(30) Badai Telah Datang

10K 1.4K 374
                                    

Jangan lupa vote komen 💕
Happy reading~

***

Setelah menyelesaikan kode-kode dilayar notebook, Jovan mengangkat HT, kemudian dia berkata. "Tolong hubungi Angkatan Laut sekarang. Berbicaralah apa adanya dan untuk tidak ikut campur."

Adam mengambil HT dari tangan Jovan, kemudian dia sedikit berdiskusi dengan Kafi untuk berbicara apa yang harusnya dia katakan. Setelah mendapat pengarahan, Adam segera menghubunginya.

"Mari kita bersiap menyambut badai." Kafi berbicara dengan menggunakan bahasa isyarat.

"Siap, Kapten!"

Kafi menatap Jovan lalu mengangguk, Jovan kemudian membuka koper yang lain. Ada pakaian serba hitam dan juga tiga buah pistol dan beberapa peluru. Itu adalah pakaian dan senjata yang mereka gunakan saat mereka datang. 

Kafi menepuk bahu Jovan dan Hanif, kemudian ketiganya segera mendekat pada koper dan segera melepas kaos hitam mereka.

Empat Prajurit Mata Elang menghela nafas pelan saat melihat banyak luka di tubuh tiga anggota Prajurit Mata Elang.

Di saat suasana sedang sedikit sendu, Hanif tiba-tiba mengangkat tangannya menunjukkan otot-ototnya yang tidak lagi kecil seperti dulu, dan itu membuat para prajurit terkekeh pelan kecuali Jovan. Jovan justru sedikit mendorong tubuh Hanif yang ada di sampingnya, agar tidak terlalu banyak gaya.

 Jovan justru sedikit mendorong tubuh Hanif yang ada di sampingnya, agar tidak terlalu banyak gaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namun, Hanif tetaplah Hanif. Dia tidak peduli sama sekali pada Jovan, dia tetap melakukan aksinya. Setelah merasa puas dia segera menggunakan baju anti peluru lalu kembali menggunakan kaos dan Jaket kulit hitamnya. 

Setelah itu tiga anggota Prajurit Mata Elang segera menggunakan penutup wajah dan topi.

"Kami bertiga akan menuju pesisir. Kalian urus Sole sesegera mungkin." Kafi memerintah anggota yang lain.

"Siap, Kapten!"

"Jangan lupa amankan para sandera dan juga para relawan. Pastikan kalian tidak ikut campur sebelum ada perintah."

"Siap, Kapten!"

"Kita berpisah di sini lebih dulu. Semoga kita kembali bertemu dam berkumpul dalam keadaan yang aman."

"Siap, Kapten!"

Kafi mengangguk. "Adam, tolong pimpin doa," titahnya.

"Siap, Kapten!" sahut Adam dengan tegas, kemudian dia berjalan ke sisi teman-temannya. Dia menatap teman-temannya satu persatu, dia harap doanya kali ini dikabulkan oleh Tuhan.

"Sebelum kita memulai misi ini, mari kita semua berdoa menurut kepercayaan masing-masing. Berdoa, mulai." Semua prajurit menunduk. Hening, hanya ada suara burung yang mulai terdengar saat pagi akan datang. Tuhan, semoga pagi ini berbeda dengan pagi tujuh tahun yang lalu. Banyak sekali doa-doa yang mereka panjatkan demi bersatunya Prajurit Mata Elang. Mereka harap semuanya bisa keluar dari tempat ini dalam keadaan baik-baik saja.

The Next Mission (Prajurit Mata Elang 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang