2

941 61 12
                                    


"Geser Dim!".


"Lu yang minggir Neyl!, gak keliatan ini".


Neyl dan Diman berebut, keduanya saling dorong mendorong untuk mengintip kondisi kedua temannya dari jendela ruang rawat, Diman kemudian mendengus tak mendapati apapun untuk dilihat, dengan kesal lelaki berkulit eksotis itu kemudian berlalu mencari Dokter yang benar yang menangani kedua teman mereka.


Neyl yang merasa ditinggalkan mendongkak, ia tak menemukan Diman saat ini, ha, sepertinya lagi lagi ia ditinggalkan sendirian saat ini.






"Kak, kalo misalkan orang orang tau gimana?!". Nabila mendesah ia gelisah saat ini, tubuh Rony terasa berat untuk dirinya, sementara Rony yang berada ditubuh Nabila mengangkat kedua bahunya acuh, ia benar benar bingung dan buntu ide saat ini.


"Ga tau Nab, tapi lebih baik orang orang gak usah tau dulu!". Nabila menatap Rony berkaca kaca, ia rindu tubuh mungilnya itu, berada di tubuh Rony dalam waktu 5 menit benar benar sangat menyiksa hatinya "Hiks, Nab ingin kembali!". ucapnya dalam hati.


"Lu kenapa lagi, Nangis lagi?, Ya ampun Nab, jangan nangis terus ih". Rony kembali frustasi, wajahnya terlihat sangat jelek saat ini, kenapa Nabila yang berada di tubuhnya lebih banyak menangis, ia benar benar merasa kehilangan wibawanya menjadi lelaki paling Cool dan cetar sekompleks.


"Tubuh kak Rony berat, liat!! Nab asing banget, ini tubuh lelaki ntar Nab mandi gimana, Nab gak mau!!! bayanginnya aja ogah!, Hiks". Nabila kembali protes dalam tangisnya, ia tak suka dibilang banyak menangis, lelaki yang berada di tubuhnya itu benar benar sangat menyebalkan.


"Nab, Afghkl, Gw kesel ih, ah, huh". Rony berujar tak jelas ia kemudian menghela nafasnya lebar, ia juga sama tak nyamannya dengan Nabila yang masih menangis dengan tubuhnya didepan sana.


"Nab percaya sama Gw oke, Nab maunya gimana, Kak Rony ikut, tapi jangan nangis terus". Rony lalu berujar lembut menatap Nabila yang memakai tubuhnya, ia mendengus geli dalam hati bagaimana mungkin ia bisa menatap wajahnya dengan tubuh orang lain saat ini, "Ron muka lu bener bener jelek!". batin Rony mendengus.


"Kak Rony jangan marah marah Nab takut Hiks, Okay Nab setuju buat rahasain dulu keadaan kita kalo menurut Kak Rony itu yang terbaik, Nab percaya sama Kak Rony".


Rony terdiam, sekarang dipikirannya ia bisa menatap wajah Nabila yang memerah lucu karena menangis, bukan wajah galaknya yang menggelikan, Rony kemudian tersenyum, sedikit merasa lega pada keadaan yang mulai membaik saat ini.


" Gak usah sedih, kita cari solusinya sama sama okay!?". Rony mengeggam tangan miliknya berusaha menyalurkan rasa semangat pada gadis yang ia yakini lebih kalut dari pada dirinya, Nabila yang meluhat itu mengangguk ia sepenuhnya percaya pada lelaki itu.




Sementara di lain tempat.

Paul sudah berdandan rapih, celana spidermannya yang melorot sudah ia ganti dengan jelana santai miliknya, ia kemudian mencari ponsel gengamnya mencoba mencari kabar dari kedua temannya yang tersambar petir.


"Ting".



Sebuah pesan masuk, berdering kencang, Notifikasi itu membuat Paul membuka chat tersebut dengan cepat, ia kemudian mendengus menatap potret yang dikirim Salma padanya, ya rupanya gadis itu yang mengiriminya pesan.

"Paul tulung temen lu yang satu ini nyusahin banget!". tulis Salma dalam keterangan potret tersebut.


Paul terkekeh melihat wajah cetar Edo yang kembali terjatuh di potret tersebut, bule itu sepertinya tau dimana keberadaan mereka semua saat ini, dengan cepat Paul bergegas menyusul para ciwi plus Edo yang sepertinya berada disatu tempat yang sama.



Edo meringis, lagi lagi persoalan yang sama lelaki itu terjatuh karena terpeleset dan para bestinya yang lain malah mentertawakan dirinya, hah, mereka tertawa diatas penderitaan Edo!.


"Udah napa ketawanya Sal, puas banget lu liat gw terdzolimi". sengit Edo mencoba memasng wajah garang tapi malah terlihat memaksa.


Novia yang menyadari itu menepuk sahabatnya itu kencang, barusaha menyadarkan Salma jalannya harus dengan kekerasan, gadis itu terlalu bar bar jika di beri kelembutan, Novia meringis menatap Edo yang terlihat benar benar marah sekarang, gadis itu baru saja tiba karena ikut ibunya belanja, Namun kumpulan manusia manusia tukang gibah ini menarik dirinya untuk ikut masuk dalam perkumpulan dadakan.


Ia bahkan baru di beritahu tadi bahwa Nabila dan Rony tersambar petir, Edo sedikit melebihkan dengan berkata keduanya gosong di bakar petir, Novia dan Syarla yang tidak tau apa apa terkejut, mereka tak percaya jika Nabila benar benar hangus terbakar oleh petir.



"Udah udah, ini gimana bahas Nabilanya, terus Nab ga papakan?, dia gak hanguskan, kasian Nab masih muda udah jadi arang". ucap Novia diangguki Syarla, memang keduanya ini tak ikut main hujan hujanan, jika Novia ikut sang ibu belanja, maka Syarla gadis itu tengah tertidur pulas waktu hujan tadi, ia bangun karena kaget mendengar suara petir, ternyata petir tadi malah menyambar kedua temannya.



"Hust, sembarangan kalo ngomong, Edo dipercaya sama kalian, mana ada Rony Nabila gosong yang ada pikiran Edo tuh Ghoshong!". sewot Salma, ia tak terima dengan daging lebih yang Edo sisipkan pada cerita tersambar petir kedua temannya itu, ia kan kasian pada gadis unyu yang selalu mengekorinya itu, Nabila itu polos makanya Salma sayang pada gadis itu, ia serasa punya adik baru padahal ia bungsu.


Anggis yang mendengar keributan teman temannya diam, ia benar benar mengkhawatirkan Nabila saat ini, bagaimana jika Nabila bangun ia lupa padanya, aaa Anggis tidak mau, Nabila masih punya hutang padanya seribu rupiah.


"Kak Salmaaaaaa.... Nabilaaa hiks hiks". jerit Anggis, Yang lain yang sedari tadi heboh terkejut, bahkan Paul yang datang diam diam kaget hingga membuatnya terjungkal menubruk Edo yang masih terduduk dibawah.



"Aduhhhh!!". Teriak Edo, sial sekali Nasibnya sudah jatuh tertimpa bule, eh?.


"Nggis kenapa?". Salma masa  bodoh dengan kedua lelaki yang akan memulai drama baru lagi, ia  lebih memilih mengalihkan atensinya pada Anggis yang masih berteriak histeris, gadis itu seperti terguncang jiwa raganya.


"Nab bakal sadar kan kak, dia gak bakal lupa sama Anggis?". tanya Anggis dengan wajah memohon, Novia Syarla dan Salma yang melihat itu tak tega, ketiganya mendekat memberikan semangat kecil untuk Anggis optimis.


"Nab pasti sadar, gak usah khawatir, dia baik baik aja". hibur Novia.


"Kak, Nab masih punya utang sama aku seribu, kalo dia gak inget ntar nagihnya gimana".


Novia yang mendengar itu ingin menjedotkan kepalanya ketembok, sedikit kesal ia mendengar pernyataan Anggis, Syarla bahkan sudah menggigit gemas kedua tangannya, sementara Salma gadis itu bahkan ikut terjun menimpan Paul dan Edo yang masih dalam posisi terduduk, ketiganya sangat frustasi pada jalan pikiran Anggis, benar benar menakjubkan.








_________________________






TBC.







EH, KETUKER!.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang