15

411 46 15
                                    

Malamnya, aktifitas remaja ini hanya bersantai santai saja, tidak ada api unggun, makanan atau pesta kecil kecilan, tubuh mereka semua kelelahan karena perjalanan yang lumayan cukup jauh, Kini semuanya berkumpul diruang tengah, Neyl dan Diman, Daniel serta Paul sedang bermain game bersama di area tengah, Sementara Rahman lelaki itu pamit terlebih dahulu untuk tidur.


Sebenarnya pembagian kamar sudah di ratakan, satu kamar berisi 2 orang, kebetulan Nabila dalam tubuh Rony satu kamar dengan Neyl, justru lelaki berambut panjang itu yang mengajukan lebih dahulu, mengingat saat pembagian kamar wajah Rony yang biasa ia lihat datar berubah pias, sementara Rony sih santai santai saja, ia satu kamar dengan Syarla, lelaki itu tak ambil pusing cukup jauh, jika dia nanti tidak bisa tidur, cukup tidur di ruang tengah saja bukan?, Rony sih asik asik aja.


Sementara itu jika para lelaki sedang heboh bermain game, maka para gadis kini sedang Me Time bersama, mereka duduk santai diruang tengah dengan menggunakan masker wajah yang beragam, sesekali suara musik tenang terdengar dari arah para gadis, gadis gadis itu rupanya sedang galau berkedok Me Time saat ini.



Rony mengangkat alisnya bingung melihat Edo yang malah ikut terjebak dikerumuan para gadis, lelaki itu terapit oleh Rachel dan Anggis yang kini sibuk berkaca, ah tidak aneh memang, lupakan saja.



"Kak". Rony menoleh, ia lupa disampingnya saat ini terduduk Nabila yang berada dalam tubuhnya, keduanya kini asik menjajah Televisi untuk mereka berdua, sesekali Rony bisa melirik Nabila yang terus memakan cemilannya, lelaki itu bergidik ngeri bagaimana jika berat badannya naik lagi, padahal susah payah sudah ia turunkan berkilo kilo.




"Jangan kebanyakan ngemil Nab, gak baik, makanan makanan ini gurih semua nanti tenggorokannya sakit". Rony berbisik, ia menatap Wajahnya yang kini cengo, lelaki itu terkekeh, ia seolah bisa membayangkan wajah asli Nabila saat ini.




Tiba tiba angin kencang menerbangkan gorden yang terbuka, semua orang memekik kaget, mereka samua menatap kearah kaca lebar yang terbuka setengah, Neyl yang menjadi ketua dari perjalanan tersebut maju setengah langkah, kakinya bergetar, lelaki berambut panjang ini terlihat ketakutan saat ini.





"CTARR!!!".







"ZZZRTTTTT!".







Petir menyambar dengan kencang, semua gadis memekik, kilat kilat terlihat seperti blizt kali ini, Neyl mengerjap, lelaki itu terkejut bagaimana tidak ia berada dibarisan paling depan saat ini, sementara yang lain berkerumun dibelakangnya.



Rony yang melihat kericuhan segera menarik Nabila ke arah halaman belakang tanpa disadari siapapun, mereka berdua kini sudah basah kuyup kehujanan, Aroma pasir pantai, air laut, hujan dan pepohonan tropis terhirup sangat sejuk, Rony mencoba melihat Nabila yang kini memejamkan matanya, ntah ide dari mana lelaki itu berusaha kembali menantang petir untuk mengembalikan keduanya kekeadaan seperti awal.




Lelaki itu mengadah, wajah kecil milik Nabila sedikit membuatnya kesusahan menghalaw rintik rintik hujan yang terus mengeroyok keduannya, Rony menatap keatas mencari tempat paling ramai dari petir petir yang ia saksikan kini, dengan tergesa Rony menarik Nabila yang pasrah memasuki kawasan hutan, keduanya berlari tanpa alas kaki, semua ini terlalu mendadak di pikiran Rony tanpa lelaki itu sadari bahwa mereka tak membawa persiapan apapun.




"Nab kita harus cari cara biar kesamber petir lagi!". Rony menjelaskan, Nabila mengangguk, gadis itu mengerti saat ini harus melakukan apa.




Dengan tergesa Nabila membuka ponselnya, menyalakan data seluler menantang petir untuk menyambar jaringan yang terhubung dengan ponsel miliknya, meski sedikit Ragu Nabila mengangkat tinggi tinggi ponsel itu diatas kepalanya, ia mencoba memancing agar petir yang kini mengamuk menotis dirinya dan langsung menyambarnya seperti dulu.








"ZRTTTTT".










"CTAZH!".









Kilat kini tepat diatas kepalanya, Nabila memejamkan kedua matanya berharap dalam hati semoga apa yang dilakukannya kali ini bisa mengembalikan tubuhnya seperti dulu, Rony yang melihat Kilat mulai menyambar dengan segera menghampiri Nabila, lelaki itu juga  ikut menutup kedua matanya, ia mendekap erat Nabila seolah tak ingin melepaskan gadis itu, "Jika ini gak berhasil, setidaknya kita mati dalam keadaan yang gak penasaran". Rony tersenyum, kali ini bercandaan yang ia lempar sama sekali tak lucu, Namun Nabila tak ambil pusing, gadis itu malah menganggukan kepalanya seolah membetulkan kalimat guyonan nyeleneh milik Rony.






"CTARRRR!".





Kali ini semua gelap, Rony tersenyum saat saat terakhir tubuhnya jatuh, lelaki itu bahkan mendekap tubuhnya lebih erat memastikan Nabila aman aman dan baik baik saja saat ini, Namun kini pandangan keduanya meremang, keduanya kehilangan kesadaran karena tersambar petir untuk kedua kalinya.



Sementara itu suasana didalam rumah caos, Rahman yang tertidur diatas pun berlari turun, ia mendengar bunyi petir yang sangat memekakan, semua bahkan duduk melingkar dalam suasana padamnya listrik, mereka semua tak menyadari kehilangan kedua temannya itu, sampai Anggis yang menggapai gapai arah kanannya tak menemukan Nabila yang tadi terlihat duduk manis dengan Rony disampingnya.






"Kak, Nabila ilang!". Anggis panik, gadis itu berteriak heboh, ia hampir menangis saat ini, semuanya makin kacau, keributan dan kehebohan kini memenuhi ruangan gelap itu, sementara angin berhembus makin kencang, kaca kaca jendela bahkan berderit dan berdering kencang tertiup angin dengan kasar, Neyl menghela nafas, kali ini ia harus apa?.





"Neyl ayo kita  cari Nabila!". Paul mengarahkan senternya pada Neyl membuat Neyl mau tak mau mengangguk, ia kemudian menarik Daniel ikut serta, sementara Rahman, Diman dan Edo ia titah untuk menunggu para gadis dan memperhatikan kondisi tetap kondusif disini.





"Jangan ada yang keluar, tunggu sampe semuanya kondusif, Dim gue titip yang lain sama lu". Neyl membagi tugasnya, ia kemudian mengikuti Paul yang berjalan kearah arah ruangan mencari Nabila yang tak terlihat disana, "Neyl, Nabila iang sama Rony gak sih, gue juga gak liat dia dari tadi". Daniel yang berada dibelakanh berucap penuh tanya, ia heran tak melihat makhluk kaku sejenis Rony berada disana, Neyl mengangguk membenarkan, bisa jadi mungkin kedua orang itu menghilang berbarengan.





Ketiganya berjalan dalam diam, mereka mengandalkan senter milik Paul yang berada didepan, satu satunya penerangan yang mereka miliki, "Pintu belakang kebuka?, apa iya mereka keluar rumah?". Paul menunjukan senter pada pintu yang terbuka, Neyl dan Daniel mengangguk, mungkin saja dua orang itu memang pergi meninggalkan rumah lewat pintu belakanh, namun pertanyaannya hanya satu, mengapa Rony dan Nabila mengendap endap keluar lewat pintu belakanh saat keadaan sedang tidak kondusif seperti sekarang.






"Kita harus cari mereka diluar". Neyl memberi perintah, ia mengambil tiga payung yang berada di samping pintu, lelaki itu berjalan lebih dahulu, lalu mengaalisa kemana perginya dua orang yang mereka cari saat ini, "Kita mau kemana?, ujannya deres banget, petir juga gak berhenti henti nyamber terus". Neyl diam, pertanyaan Daniel hanya menjadi  angin lalu untuknya saat ini, lelaki berambut panjang itu menajamkan pengelihatannya, menatap samar jejak kaki yang mulai tertutup hujan, ia juga menatap keatas, tepat pada sebuah pohon kelapa terbakar yang masih menyalakan api saat ini.







"Cepet, firasat gue buruk, ayo kita cari  mereka kesana". tunjuk Neyl pada arah  dimana pohon kelapa tadi terbakar dan masih menyalakan api bahkan hingga saat ini.




















___________________________










TBC.






EH, KETUKER!.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang