Jangan lupa vote komen 💞
Happy reading~***
Dor!
Laki-laki di depan Fahmi melemparkan pistol di tangannya saat ada peluru bersarang di lengannya lalu ambruk.
Lima laki-laki dengan wajah tertutup dan bertopi, berjalan masuk ke gedung bekas kasino. Mereka adalah Prajurit Mata Elang dan Tiger Forces.
"Black Rabbit." Vano berlari menghampiri Fahmi yang sudah tak sadarkan diri.
"Letakan semua senjata kalian!" Suara Adam menggema memenuhi ruangan.
Namun, perintahnya tidak didengarkan, justru Alfian dan sepuluh anak buahnya menodongkan pistol ke arah para prajurit termasuk Vano yang sedang berlari.
"Black Rose, Blue Bird. Amankan para warga, bantu Dolphin," titah sang penanggung jawab.
"Siap, Hamster." Keduanya kemudian menyimpan pistol ke dalam holster lalu segera berlari. Mereka tidak memperdulikan todongan pistol.
"Dolphin, kita amankan mereka di mana?"
"Di-Di sana." Seorang warga menunjuk sebuah pintu ruangan.
"Benar, kita amankan mereka di sana," titah Vano, kemudian mereka mengamankan para warga.
Kondisi warga sangat memprihatinkan. Banyak dari mereka terluka karena tembakan.
***
Disisi lain, kini tersisa Galih dan Adam yang masih berada di hadapan Alfian dan anak buahnya.
"Apa kalian para relawan itu?" Alfian bersuara.
"Saya pikir, Anda sudah tahu identitas kami. Apa Anda belum menerima informasi apa pun tentang kami dari informan Anda?" Ucapan Adam yang membuat raut wajah Alfian terlihat kesal.
"Jangan ikut campur dengan urusan saya," sahut Alfian yang keluar dari topik pembicaraan.
"Kami memang tidak berniat ikut campur." Adam berkata benar, karena para prajurit sudah memutuskan untuk ikut tidak campur dalam masalah ini. Para Prajurit akan menyerahkan ini semua kepada intelijen. Mereka tidak ingin ada korban lagi. Toh, tugas mereka hanya menyelamatkan para warga dan juga dua jaksa saja.
"Kalau seperti itu, pergilah dan menjadi bisu untuk kota ini."
Adam menurunkan pistol di tangannya, begitu juga Galih yang masih ada di sampingnya. "Baik, tapi di mana keberadaan para warga?"
Tujuan Adam dan para prajurit memang hanya para warga.
Alfian terkekeh pelan. "Untuk apa kalian mencari para warga?" Tanyanya. "Mereka hanya orang-orang tidak berguna," lanjutnya.
"Jika mereka tidak berguna, biarkan kami membawa mereka keluar dari kota ini." Galih bersuara, tapi jawaban Alfian justru terdengar selalu melantur.
Para prajurit terus mendesak Alfian untuk segera memberi tahu keberadaan warga.
"Apa kalian juga menyandera dua jaksa?" Tanya Vano yang baru bergabung dengan kedua temannya setelah selesai mengurus semuanya.
Alfian menatap para prajurit yang hanya terlihat matanya saja, satu persatu. "Bukan urusan kalian," jawabnya.
"Jelas ini urusan kami." Suara Fahmi membuat ketiga temannya menoleh.
Fahmi berjalan bersama Radit dan Nathan sembari menggerakkan kepalanya, bahkan darah di lehernya saja masih belum kering sempurna, tapi dia sudah kembali bergabung dengan yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Next Mission (Prajurit Mata Elang 2)
Fanfiction[SUDAH TERBIT. CHAPTER MASIH LENGKAP]. Bagaimana pun juga Prajurit Mata Elang tetaplah 7. Raganya memang terpisah tapi jiwanya masih ada di Prajurit Mata Elang. Tujuh tahun yang lalu bukanlah sebuah kisah sedih, itu adalah sebuah kisah perjuangan da...