Usia kandungan Haruna kini sudah mencapai empat bulan. Yoichi kemudian menghampiri istrinya yang sedang duduk di sofa sambil baca buku.
"Kira-kira anak kita nanti laki-laki atau perempuan ya ?" Kata Yoichi sembari mengusap perut istrinya yang mulai buncit.
Haruna menurunkan buku yang ia baca lalu melihat ke arah Yoichi, "Entahlah. Kalau menurutmu, seperti apa dia nanti saat lahir ?" Tanya Haruna.
Yoichi berpikir sejenak memikirkan seperti apa anak yang ada di dalam perut istrinya jika sudah lahir. "Mungkin bayinya ini akan berkelamin perempuan."
Haruna menaikan dua alisnya, "Bagaimana kau bisa menebaknya ?. Dia bahkan belum lahir."
"Aku hanya menebak."
Haruna kemudian mengambil ponselnya yang di letakan di atas meja, kemudian menyalakan layarnya.
"Sudah jam tujuh. Sebaiknya kita pergi rumah sakit sekarang, agar nanti pulangnya tidak terlalu malam."
"Ya sudah ayo."
Kemudian mereka mengambil jaket mereka berdua yang di gantung lalu masuk ke dalam mobil mereka. Yoichi menyalakan mesin mobilnya kemudian lsngsung menjalankannya ke rumah sakit yang tidak jauh dari apartemen mereka.
Yoichi yang tengah mengemudi sesekali melirik ke arah istrinya yang sedang sibuk dengan ponselnya, Haruna menyadarinya dia lalu mematikan ponsel miliknya.
"Apa ?" Tanya Haruna.
"Eu.. begini... ."
Haruna hanya diam menunggu suaminya kembali mengeluarkan ucapannya. "Eum... Begini. Saat kelamin bayinya sudah terlihat, kamu ingin bayinya punya jenis kelamin apa ?" Tanya Yoichi, sembari pandangannya melihat ke jalanan yang ada di depan.
"Aku inginnya laki-laki sih. Soalnya dari kemarin-kemarin Ayahku ingin cucu pertamaynya laki-laki" kata Haruna kemudian kembali membuka ponselnya.
"Kalau aku inginnya perempuan, jadi anak pertama kita harus perempuan."
Haruna tentu tidak senang begitu mendengarnya lalu kembali mematikan ponselnya, "Nggak! Pokoknya aku mau anak pertama kita itu laki-laki, titik."
Yoichi seketika memberhentikan mobilnya di pinggir jalan, "Tapi aku maunya anak pertama kita itu perempuan!."
"Ya tidak bisa dong! Ayahku dari awal pertama aku hamil sudah wanti-wanti ingin cucu laki-laki"- Haruna.
Yoichi mendemgus kasar lalu memijit batang hidungnya, "Haaah. Ya sudah begini saja, bagaimana kalau kita bertaruh."
"Bertaruh ?."
Yoichi mengangguk, "Iya. Jika bayi yang ada di perutmu benar-benar perempuan maka aku pemenangnya. Tapi jika bayi ini benar-benar laki-laki, maka kau pemenangnya."
Haruna tersenyum miring begitu mendengar taruhan yang begitu menjanjikan dari suaminya. "Baiklah, menarik juga. Tapi taruhannya tidak akan seru kalau tidak ada hukumannya" ujar Haruna sembari menyenderkan punggungnya ke senderan kursi, dan kedua lengannya yang di lipat di depan dadanya.
"Oke jika itu maumu. Yang kalah harus menuruti satu permintaan yang di berikan oleh pemenamg dari taruhan ini"- Yoichi
"Hm, boleh juga. Tapi kau jangan curang ya ? Mentang-mentang yang buat taruhan ini bisa seenaknya curang."
● ● ●
Sesampainya di rumah sakit, mereka lalu duduk di kursi khusus untuk pasien.
"Atas tuan Isagi dan Nyonya Isagi ?."
"Ah iya."
"Ayo silahkan masuk"
Haruna dan Yoichi kemudian masuk ke dalam ruang bersalin. Dia lalu di minta untuk berbaring di ranjang pasien berwarna hitam, dokter itu kemudian mengoleskan semacam gel ke perut Haruna yang bajunya sudah di angkat.
Dokter itu mengambil alat Transducer kemudian menempelkan alat itu di area perut Haruna lalu di gerakan. Gelombang dari transducer kemudian direkam dan diubah menjadi gambar pada monitor.
"Biasanya di usia kehamilan bulan ke empat dan kelima biasanya sudah terlihat" kata Dokter itu sembari memperhatikan monitor.
Dari monitor itu samar-samar bentuk dari bayi yang sedang di kandung Haruna terlihat, tak hanya wujudnya bentuk kelaminnya pun terlihat.
"Di lihat dari bentuk kelaminnya sepertinya laki-laki. Tapi ada kemungkinan bisa berubah lagi saat sudah memasuki bulan ke lima."
Dokter itu kemudian mematikan alat yang ia gunakan lalu mengelap gel yang di oleskan di area perut milik Haruna tadi.
Setelah melakukan pemeriksaan Haruna turun dari ranjang lalu dia dan suaminya kembali ke kursi bersama dengan dokternya.
"Karena kandungannya sudah menginjak empat bulan, jadi harus minum air putih yang teratur agar tidak dehidrasi. Hindari rokok dan minuman beralkohol. Tidur yang cukup dan usahakan tidur dengan posisi menyamping ke kiri agar pembuluh darah tidak tertekan oleh berat rahim."
● ● ●
Setelah pemeriksaan kandungan selesai, pasutri muda itu kemudian pergi ke tempat makan sederhana untuk makan malam karena tadi tidak sempat makan malam sebelum berangkat ke rumah sakit.
"Pasti nanti kelaminnya benar-benar laki-laki. Nanti kalau aku menang kau harus turuti permintaanku ya."
Yoichi hanya dia sembari mengunyah makanannya dengan wajah yang merengut, "Memangnya kau yakin kelaminnya benar-benar lelaki ? Dokter bilang kan belum tentu nanti kelaminnya benar lelaki. Kan bisa saja saat sudah lima bula bentuk kelaminnya berubah lagi."
"Ya yakinlah."
.
.
.
.
.
.
.
.5 bulan kemudian...
"Oke biar saya lihat dulu ya kabar dari si kecil."
Dokter itu lalu menyalakan usgnya, saat melihat ke monitor dia sedikit terkejut lantaran bentuk kelamin dari bayi itu sudah berubah.
"Wah kelaminnya ternyata perempuan. Selamat ya untuk Tuan Isagi dan Nyonya Isagi, anaknya pasti sangat cantik saat sudah lahir nanti."
"Lho bukan laki-laki ? Empat bulan yang lalu kan anda bilang bayinya laki-laki" kata Haruna sembari berusaha mengangkat kepalanya.
"Tetapi bukankah waktu itu saya sempat bilang ? Bahwa ada kemungkinan bentuk kelaminnya bisa saja berubah."
"Sudahlah sayang terima saja"- Yoichi.
● ● ●
Sorenya mereka akhirnya pulang ke apartemen. Saat Haruna baru melepas jaket dan sepatunya, Yoichi langsung mengangkat tubuh wanita itu.
"Yoichi apa yang-"
"Karena aku yang menang jadi kau harus menuruti keinginanku."
"Apa!."
Yoichi langsung membawa Haruna ke kamar, dan sesampainya di kamar dia langsung membaringkan istrinya di atas kasur.
"Apa yang kau lalukan ?" Tanya Haruna.
"Akukan sudah menang jadi kau harus menuruti permintaanku" kata Yoichi sembari melepas bajunya.
"Me-memangnya apa yang kau inginkan ?."
Yoichi mendekati telinga Haruna kemudian membisikan sesuatu yang membuat pipi Haruna memerah.
Keesokan harinya, tepatnya di waktu sore hari Yoichi dan beberapa rekan timnya mampir sejenak ke cafè sehabis latihan.
"Astaga Isagi apa kau serius ? Dia sedang hamil" kata Yukimiya setelah mendengar seluruh ucapan Yoichi.
"Tenang saja aku tidak sampai menjebolnya, aku hanya menyentuh dan mencumbuinya"- Yoichi.
"Lagi pula Isagi, kau itu nafsuan saat istrimu sedang hamil" kata Hiyori.
Sedangkan Haruna dia sedang sibuk mengompres lehernya yang di penuhi bekas cupang dari suaminya.
Bersambung...
Next Chapter : Hari yang di tunggu tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriege Life Isagi Yoichi x Oc
RomanceBagaimana rasanya saat masih berada di bangku universitas, dan masih berusia 19 tahun. Tiba - tiba sudah di hadapkan dengan sebuah perjodohan mendadak yang di buat oleh orang tua, Haruna sebenarnya keberatan dengan keputusan orang tuanya. Di tambah...