Setelah mengantarkan kedua orangtua Yoichi ke bandara, niatnya mereka ingin pulang tapi...
"Yocchan aku mau main bola."
Yoichi yang tengah mengemudikan mobilnya langsung berhenti mendadak secara tiba-tiba, "Tidak, tidak boleh. Kamu itu sedang hamil, kalau terjadi apa-apa dengan bayinya bagaimana ?" Ucapnya.
"Tapi aku ingin main bola. Boleh ya ? Pleseeee!".
"Ti-"
"Tapi ini permintaan anakmu."
Yoichi terdiam sejenak sembari menatap istrinya yang mengeluarkan tatapan puppy eye's. Dia lalu menghela nafasnya dengan berat, "Baiklah jika itu mau-mu. Kau mau main dimana ?" Tanya Yoichi sembari menjalankan kembali mobilnya.
"Kita main di taman saja" jawab Haruna dengan semangat.
.
.
.
.
.
Di taman Yoichi dan Haruna mulai bermain bola, taman itu hanya di kunjungi oleh beberapa orang jadi mereka tidak perlu khawatir bila akan jadi pusat perhatian."Haru, kita mainnya pelan-pelan saja ya ?"- Yoichi.
"Iya!."
Haruna mulai menendang bola itu ke arah suaminya, dan langsung di terima oleh Yoichi menggunakan dadanya. Di tengah permainan, suara yang begitu familiar berteriak memanggil nama marga Yoichi.
"Oh Isagi-kun!."
Yoichi dan Haruna menghentikan permainan mereka dan melihat ke sumber suara, dan saat di lihat rupanya itu Bachira yang datang menghampiri mereka.
"Woah, Bachira! Sudah lama kita tidak bertemu. Bagaimana kabarmu ?" Tanya Yoichi sembari langsung menghampiri Bachira.
"Kabarku baik." Jawab Bachira.
"Oh Bachira Meguru, iya kan ?." Kata Haruna.
Bachira langsung terlonjak kaget begitu mendengar suara Haruna, "Ya ampun Suzuki-san kau selalu membuat jantungku hampir copot sejak dulu."
"Bagaimana kabarmu ? Kudengar dari Itou kalau kau sudah menikah"- Haruna.
"Ah iya benar aku sudah menikah dua bulan yang lalu" kata Bachira sembari menggatuk kepalanya yang bagian belakang.
Pandangan Yoichi kemudian beralih ke dua kantong berbahan karton yang di pegang Bachira, "Itu kantong apa ?" Tanya Yoichi.
"Ah ini ? Ini kantong berisi alat dan bahan untuk melukis. Tadi Mirei memintaku membeli alat, dan bahan melukis yang baru. Akhir-akhir ini dia memang suka ngidam ingin terus melukis" kata Bachira.
"Istrimu masih mending ya. Sedangkan istriku terkadang selalu minta di belikan makanan saat tengah malam."
"Wah kasihan sekali, kau yang sabar ya Isagi"- Bachira.
Sementara itu, orang yang di jadikan objek pembicaraan mulai memperhatikan keduanya dengan tatapan tajam.
"Wah sudah jam segini. Aku pulang ke hotel dulu ya Isagi, dah sampai jumpa!" Kemudian Bachira pergi dari hadapan mereka.
Isagi membalas lambaian Bachira hingga pria itu tak terlihat, ketika ia beralih melihat Haruna wanita itu sudah menatapnya dengan tatapan tajam.
"Apa ?"- Yoichi.
Haruna tidak menjawab dan malah berjalan pergi dan langsung di susul oleh suaminya yang berlari dengan tergopoh-gopoh, "Haru tunggu dulu. Jangan bilang kau marah soal tadi kan ? Ayolah tadi itu aku hanya bercanda."
Haruna masih diam dan sama sekali tidak menanggapi ucapan Yoichi, dan pria itu menghela nafasnya berat.
"Ya sudah, kau mau minta apa sekarang ?"- Yoichi.
Haruna masih saja melangkahkan kakinya ke arah parkiran mobil sembari di buntuti oleh suaminya, "Haaah, ya sudah begini saja. Bagaimana kita beli perlengkapan bayi sebelum terlambat."
Haruna terdiam lalu berbalik ke belakang dimana suaminya juga ikut diam di tempat, "Boleh" katanya singkat.
● ● ●
Sesampainya di toko perlengkapan bayi.
"Jadi kau mau beli apa saja untuk anak kita ?" Tanya Yoichi sembari mengambil satu troli.
"Mmm... sepertinya kita butuh beli banyak perlengkapan. Seperti untuk dekorasi kamarnya, baju, popok, dan mainannya."
Yoichi berpikir sejenak lalu memberikan usulan, "Kita beli saja dulu tempat tidur, dan popoknya terlebih dahulu. Kelamin dari calon anak kita-kan belum terlihat. Aku tidak mau jika misalkan anak kita ternyata laki-laki, tapi kita malah mendekorasi kamarnya serba perempuan dan mainannya juga serba perempuan" ucapnya sembari mengusap perut Haruna yang masih rata.
"Baiklah kalau begitu. Kita beli dulu tempat tidur dan popoknya, untuk benda yang lain kita beli nanti saja."
Mereka lalu masuk ke dalam toko. Di tempat pertama mereka memasuki tempat penyimpanan berbagai ukuran tempat tidur bayi.
"Banyak sekali, ukurannya juga besar. Ini tidak akan muat jika di masukan ke troli" kata Haruna sembari menyentuh salah satu
"Heheh. Tentu saja tidak aka muat, kau pilih saja nanti kita tinggal minta tolong salah satu penjaga tokonya agar di bawakan ke bagasi mobil kita"- Yoichi.
Haruna hanya mengangguk kepada suaminya lalu kembali melihat-lihat tempat tidur bayi yang lain. Kemudian matanya tertuju pada salah satu tempat tidur bayi yang di letakan di ujung.
"Yocchan, kita pilih yang ini saja. Yang ini ada laci untuk menyimpan pakaian dan popoknya juga" kata Haruna sembari menunjuk tempat tidur bayi tersebut.
"Oh yang itu. Ya sudah aku panggilkan salah satu pegawai tokonya dulu"- Yoichi.
.
.
.
.
.Setelah selesai membeli tempat ridur bayi dan popok, pasutri muda itu kini akan kembali ke apartemen. Sesampainya di apartemen mereka langsung membawa baby box tadi ke kanar kosong dekat kanar mereka. Benda yang sudah di bongkar itu di susun kembali oleh Yoichi.
"Mau ku bantu ?" Tanya Haruna dengan membawa dua tas jinjing berbahan karton yang berisi popok untuk bayi.
"Tidak usah, lebih baik kamu simpan dua tas itu di ujung ruangan lalu istirahat di kamar."
Haruna menuruti perkataan Toichi lalu menghampiri suaminya, "Terima kasih sudah mau membelikan perlengkapan bayi untukku" ucap wanita itu sembari memeluk suaminya dari belakang.
Yoichi tersenyum tipis kemudian menegang pergelangan tangan Haruna yang meliliti perutnya, "Sama-sama."
Bersambung....
Next Chapter : Kelamin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriege Life Isagi Yoichi x Oc
RomanceBagaimana rasanya saat masih berada di bangku universitas, dan masih berusia 19 tahun. Tiba - tiba sudah di hadapkan dengan sebuah perjodohan mendadak yang di buat oleh orang tua, Haruna sebenarnya keberatan dengan keputusan orang tuanya. Di tambah...