DUA PULUH DUAA

18 2 3
                                    

Hi guys, i'm comeback, apa kabar? Semoga sehat selalu yaaa.

~

Keesokan harinya, Luna membuat janji dengan Reno juga Rendra, tak lupa ia menyuruh kedua lelaki yang telah mengaku-ngaku sebagai keluarganya itu membawa pasangan masing-masing, agar tak terjadi salah paham.

Siang ini adalah waktunya, Luna bergegas keluar apartemen dan segera menaiki motornya untuk mencapai tempat tujuan.

Sementara di tempat lain, Rendra dan Deca sudah menunggu selama 30 menit lamanya.

"Sudah tiga puluh menit kita berada disini, sebenarnya kita sedang menunggu siapa?!" tanya Deca mulai kesal.

Setelah baikan beberapa hari yang lalu, Rendra meminta Deca ikut dengannya untuk menemaninya di rumah pohon.

Hingga terdengar suara motor mendekat.

"Maaf sedikit terlambat."

Kirana menyengir merasa tidak enak pada Deca dan juga Rendra, sementara Reno di sampingnya hanya mengedikkan bahu acuh.

"Aku tau Reno tidak pernah tepat waktu." gumam Rendra pelan.

Tak lama kemudian, motor Luna memasuki pekarangan rumah pohon, membuat atensi keempat sepasang mata yang sedang bersantai di bawah rumah pohon.

Setelah turun dari motor, Luna langsung menghampiri mereka dan bertanya, "Langsung saja pada intinya, kalian tau soal kunci ini?"

Kirana dan Deca sudah di beritahu tentang siapa Luna tadi, hingga mereka tidak perlu terkejut lagi.

"Aku tidak tau, tapi sepertinya Langit tau." jawab Rendra

Reno mengangguk setuju, "Dia juga yang telah mengirimkan pesan-pesan dari nomor tidak di kenal itu ke ponsel mu." timpalnya.

"Benarkah?" Luna tampak berpikir, lalu mengapa selama ini Langit tidak memberitahukan dirinya?

"Ck, awas saja dasar kau Langit Angkasa." gumam gadis itu mulai merasa kesal.

"Kalau begitu, panggil dia suruh kesini." titah gadis itu, kemudian ia melangkah untuk menaiki ayunan dekat rumah pohon itu.

"Ya ampun Luna, kami kira kau akan menjelaskan semuanya pada kami." Tiba-tiba Deca menghampiri Luna yang sedang membaringkan tubuhnya, dan langsung mengomeli gadis itu.

"Benar, tidak ku sangka ternyata kau menyembunyikan ini semua dari kami." kata Kirana ikut-ikutan.

"Tidak usah narsis, aku tau kalian sudah di beritahu oleh mereka berdua." tunjuk Luna pada Reno dan Rendra.

Mereka berdua sibuk menelepon Langit, Rendra menelepon dengan ponselnya, begitupun dengan Reno, ia juga menelepon dengan ponselnya.

"Jika kalian terus-menerus menelepon dengan dua ponsel bersamaan, kapan dia bisa menjawab, dasar payah!" maki Kirana saat melihat aktivitas mereka berdua.

"Mereka memang payah! Tidak bisa di andalkan." timpal Luna

"Biar aku saja!"

Segera Luna mengeluarkan ponsel dari saku celananya, kemudian menekan nama Langit di log panggilan.

Tak butuh waktu yang lama, Langit langsung menjawab panggilan Luna, namun belum sempat mengatakan sesuatu Luna sudah mematikan telepon itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang