(29) Menyambut Badai

11K 1.4K 536
                                    

Jangan lups vote komen 💕
Happy reading~

***

Setelah berbincang cukup lama, Kafi dan Nadhira kembali bergabung dengan yang lainnya. Nadhira memilih bergabung dengan Anggi dan Puspa yang sedang berbincang dengan para warga, sedangkan Kafi memilih bergabung dengan teman-temannya.

Kafi menatap teman-temannya satu persatu, tapi dia tidak melihat Hanif dan Nathan. Kafi menepuk bahu Adam lalu menanyakan keberadaan keduanya.

"Aku tidak tahu, Kapten. Aku justru khawatir Black Rose akan merepotkan Black Bear," tutur Adam menyampaikan apa yang ada di pikirannya mengingat kelakuan Nathan yang terkadang membuatnya naik darah saat bertugas bersama.

Bukan sesuatu hal yang selalu menjengkelkan, tapi terkadang kelakuannya memang susah ditebak. Pernah sekali Nathan di cari teman-temannya untuk menemani Adam bertugas untuk membantu mengevakuasi korban gempa, tapi tidak ada yang bisa menemukannya. Sampai akhirnya semua orang menyerah, ternyata Nathan sedang tidur di mobil yang biasanya mereka gunakan untuk bertugas. Dia bilang, dia memang sedang menunggu perintah sampai tertidur.

"Aku justru berpikir sebaliknya." Galih bersuara lalu menggelengkan kepalanya sembari mengingat kelakuan absurd temannya sebelum menghilang dan itu sukses membuat Kafi tersenyum.

"Tapi kelakuan mereka sama-sama susah ditebak," sambung Vano yang membuat para prajurit terkekeh saat mengingat sedikit kelakuan dua prajurit yang mereka anggap susah ditebak.

Memang benar bukan, Hanif itu kelakuannya selalu berhasil membuat orang sampai terheran-heran, sedangkan Nathan itu Hanif versi lite dan sedikit kalem. 

"Oh iya, jadi kalian benar-benar tiga laki-laki misterius yang kemarin bekerja dengan kita?" tanya Vano yang masih penasaran tentang hal itu. Pasalnya mereka belum mendapat jawaban yang jelas.

Jovan dan Kafi saling melempar tatapan lalu mereka melepaskan jaket yang digunakan. Mereka mengeluarkan kalung dari balik kaos mereka. Dan benar, ternyata kalung militer bergambar bulan itu milik Kafi, dan Bintang milik Jovan, yang artinya matahari adalah Hanif. Sebenarnya mereka juga tidak tahu, kenapa mereka memiliki kalung seperti itu. 

"Emmm, Kapten. Maaf, saya pernah berpikir kalau kalian orang jahat," tutur Radit yang langsung mendapat tepukan dan senyuman dari Kafi yang duduk di sebelahnya.

Kafi menjelaskan kalau itu tidak masalah, karena memang mereka menjadi mata-mata selama ini. Mereka memata-matai Sole selama ini. Dia juga bilang, mereka juga ingin terlihat seperti orang jahat. 

"Lalu bagaimana dengan besok, Kapten?" tanya Adam yang mulai berbicara tentang hari esok.

Kafi menghela nafas pelan. "Apa kalian bisa memanggil tim penyelamat lagi?"

"Sepertinya tidak, Kapten. Karena semua peralatan kami tidak ada di sini," jawab Radit. Yang dimaksud Radit adalah laptop dan beberapa alat yang bisa digunakan untuk menghubungi pusat agar mereka kembali mengirimkan bantuan penyelamatan.

"Sebenarnya apa yang akan terjadi, Kapten?" tanya Galih terdengar ragu, tapi dia ingin tahu banyak hal mengenai mata-mata, Sole, dan Sadico.

"Mereka akan datang melakukan kesepakatan kerja sama dengan Sole dan juga menjemput kami bertiga," sahut Kafi dengan menggerakkan tangannya.

"Menjemput?" Fahmi bersuara yang diangguki Jovan dan Kafi. "Jadi kalian Sadico?" lanjut Fahmi dan anggukan dua anggota Prajurit Mata Elang itu sukses membuat para prajurit terkejut. 

Setelah mengetahui kenyataannya, justru semakin banyak pertanyaan yang ingin para prajurit sampaikan. 

"Tapi kenapa mereka percaya pada kalian bertiga? Mereka sama saja memulangkan kalian. Siapa sebenarnya mereka?" tanya Fahmi yang semakin penasaran dengan hal yang sebenarnya terjadi.

The Next Mission (Prajurit Mata Elang 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang