(21) Kunci yang tertinggal

6.6K 967 83
                                    

Jangan lupa vote komen ❤️
Happy reading~

***

Para prajurit kecuali Galih, menelisik ke setiap sudut ruangan yang ada di dalam kasino itu. Mereka juga naik sampai ke lantai tiga yang ternyata banyak sekali komputer dan sejenis alat penyadap lainnya.

"Penjahat jaman sekarang terlalu pintar," celetuk Fahmi sembari duduk di kursi depan salah satu komputer. "Aku saja hanya bisa memegang senapan saja," lanjutnya.

"Setidaknya sudah banyak nyawa yang kamu selamatkan, Black Rabbit," sambung Vano.

"Iya, benar. Termasuk istriku," timpal Fahmi lalu tersenyum tipis.

Sudah berapa lama? Sudah tujuh tahun yang lalu ternyata, batinnya yang justru sembari memikirkan keadaan sahabatnya yang mungkin sekarang sudah berada di alam yang berbeda dengannya.

Tidak memikirkan istrinya, bukan bukan berarti dia tidak bersyukur, justru karena istrinya dia bisa bertahan sampai sekarang.

Fahmi menghela nafasnya pelan, dia mengepalkan kedua telapak tangannya lalu memejamkan matanya.

Dadanya begitu sesak, bayangan itu kembali muncul di kepalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dadanya begitu sesak, bayangan itu kembali muncul di kepalanya. Tubuhnya terasa sakit saat bayangan ombak yang menabrak tubuhnya yang membuat tangannya lepas dari genggaman sahabatnya. Di dalam lautan yang gelap dan dingin tujuh tahun yang lalu, tangan Fahmi dan Jovan saling tertaut.

Setetes keringat jatuh dari pelipisnya, dia ingin berteriak memanggil nama Jovan seperti tujuh tahun yang lalu di dalam air, tapi tidak bisa. Bukan suara yang keluar, tapi ribuan mili air masuk ke dalam tubuhnya.

"Argh!"

"Black Rabbit!"

Suara Nathan membuat Fahmi segera membuka matanya lalu menunduk, dia memegang kepalanya lalu mengatur nafasnya. Ini bukan pertama kalinya, ini sering terjadi padanya sejak hari itu. Tidak ada yang tahu seberapa sakit dan terlukanya dirinya. Dia bahkan menyesal karena kembali sendiri. Jika bukan karena istrinya, Fahmi mungkin tidak bisa bertahan sampai saat ini.

Dia selalu menyembunyikan semua lukanya, sayangnya istrinya mengetahui semuanya.

"Black Rabbit. Kamu baik-baik saja?" Nathan memegang kedua bahu seniornya.

Fahmi mengatur nafasnya lalu menegakkan tubuhnya dan menoleh Nathan. "Aku baik-bak saja. Tidak perlu di pikirkan," dustanya lalu tersenyum.

Fahmi menoleh menatap teman-temannya, dia benar-benar langsung terlihat baik-baik saja. "Bagaimana, apa kalian menemukan sesuatu?" tanyanya lalu berdiri dan berjalan meninggalkan Nathan yang masih terdiam.

"Selama ini kita sudah di awasi sejak pertama kali kita datang ke desa ini," ujar Radit yang membuat semua teman-temannya mendekatinya termasuk Fahmi.

"Dan ledakan itu juga ulah mereka," imbuh Radit yang masih menatap layar komputer di depannya.

The Next Mission (Prajurit Mata Elang 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang