***
Dua mobil Van yang membawa mereka ke tempat itu pergi meninggalkan 7 prajurit yang hanya bermodalkan peta abstrak. Mereka berjalan sembari menoleh ke sana kemari, bahkan Nathan dan Radit sudah berada di dekat mobil yang tadi meledak.
"Kalian akan tetap di situ sampai api padam?!" Kedua prajurit anggota Tiger Forces itu menoleh lalu berlari menyusul prajurit lain yang sudah berjalan lebih dulu.
"Apa penyebab ledakan tadi?" tanya Vano.
"Sepertinya TATP, Bang," jawab Nathan lalu Vano mengangguk. "Ada beberapa botol di dalam mobil."
Langkah Adam terhenti lalu berbalik. "Ini bukan bunuh diri, kan?"
"Bukan, komandan. Kita berdua sudah memastikannya," sahut Radit lalu Adam mengangguk dan kembali berjalan.
"Jangan panggil komandan," pungkas Adam lalu diiyakan oleh dua prajuritnya.
Di saat prajurit yang lain membicarakan tentang ledakan. Prajurit yang sering kali disuruh menikah melambatkan langkahnya menunggu dokter militer yang berjalan lambat karena membawa dua tas yang besar. Galih terdengar menghela nafas kemudian menghentikan langkahnya dan berbalik.
"Sini aku bantu." Galih menarik tas besar Puspa yang di tenteng.
"Nggak usah, Mas," ucap Puspa tapi diabaikan oleh Galih.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Next Mission (Prajurit Mata Elang 2)
Fanfiction[SUDAH TERBIT. CHAPTER MASIH LENGKAP]. Bagaimana pun juga Prajurit Mata Elang tetaplah 7. Raganya memang terpisah tapi jiwanya masih ada di Prajurit Mata Elang. Tujuh tahun yang lalu bukanlah sebuah kisah sedih, itu adalah sebuah kisah perjuangan da...