(26) Senja Hilang dia Datang

11.4K 1.8K 771
                                    

Jangan lupa vote komen 💞
Happy reading~

***

Tidak ada yang tahu, Takdir apa yang diberikan oleh Tuhan kepada hambanya. Baik itu sebuah kehidupan, jodoh, atau pun sebuah kematian. Sesakit apa pun kita, seperih apa pun luka kita, setragis apa pun musuh mencoba membunuh kita, jika Tuhan belum berkehendak, kita tidak akan kehilangan nyawa. Selama atau sejauh apa pun kita pergi, jika itu bukan tempat kita, maka kita juga akan kembali ke tempat asal kita.

Tuhan pasti tahu yang terbaik. Tuhan pasti tahu apa yang terbaik untuk para hambanya. Sekeras apa pun kita mencoba dan berusaha, jika bukan kehendak-Nya, itu tidak akan membuat kita berhasil. Bedanya hanya cara dari kita berusaha, jika kita berusaha, maka Tuhan akan memberikan yang terbaik untuk kita sebagai Hamba-Nya.

Seperti tiga Prajurit Mata Elang yang kini sudah kembali. Mereka juga tidak menyangka, jika kejadian 7 tahun yang lalu tidak membuat mereka gugur begitu saja. Sama seperti halnya dengan Fahmi yang dengan cepat ditemukan oleh tim penyelamat, sedangkan mereka bertiga justru tidak tahu siapa yang menyelamatkan dan bagaimana caranya.

"Bagaimana bisa, kalian tidak mengenali mereka?" tanya Puspa yang justru lebih penasaran dengan cerita dari Hanif dan Kafi yang sedang di terjemahkannya, karena Galih tidak terlalu mengerti.

"Dengarkan dulu, baru nanti kita jelaskan." Hanif terlihat kesal dengan Puspa yang justru terus bertanya sejak selesai mengobati Vano.

Saat ini mereka sedang duduk, mereka sedang menunggu Vano sadar.

"Kan aku penasaran."

"Ya makanya dengerin dulu."

Puspa mendengus dan itu berhasil membuat Galih terkekeh pelan, sedangkan Kafi tersenyum tipis saat melihat Galih.

"Yellow Fox. Black Rabbit memanggil."

"Masuk, apa yang terjadi?" tanya Galih sembari menatap teman-temannya yang kini menatapnya juga.

"Apakah kondisi sudah kondusif?"

"Iya, Vano berhasil diselamatkan. Dan kini, lawan sudah dilumpuhkan." Galih menatap Vano yang mulai menggerakkan matanya lalu dia memberi tahu Puspa.

"Tolong kami, kami terjebak bersama puluhan sandera di box kontainer." Semua mata menatap ke arah Galih termasuk Vano yang sedang mencoba duduk dibantu Anggi.

"Huh?!" Galih menatap Kafi dan Hanif yang sudah berdiri.

"Hanya ada waktu tiga puluh menit, lebih dari itu mungkin kita semua akan meledak."

"Kami akan segera menuju lokasi."

"Baiklah, tetaplah berjaga dan berhati-hati."

Galih segera berdiri menyusul kedua temannya yang sudah berjalan lebih dulu, kemudian dia memperbaiki earphone-nya dan segera menatap Vano.

"Anggi, Puspa, jaga Vano."

"Aku ikut," sergah Puspa.

"Ini berbahaya, aku akan segera kembali." Galih tersenyum lalu berbalik dan berlalu begitu saja menyusul kedua temannya.

"'Siapa mereka berdua?" tanya Vano.

"Pulihkan dulu dirimu, baru nanti menyusul mereka, dan kamu akan tahu semuanya." Anggi mengulurkan sebotol air mineral pada Vano.

Vano menoleh sebentar lalu tersenyum. Dia menerima air yang diberikan Anggi lalu segera meminumnya. Vano pikir, dia sudah mati, karena dia tadi melihat Kafi berjalan ke arahnya. Dia belum tahu saja, kalau yang menghampirinya benar-benar Kafi, Kaptennya yang sudah lama tidak kembali.

The Next Mission (Prajurit Mata Elang 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang