Chapter 18 : Gelisah

97 14 1
                                    

Sejak tadi Haruna terus mondar-mandir di depan pintu masuk ruangan ICU, raut wajahnya terlihat begitu gelisah menunggu kabar suaminya.

"Haruna-san. Sebaiknya kau duduk sambil menunggu, dari pada kau menunggu sembari mondar-mandir di depan pintu. Nanti yang ada kau tambah cemas, dan akhirnya kelelahan" kata Hiori.

"Bagaimana bisa aku duduk santai menunggu kabar suamiku di saat seperti ini ? Aku tidak bisa tenang begitu saja kala Yoichi di tusuk di hadapanku".

"Aku tahu. Tapi kau itu setidaknya hatus tenanf walau hanya sebentar, coba kau bercermin di kaca wajahmu itu pucat" kata Hiori sembari menunjuk wajah Haruna.

Kemudian dokter akhirnya keluar dari ruangan UGD, "Apa kalian kerabatnya pasien Isagi Yoichi ?" Tanya pria paruh baya itu sembari melepas maskernya.

"Iya Pak saya istrinya. Bagaimana keadaan suami saya ?" Tanya Haruna.

"Keadaannya saat ini sedang koma karena mengalami pendarahan di pinggang" ucap sang dokter.

"Apa kami sudah boleh menemuinya ?" Tanya Hiyori.

Dokter itu mengangguk lalu mempersilahkan Hiyori dan Haruna untuk masuk ke dalam melihat keadaan Yoichi. Saat masuk ke dalam keduanya melihat Yoichi yang sedang terbaring di atas kasur. Waniat bersurai biru tua itu menghampiri suaminya.

"Yoichi ayolah bangun. Jangan seperti ini, aku tidak mau jadi janda" rengek Haruna.

"Hah, janda. Apa maksudmu tadi ?" Tanya Hiyori yang berdiri tepat di sampingnya.

"Saat ini aku sedang mengandung anaknya. Ini semua salahku, seharusnya aku bisa melindunginya". Hiyori membulatkan matanya sejenak, lalu wajahnya menjadi sendu. Tangan kanannua menyentuh bahu kanan milik Haruna.

"Tenang saja, aku yakin ia tidak akan meninggalkanmu menjadi janda. Lagi pula Isagi-san itu kuat jadi pastinya tidak akan meninggalkanmu sendirian" kata Hiyori sembari menatap lembut ke arah Haruna.

Haruna hanya mengangguk sembari tersenyum sendu pada Hiyori, "Iya, terima kasih Hiyori. Ta-tapi.... aku tidak tahu harus berkata apa pada kedua mertuaku" ucap Haruna. Dia lalu kembali memandang suaminya yang tidak kunjung sadar.

"Sebaiknya kau hubungi mertuamu untuk menemanimu" saran Hiyori.

"Tapi.. bagaimana kalau mereka marah kemudian menyalahkanku ?" Tanya Haruna.

"Coba saja dulu. Kau coba hubungi mereka dan jelaskan semua keadaannya" jawab Hiyori.

Awalnya Haruna ragu, namun akhirnya ia mengikuti nasehat Hiyori. Dia keluar dari ruang ICU dan saat berada di depan pintu Haruna langsung menghubungi mertuanya. Tak butuh waktu lama Iyo Ibunya Yoichi langsung mengangkat teleponnya.

"Halo nak Haruna ada apa ?".

Haruna menarik nagasnya kemudian menjelaskan putra mereka serta memberitahu alasannya, wanita itu menjelaskan semuanya sembari terisak. Iyo dari seberang telepon tentu terkejut saat mendengar ucapan  menantunya.

"Ya tuhan! Benarkah begitu ?" Tanya Iyo.

"Iya, ini semua salahku seharusnya alu bisa menjaganya dengan baik" jawab Haruna dengan nada suara yang lirih.

"Ba-baiklah nak Haruna tenang dulu ya, Paman dan Bibi akan ke sana. Nak Haruna istirahat dulu ya, kau kan sedang mengandung".

Haruna mengiyakan ucapan Iyo lalu mengakhiri panggilan teleponnya. Kemudian dia duduk di bangku berwarna abu, Haruna mulai menangis sembari menutup wajahnya.

"Ma-maaf Yoichi... a-aku tidak bisa melindungimu" gumam Haruna sembari terisak.

● ● ●

Marriege Life Isagi Yoichi x Oc Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang