LIMA BELASS

27 8 7
                                    

Nih ya buat kawan-kawan ku yang tadi di sekolah koar-koar gegara semalam aku gajadi update, sebagai permintaan maaf author bakal kasi cast, eh itu ga si namanya? Pokoknya itulah. horeeeeee, makasih author.

🌼🌼🌼

Hari ini merupakan minggu pertama mereka libur semester, seharusnya Luna menyelesaikan misinya, dan mencari tau tentang kunci serta nomor tidak di kenal itu.

Akan tetapi dirinya terlalu menikmati hari libur, sehingga melupakan hal itu.

Ia menatap langit-langit kamar, "Aku seperti melupakan sesuatu? Apa ya?" gumamnya sembari meletakkan jari telunjuknya di dagu.

Ia tampak berpikir keras, namun dering telepon mengalihkan atensinya.

Ia melihat nama si penelepon, Elena. kemudian segera mengangkat telepon tersebut.

"Ya, ada apa Elena?"

"Aku bosan dirumah."

"Lalu apa hubungannya denganku?"

"Ayo jalan-jalan."

Luna tampak berpikir, sepertinya ia cukup bosan juga, cukup lama berpikir hingga suara Elena selanjutnya membuatnya terpikir akan suatu tempat.

"Ayolah Luna, ajak juga yang lain."

"Baiklah, kita kerumah pohon, aku sudah cukup lama tidak kesana."

Setelah ponsel di matikan Elena sepihak, gadis dengan piyama tidur dan rambut acak-acakan itu kini memasuki kamar mandi dan segera bersiap-siap.

🌼🌼🌼

Ketukan sepasang sepatu berwarna putih mengalihkan atensi beberapa orang, mereka menatap seorang gadis yang sedari tadi sudah di tunggu.

"Lelet!" kesal salah satu dari mereka, sebab sudah hampir satu jam mereka menunggu di bawah rumah pohon tanpa melakukan apapun.

Gadis itu menghela nafas sabar, "Jalanan macet, Elena." balasnya.

"Kenapa tidak di buka?" Kening gadis itu mengerut, "Langit, bukankah kau memiliki kuncinya?" tanya gadis itu heran.

Kini semua pasang mata menatapnya tajam, Aluna yang bertanya hanya tersenyum canggung, sungguh, ia tak tau apapun.

"Jadi, kau punya kuncinya? Kenapa tidak bilang dari tadi?!" dengus Deca

Langit menggaruk tengkuknya kemudian menyengir, "Tidak ingat." balasnya.

Dengan kesal Elena mengayunkan tangannya, yang sedang memegang kantung kresek yang berisi beberapa makanan ringan, menuju kepala Langit hingga menghasilkan suara yang cukup kuat.

"Ugh! Sakit, Elena." cetusnya sembari mengerucutkan bibirnya.

Deca yang mendengar itu menarik sudut bibirnya ke atas merasa jijik, jika dengan dirinya saja pria itu pasti langsung membalas, cih!

"Apa kalian hanya akan bertengkar saja di situ?"

Celetukan itu mengalihkan perhatian Luna, ia menatap sosok laki-laki yang sedang merebahkan diri di atas ayunan yang berada di bawah rumah pohon.

DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang