Jangan lupa vote komen ❤️
Happy reading~***
Setelah berpatroli untuk memastikan keadaan aman, Radit dan Nathan terburu-buru masuk ke dalam gedung lalu mendekati prajurit yang sedang beristirahat.
"Ada apa?" tanya Vano.
"Dari barat laut terdengar desingan peluru," jawab Nathan.
Adam membuka matanya. "Setelah ledakan, kini desingan peluru. Mereka jelas sudah bergerak mencari kita," ujarnya. "Jika mereka mulai datang menyerang kita, tolong diingat. Jangan sakiti mereka," imbuhnya.
Sebagai seorang pemimpin, Adam selalu mengingatkan anggotanya agar tidak menyakiti warga sipil, apa pun yang terjadi. Begitu juga dengan sekarang, meski sedang tidak menjadi pemimpin tapi dia seorang penanggung jawabnya.
"Puspa." Galih membuka matanya lalu duduk. "Awh," rintihnya sembari memegang bahunya.
"Jika mereka sedang diburu, Puspa dalam bahaya," lanjut prajurit bertubuh kecil itu.
"Mereka akan melindungi Puspa," sahut Vano.
"Jika mereka tidak mengatakan yang sebenarnya, bagaimana?!" Galih meninggikan nada bicaranya. Galih berpikiran kalau tiga prajurit misterius itu dan Anggi akan berkhianat.
"Mereka seorang prajurit," sahut Vano.
"Kamu percaya?!"
Adam dan yang lainnya hanya menatap dua prajurit yang memiliki dua pendapat yang berbeda. Vano sangat mempercayai tiga prajurit misterius tersebut, sedangkan Galih masih ragu-ragu untuk mempercayainya.
Prajurit yang memiliki luka di pipi kirinya menghela nafas pelan lalu berdiri dan keluar. Beberapa saat yang lalu dia mendengarkan penjelasan dari Vano tentang 3 laki-laki misterius yang selalu membuatnya ragu itu, tapi setelah mendengarkan penjelasan Vano justru dia merasa aneh dengan tiga laki-laki yang mengaku dipercaya Jenderal Jordan itu.
Ingin sekali rasanya Adam menghubungi Jenderal Jordan dan bertanya tentang semuanya, tapi tidak bisa untuk sekarang.
Adam meletakan tangannya di belakang lalu menatap langit barat laut. Dia memejamkan matanya, menikmati setiap desingan peluru yang samar, tapi bisa di dengar olehnya.
Irama desingannya? batinnya sesaat lalu menghela nafas kasar dan menatap ke arah timur.
***
"Ayolah. Kenapa kalian tidak mau di obati?!" Puspa terlihat kesal pada tiga laki-laki misterius yang kini sedang terdiam menahan sakit setelah bertarung dengan beberapa orang yang identitasnya sudah di ketahui.
Kali ini mereka tidak membunuhnya, mereka hanya melumpuhkannya.
"Kami tidak apa-apa," sahut laki-laki berkalung bulan dengan menggunakan bahasa isyarat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Next Mission (Prajurit Mata Elang 2)
Fanfiction[SUDAH TERBIT. CHAPTER MASIH LENGKAP]. Bagaimana pun juga Prajurit Mata Elang tetaplah 7. Raganya memang terpisah tapi jiwanya masih ada di Prajurit Mata Elang. Tujuh tahun yang lalu bukanlah sebuah kisah sedih, itu adalah sebuah kisah perjuangan da...