TIGA BELASS

30 8 0
                                    

🌼🌼🌼


Seorang gadis dengan rambut panjang nya yang di ikat, tampak berlari menuju kelasnya berada.

Bulir-bulir keringat bercucuran, apalagi di bagian leher dan dahinya.

Setelah sampai di kelas, gadis itu langsung menghampiri salah satu temannya.

"Deca!"

Yang di panggil menoleh, menatap temannya yang berdiri di pintu kelas, nafasnya terengah-engah karena habis berlari dari gerbang sekolah.

"Rendra!"

Merasa waktunya tak cukup banyak, segera gadis itu membawa Deca berlari bersama dirinya keluar menuju gerbang sekolah.

"Luna! Mau kemana?"

Tak ada jawaban, Luna sama sekali tak berniat menjawab.

Tak sedikit umpatan-umpatan yang keluar dari mulut siswa-siswi yang tak sengaja di tabrak oleh mereka berdua.

Setelah mereka berdua berada di pintu gerbang, Luna menarik tangan Deca agar melihat ke luar.

Bugh!

Bugh!

Mata gadis itu membulat, ingin segera menghampiri untuk melerai, namun tangannya segera di tahan oleh Luna.

"Jangan di lerai, aku jauh-jauh membawa mu dari kelas kesini hanya untuk menjadi penonton bersama ku." cetus Luna

"Kau gila?!" desis Deca, "Yang menjadi lawan Rendra itu sepupuku!" lanjut nya sembari menepis tangan Luna.

Sementara Sang pemilik tangan yang di tepis hanya menghela nafas, dirinya jadi berpikir, harusnya ia tidak usah membawa Deca untuk menonton bersama.

Sementara dua orang yang sedang berkelahi itu sama-sama terduduk di tanah, warga sekitar yang melihat tidak berniat untuk melerai.

Bahkan satpam tidak ada yang berniat memisahkan. Ralat, satpam sudah mencoba memisahkan. Namun, beberapa kali terkena bogem.

Para guru juga belum datang, karena masih jam-jam ibu rumah tangga memasak serta beberes rumah.

Rendra kembali bangkit, ia mengusap sudut bibirnya yang berdarah, kemudian melayangkan tinju ke perut Langit yang masih terduduk.

Bugh!

Bugh!

"RENDRA BERHENTI!!" teriakan nyaring itu berhasil membuat Rendra terdiam saat ingin melayangkan pukulan ketiga.

Langit yang tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, langsung aja membalas dengan cara membogem wajah Rendra.

Bugh!

"LANGIT!" Deca, gadis itu tampak geram, kemudian melangkah ingin mendekati Rendra dan Langit yang sama-sama sesekali merintih kesakitan.

Namun, baru selangkah gadis itu berjalan, seorang gadis menerobos mendekati Rendra dan Langit.

Kening Luna mengerut, siapa gadis itu? Mengapa tiba-tiba menerobos? Mengedikkan bahu acuh, tak ingin ambil pusing, Luna hanya ingin menjadi penonton.

DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang