Jangan lupa vote komen 💕
Happy reading~***
Hari sudah berganti menjadi petang, kini para prajurit dan yang lainnya termasuk para sandera masih duduk di luar. Bahkan mereka membuat api untuk menghangatkan badan mereka.
Beberapa saat yang lalu, beberapa prajurit berpatroli untuk mengecek keadaan. Mereka juga berhasil mengurung orang-orang Sole termasuk Alfian dalam satu ruangan. Mereka juga mengambil barang-barang yang bisa digunakan untuk mereka beristirahat di dataran dekat markas Sole.
Mereka belum berhasil membawa para sandera keluar dari zona bahaya, karena beberapa dari mereka ada yang masih terguncang mentalnya. Nadhira, Puspa, dan Anggi pun masih menenangkan mereka. Pasalnya saat di dekati para prajurit ada beberapa sandera yang berteriak karena ketakutan melihat laki-laki.
Para prajurit duduk berdampingan sembari mengawasi para sandera dan juga dokter. Mereka juga terlihat berbincang ringan, seperti Hanif dan Galih yang terlihat sangat akur meski dibumbui dengan sedikit kejahilan Hanif. Fahmi yang terlihat sedang menceritakan kehidupannya selama ini pada Jovan. Dan juga terlihat Adam dan Vano bercerita banyak hal pada Kafi, Kafi pun menanggapi dengan sangat antusias dan bangga pada keduanya.
Namun, tidak dengan Nathan dan Radit yang kini hanya saling menyenggol lengan di sebelah Kafi. Keduanya terlihat ingin mengatakan sesuatu, tapi cukup ragu untuk mengatakannya. Padahal bisa saja keduanya ikut berbincang dengan Kafi.
Adam yang menyadarinya pun terlihat sangat risi melihat kedua anak buahnya, kemudian dia memanggil keduanya, "Blue Bird, Black Rose."
"Siap, Komandan!" Nathan dan Radit menjawab dengan kompak dan tegas. Hingga membuat perhatian para prajurit.
"Ada apa dengan kalian?" tanya Adam.
"I-Itu, Komandan." Nathan tidak dapat melanjutkan ucapannya. Dia bahkan mengutuk dirinya sendiri, karena menjadi gagap.
"Jangan bertele-tele, bicara yang tegas!" sentak Adam lalu menghela nafasnya. Sepertinya itu sudah menjadi hal yang biasa untuk Adam, yaitu menghadapi kerandoman dari anggota pasukannya.
Nathan dan Radit kemudian menatap Adam lalu mengangguk. Keduanya mendengus pelan lalu menatap Kafi, Kafi pun sampai sedikit terkejut.
"Black Tiger, maafkan kami berdua!" seru Nathan dan Radit bersamaan. Ucapan maaf keduanya pun membuat para prajurit terkekeh. Tidak seperti saat mencegat Kafi saat akan bertemu Nadhira tadi yang terlihat sangat tegas, kini keduanya seperti anak ayam yang tidak diakui induknya. Keduanya menunduk penuh dengan penyesalan.
Kafi menepuk bahu Nathan dan Radit secara bergantian. Dia sebenarnya tidak masalah, karena yang dilakukan Nathan dan Radit justru sangat benar. Mereka melakukan tugas mereka dengan baik, sangat baik.
"Kami berdua sungguh tidak tahu, kalau itu Anda, Black Tiger." Radit bersuara, dia mengatakan hal yang sebenarnya. Sungguh mereka tidak tahu rupa Kafi, Jovan, dan Hanif, karena selama ini mereka hanya mendengar ceritanya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Next Mission (Prajurit Mata Elang 2)
Fiksi Penggemar[SUDAH TERBIT. CHAPTER MASIH LENGKAP]. Bagaimana pun juga Prajurit Mata Elang tetaplah 7. Raganya memang terpisah tapi jiwanya masih ada di Prajurit Mata Elang. Tujuh tahun yang lalu bukanlah sebuah kisah sedih, itu adalah sebuah kisah perjuangan da...