DUA PULUH SATUU

22 4 3
                                    

Langkah kaki yang tadinya berlari kini terhenti, menatap seorang wanita paruh baya yang sedang duduk termenung di sofa teras rumahnya.

Seseorang itu memelankan langkahnya, ia mendekat pada wanita itu, kemudian disaat yang sama wanita itu berdiri dari duduknya, kemudian memeluk seseorang itu.

Siapa yang tidak terkejut? Di saat kau tiba-tiba di peluk oleh orang lain tanpa mengetahui alasannya?

"Reno, maafkan Tante,"

Wanita itu menghapus jejak air mata yang turun dari kelopak matanya, kemudian melanjutkan kalimatnya.

"Tante salah, Tante tidak bisa menjaga kalian." ucap wanita itu.

"Maksud, Tante?"

Reno menatap bingung sahabat mendiang ibunya, mengapa dia meminta maaf? batinnya.

"Jika saja bukan karna Tante, pasti wanita ular itu tidak akan menganggu rumah tangga Aca, ibu mu dan menghancurkan kehidupan putra-putri nya."

Tiba-tiba seorang pria paruh baya muncul dari dalam rumah, ia merangkul bahu istrinya kemudian mengecup kening wanita beranak dua itu.

"Arshaku, ini bukan salah mu, wanita ular itu yang telah menghancurkan rumah tangga Nasya, bukan dirimu."

Sementara Reno, lelaki itu memilih bungkam, dia kesini untuk bertanya, bukan saling maaf-maafan.

"Apa benar Aluna adik perempuan ku?" tanya lelaki itu to the poin.

Arsha menatap kaget Reno, ia bergegas melepaskan tangan Danu yang melilit perutnya.

"Dari mana kau tau, Nak? Istri ku bahkan belum memberitahu mu." ujar Danu merasa heran.

"Kalian tidak perlu tau, jawab saja pertanyaan ku."

Danu berdecih kesal, "Tidak sopan!" ketusnya.

"Benar, Reno. Aluna adikmu, pergilah katakan padanya dan lindungi dia, aku yakin wanita ular itu pasti sedang menyusun rencana."

"Sayang." Danu merengek menatap wajah istrinya sembari mengeluarkan wajah sedihnya, karena lebih membela bocah kurang ajar, daripada suaminya.

Sementara Arsha menatap Danu tajam, kemudian menepuk-nepuk punggung belakang Reno, "Pergilah, nak. Jangan membuang waktu." titah wanita itu lembut.

🌼🌼🌼

Sementara di lain tempat, seorang gadis kini tengah mencari-cari kalung daisy yang entah darimana asal-usul nya.

"Dimana kemarin aku meletakkan nya?"

"Aish! Mengapa aku bisa lupa!"

Gadis itu menggerutu, sesekali mendengus kesal karna tidak dapat menemukan kalung itu.

Padahal seingatnya, ia meletakkan kalung itu di laci meja riasnya, tapi saat di cari sudah tidak ada lagi.

Gadis itu tampak mengacak-acak rambutnya frustasi, kemudian menuju lemari pakaian dan menggeledah nya.

Saat sedang mencari-cari di antara kantong-kantong pakaiannya, tak sengaja tangannya menyentuh benda logam.

Langsung saja, gadis dengan cepolan asal itu mengambilnya.

"Kunci?" gumamnya

Beberapa menit ia merenung, akhirnya gadis itu mengingat kunci ini.

"Ya ampun, Luna! Mengapa bisa melupakan kunci ini." monolog nya

DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang