"Untuk apa kau memanggilku kemari?"
Laki-laki itu menoleh kebelakang, menatap mantan teman baiknya, "Duduk dulu." katanya sembari menepuk tempat di sampingnya yang kosong.
"Aku yakin, kau sangat mengetahui tentang masalah kami, Langit!"
Langit menghela nafas panjang, kemudian berdiri dan menghampiri kedua mantan teman baiknya itu.
"Ayolah, kalian bukan anak kecil lagi, aku bahkan sangat yakin kalian tau, bahwa kalian mempunyai ikatan keluarga."
Reno berdecih, kemudian maju selangkah untuk mencengkeram kerah kemeja milik Langit.
"Aku tidak punya hubungan apapun, dengan bajingan ini!" tekan lelaki itu.
"Cih, kau pikir aku sudi menerima fakta bahwa kau, adalah putra sulung bunda Aca?" Rendra yang sedari tadi hanya diam membalas perkataan Reno barusan.
"Ada hal apa kau memanggilku kemari?" tanya Reno dan Rendra kompak.
Sontak hal itu membuat sudut bibir Langit sedikit berkedut, menahan senyum.
Lelaki itu melepaskan cengkraman tangan Reno dari kerah bajunya, kemudian menepuk kedua bahu kedua saudara tak sedarah itu.
"Aluna Chastine Azalea, dia putri bungsu tante Aca dan om Kavino." ucap Langit, memberitahu maksud dan tujuannya menyuruh mereka datang ke taman ini.
Ya, mereka sekarang berada di taman, sebelumnya ini adalah tempat mereka berempat selalu berkumpul, semenjak salah satu dari mereka menghilang bak di telan bumi, mereka sudah tidak pernah berkumpul lagi.
Kedua laki-laki itu terdiam, seakan tak percaya, Reno kembali mencengkeram kerah kemeja hitam milik Langit, tak hanya mencengkeram, lelaki itu juga memberi bogeman di bagian pipi kanan Langit.
Bugh!
Cowok itu hanya meringis tanpa membalas perlakuan Reno, ia mengelap sudut bibirnya yang sedikit robek, akibat bogeman mentah dari mantan teman baiknya, lalu berkata, "Jika kau tidak percaya, kau bisa tanyakan pada Tante Arsha."
Tanpa mereka sadari, Rendra telah pergi terlebih dahulu, seolah-olah sadar mereka tinggal berdua, Reno berdecak kesal, ia kalah start!
"Sial!"
🌼🌼🌼
Pagi itu di isi oleh keharmonisan keluarga ini, Kia putri sulung Arsha dan Danu terlihat menuruni anak tangga, gadis itu terlihat cantik dengan almet biru bertengger manis di bahunya.
"Pagi, semua." sapa gadis itu dengan senyum ceria nya.
"Pagi, juga sayang."
"Pagi, anak papi."
"Pagi, kak."
Sahutan dari mereka bertiga terdengar kompak, ini adalah rutinitas mereka setiap pagi.
Sarapan bersama, baru setelah itu pergi bekerja, kuliah dan sekolah.
Deca terlihat lesu saat ini, ia memakan nasi goreng buatan ibunya dengan tidak semangat, padahal biasanya ialah yang paling semangat jika sudah di buatkan nasi goreng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daisy
JugendliteraturHanya sedikit kisah hidup seorang gadis, yang katanya yatim piatu. Kisah seorang gadis yang katanya sangat menyukai bunga Daisy. Kisah gadis yang katanya tidak ingat siapa orangtuanya, siapa neneknya bahkan kerabatnya. Kisah gadis yang katanya suka...