TUJUH BELASS

31 6 0
                                    

🌼🌼🌼

Motor hijau berpadu hitam itu terhenti di tengah jalan, saat mobil hitam menghalangi jalan nya.

Seseorang turun dari mobil itu, melangkah mendekati pemilik motor itu yang kini telah membuka helmnya.

"Apa tujuan mu, menghalangi jalan ku?" tanya gadis si pemilik motor itu to the poin.

Seseorang itu tersenyum miring, "Ternyata benar, itu kau." katanya.

Gadis itu mengerutkan keningnya, tak paham dengan ucapan wanita paruh baya di depannya ini.

"Kita pernah bertemu?" tanyanya lagi.

"Aluna Chastine Azalea, kau melupakan aku, huh?"

Gadis itu tampak sedikit terkejut, pernahkah ia bertemu wanita ini? Sepertinya tidak.

"Maaf Bu, saya tidak mengenal anda." ujar Luna

Kemudian, gadis itu memakai helm, ia ingin kembali cepat-cepat ke apartemennya.

Akan tetapi, saat ia hendak menarik gas, wanita itu berseru, "Tidak kah kau merindukan Gabriel, huh?!"

Mendengar itu, jari jemari gadis itu yang hendak menarik gas terhenti. Luna terdiam sejenak, setelahnya ia menarik gas dan segera pergi meninggalkan wanita itu.

Wanita itu berdecih sinis, kemudian ia memasuki mobil dan tersenyum miring.

"Lihat sendiri kan, nak? Dia tidak merindukanmu." celetuknya

Sementara pemuda yang ia panggil 'nak' tampak mencengkram erat setir mobil, gigi-giginya mulai bergemulutuk.

"Aku tau bagaimana sikap Luna! Dia tidak mengenal mu!" tekan pemuda itu.

"Tapi dia mengenal mu, Gabriel." balas wanita itu.

"Kau hanya menyebut namaku, bukan berarti dia harus percaya dengan mu!"

Mendengar balasan dari keponakannya itu, wanita paruh baya dengan rambut sebahu yang di gelung itu tampak mendengus kesal.

Sementara di sisi lain, kini beberapa orang-orang berpakaian hitam itu tampak terkapar di atas tanah.

"Cabut!" seruan dari ketua mereka membuat orang-orang itu langsung membubarkan diri.

Setelah orang-orang berpakaian hitam itu pergi, Langit bergegas menuju motornya dan segera pergi.

Kini hanya tersisa Reno dan Rendra. Rendra tampak mengerutkan keningnya heran, mengapa Langit seperti ingin menghindari dirinya? Pikir nya.

"Seharusnya kau tau, Luna adalah kekasih ketua kita."

Setelah mengucapkan itu, tampak Reno mendekati motornya dan kembali kerumah.

Dirinya tidak ikut makan malam dirumah Langit, karena Kirana yang sedang tidak enak badan, katanya.

Rendra terdiam sejenak setelah mencerna ucapan sahabatnya. Seketika ia teringat pada salah satu sahabat nya yang sering mereka panggil ketua.

Menunduk, laki-laki itu mengepalkan tangannya erat, kemudian ia mengangkat kepalanya, mengadah ke atas agar air matanya tidak turun.

"Sejujurnya aku mencintai Deca, akan tetapi. Dia adalah anak dari bunda Aca, aku sudah berjanji menganggap nya sebagai adik kandung ku sendiri." gumamnya lirih.

Pikirannya kacau, perasaan ingin melindungi Luna terus menghantuinya, tetapi perasaannya untuk Deca masih tetap sama seperti dulu.

Laki-laki itu melangkah gontai mendekati motornya, menghidupkan mesinnya, kemudian segera pergi.

DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang