TIGAA

48 12 0
                                    


🌼🌼🌼

Seorang gadis terbangun mendadak dari tidurnya. Nafasnya memburu, keringat dingin membasahi pelipisnya. Ia menatap sekeliling kamar yang diterangi oleh sinar matahari pagi yang menyusup dari celah tirai.

Setelah menenangkan diri, ia meraih segelas air di atas nakas dan meneguknya perlahan. Namun, ketika pandangannya tertuju pada jendela kamarnya yang terbuka, jantungnya berdetak lebih cepat.

"Apa... jendelanya terbuka?" gumamnya, dengan nada suara penuh kecurigaan.

Gadis itu turun dari tempat tidur dan segera memeriksa barang-barangnya. Lemari, laci meja, hingga isi tas yang tergantung di kursi. Tidak ada yang hilang.

Ia menghela napas panjang. "Syukurlah..."

Namun, sesuatu terasa janggal. Matanya tiba-tiba terhenti pada pantulan dirinya di cermin meja rias. Ada sesuatu di lehernya yang sebelumnya tidak pernah ada.

"Kalung?"

Jarinya meraba liontin berbentuk bunga daisy yang tergantung di lehernya. Ekspresi terkejut melintas di wajahnya. "Aku tidak punya kalung ini... siapa yang memakaikannya padaku?"

Berusaha mengabaikan kebingungannya, ia mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi. Usai mandi, ia duduk di depan meja rias, memoles wajahnya dengan bedak tabur, dan menambahkan sedikit lipgloss di bibirnya.

Namun, pikiran tentang kalung itu terus menghantui. Liontin daisy itu terasa berat, seolah membawa misteri yang belum terpecahkan.

🌼🌼🌼

Hari itu, di sekolah, suasana tidak lebih baik bagi gadis bernama Aluna.

"Minggir!"

Ia mendengus kesal, bukan karena seseorang menghalangi jalannya, tetapi karena sosok lelaki yang tidak dikenalnya terus membuntutinya sejak gerbang sekolah. Sosok itu adalah Rendra, lelaki yang dikenalnya sebagai kekasih temannya, Deca.

Dia tidak mengerti, mengapa pihak sekolah membiarkan pria asing ini masuk ke area sekolah.

Rendra menatapnya dengan intens, penuh rasa ingin tahu. "Luna, aku merasa pernah bertemu denganmu. Aku yakin kita pernah saling kenal, tapi aku tidak ingat kapan."

"Aku tidak tahu dan aku tidak peduli," balas Aluna ketus.

Di dalam kelas, Rendra terus mengganggu. Ia duduk di kursi sebelah, memainkan buku, menggoyangkan kunci motor Aluna, hingga menyentuh rambut panjang gadis itu.

"Bisakah kau berhenti?! Kau merusak tatanan rambutku!" sergah Aluna, menyentak tangan besar lelaki itu.

Namun, belum sempat Rendra menjawab, suara Deca menggema di ruangan, "ALLL!!!"

Deca melangkah mendekat dengan cepat. Tanpa banyak bicara, ia menarik rambut Rendra hingga lelaki itu meringis kesakitan.

"Apa yang kau lakukan di sekolahku?! Kau ingin berselingkuh dengan Luna?!" Deca menatap Rendra dengan mata yang berkilat marah.

"Sayang, bukan seperti itu!" balas Rendra gugup. "Aku hanya merasa ada hubungan dengan Luna, tapi aku tidak tahu apa."

"Omong kosong!" Deca mendengus, lalu berjalan keluar kelas, meninggalkan Rendra yang tampak kebingungan.

🌼🌼🌼

Malam harinya, Aluna kembali ke apartemennya. Ia duduk di ruang tamu, memegang liontin daisy di lehernya. Liontin itu terus mengusik pikirannya.

Saat membuka ponsel, sebuah pesan WhatsApp masuk dari Deca:

Deca Victoria

Luna, bisakah kau menemaniku malam ini? Orang tuaku sedang ke luar kota, aku sendirian.

Apakah tidak bisa orang lain?

Aku mohon 🥺

Aluna menatap layar ponselnya dengan wajah datar. "Aku tidak tahu Deca bisa memakai emoji menjijikkan ini."

Setelah membalas dengan malas, Aluna mematikan ponselnya dan kembali menatap liontin di lehernya. Ia memegangnya erat sembari bergumam, "Ada apa dengan semua ini?"

Pesan lain masuk dari nomor tak dikenal:

62+8xxxxxxxxxx:
Peti kecil. Cari saja peti kecil di sekitar rumahmu.

Aluna mengerutkan kening. "Peti kecil?"

Dengan perasaan gelisah, ia melempar ponselnya ke atas kasur. Banyak hal yang belum terpecahkan, dan semuanya terasa semakin rumit.

🌼🌼🌼

Keesokan harinya, di kantin sekolah, Aluna kembali bertemu dengan Rendra. Lelaki itu, seperti biasa, memandangnya dengan tatapan tajam.

"Kau gila?!" sergah Aluna saat Rendra nyaris terjatuh ke arahnya.

"Tadi ada yang menjegal kakiku," balas Rendra, membela diri.

"Sebentar lagi, aku benar-benar akan menjegalmu," gerutu Aluna, menatapnya kesal.

Namun, tatapan Rendra tidak berubah. Ia terus memperhatikannya dengan penuh misteri.

TBC.

DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang