SEMBILAN BELASS

44 7 24
                                    

Waktu terus berjalan, dari hari ke hari, Luna semakin sering melamun, bahkan gadis itu cenderung pendiam.

Hal itu membuat teman-temannya bertanya-tanya tentang dirinya, terutama Langit yang takut jika sesuatu terjadi pada Luna.

Lelaki itu tak lagi pergi ke sekolah, karena memang dia sudah lulus bebarengan dengan Kia Maheera, Reno Andreas Wiratama, serta Viko Re Darius.

Sudah sekitar 3 tahun yang lalu saat Langit berusia 18 tahun.

"Luna, sudah berapa kali aku katakan,  jangan melamun." tegur seorang lelaki

Luna menoleh, menatap Langit, kemudian memutar bola mata malas, lelaki itu selalu membuntutinya akhir-akhir ini.

"Aku tidak ingin berbicara." Luna kemudian memejamkan matanya, menikmati angin sepoi-sepoi yang menerpa wajahnya.

Saat ini ia sedang berbaring di ayunan yang berada tepat di bawah rumah pohon.

"Itu kau berbicara." kata Langit mengejek.

Lelaki itu kemudian meletakkan helm di atas motornya, kemudian ikut berbaring di ayunan yang satu lagi.

"Akhir-akhir ini aku sering melihat mu disini, kau merindukan orang tua mu?" tanya Langit sembari ikut memejamkan mata.

"Aku bahkan tidak tau orangtua ku yang mana." balas gadis itu.

Seketika Langit membuka matanya, ia duduk, kemudian menatap Luna. "Seperti nya sudah waktunya kau mengetahui ini, Luna." ucapnya

Luna membuka sebelah matanya, "Kau selalu berkata seperti itu beberapa hari ini, tetapi tidak pernah menceritakannya." balas Luna lalu kembali menutup matanya.

"Akan ku ceritakan." Langit segera mengambil ponselnya yang berada di saku jaket lelaki itu.

Saat ia kembali menatap Luna, lelaki itu di kejutkan dengan posisi Luna yang sudah duduk diam di ayunannya sembari menunggu suara keluar dari mulutnya.

"Cepat sekali dia mengubah posisi." gumamnya

"Ayo cepat, ceritakan semuanya! Jangan setengah-setengah yang tidak aku mengerti seperti saat dirumah mu hari itu!" ujar Luna menggebu-gebu.

Langit menggaruk kepalanya yang tak gatal, "Itu, emang sengaja di lakukan umi, agar kau mencari tau sendiri, siapa yang tau ternyata kau pemalas." balas Langit dengan nada mengejek di akhir kalimat nya.

Luna memutar bola mata malas, "Aku bukannya malas, tapi tidak tau harus mulai darimana."

Lelaki itu menghela nafas, kemudian mulai bercerita.

"Jadi, kau itu Putri dari pasangan yang bernama Nasya Marchella dan Kavino Arkana."

"Mereka punya 2 orang anak kandung dan satu keponakan yang di anggap anak kandung."

Terdiam sejenak, Langit tampak berpikir, Luna menyimak dengan baik cerita dari Langit, namun menurutnya Langit terlalu lama menjeda ucapannya.

"Cepat lah Langit, jangan lama-lama menjeda nya!" protes gadis itu.

"Anak pertama mereka laki-laki, bernama Reno Andreas Wiratama, lalu 4 tahun kemudian, kau lahir, Aluna Chastine Azalea."

Gadis itu tertegun mendengar itu, "Reno, tunangan Kirana?" tanya nya memastikan.

Anggukan kepala dari Langit membuatnya kembali tertegun, jadi mobil yang ia bocorkan bannya hari itu adalah kakak kandungnya sendiri? Bolehkah ia percaya?

"Aku berteman baik dengan kakak kandung mu, dan juga kakak sepupu angkat mu, mungkin?"

Luna memicingkan matanya, "Siapa?" tanyanya.

DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang