Rony berjalan gontai, langkahnya lemah, sedikit menghela nafas Rony berusaha melupakan sejenak ucapan Diman yang terasa berdengung ditelinganya, ia berusaha melawan pikiran negatif yang tiba tiba menyeruak, ingin menyalahkan, namun Rony rasa jika ada yang bisa disalahkan disini, itu adalah dirinya, ya andai keduanya tidak memaksa, andai ia dan Nabila sedikit lebih bersabar, mereka tak akan kembali dengan keadaan yang seperti ini.
"Cklek".
Pintu ruangan serba putih itu dengan sengaja ia buka, Rony menunduk meyakinkan hatinya untuk menatap tubuh yang terbaring kaku itu penuh senyum, sejak Nabila tidak sadarkan diri ia banyak merenung, banyak tangis dan kesedihan yang ia lampiaskan, Namun kali ini ia berjanji setidaknya di depan Nabila ia tak ingin kembali membuang banyak tangis, setidaknya didepan gadis itu untuk sejenak ia ingin lebih tegar, meski ntah kapan Nabila akan sedar dan merespon senyumnya lagi.
"Hallo Nab, selamat malam". ucap Rony, ia kembali menutup pintu ruangan yang berjarak satu meter lebih itu, dengan langkah panjangnya ia mendekati Nabila yang masih belum merseponnya saat ini, ah atau ia memang tak direspon?.
"Gimana keadaannya?, kapan mau sadar?". tanya Rony lirih, matanya menatap selang infus yang berada disana, solah menjadi penghalang sekaligus jarak yang paling dekat dengan dirinya dan Nabila yang masih belum sadar.
"Kriiitt".
"Kamu gak lapar? Kak Rony mau bawaain kamu makanan tadi, tapi kamunya belum bangun?".
"Kapan mau bangunnya Nab?". lirih Rony, ia terduduk diatas kursi yang ia tarik, memegang pelan tangan gadis itu dengan hati hati, seolah olah ia akan meremukan tangan itu dalam sekali genggaman.
"Kak Rony kangen sama kamu?, kamu kangen juga gak ya?".
"Betah banget tidur?, kamu dimana mana tidur mulu ya?".
"Nab, tolong jawab kakak, kakak harus apa biar kamu mau bangun?". ucapan ucapan sepihak itu terlontar dari mulut Rony, tak ada jawaban, raga yang berbaring itu enggan membuka matanya saat ini, seakan ia sangat betah dan tak ingin kembali lagi.
"Jangan betah disana, harus bangun, apapun alasannya kamu harus bangun ya Nab, kita semua disini nungguin kamu". bisik Rony, leleki itu menunduk dalam, sekedar menyembunyikan air matanya yang turun perlahan, mengenggam tangan Nabila dengan gemetar, mengecupnya, memeluk lengan dingin itu seakan ia bisa merasakan sedikit kehidupan dari tangan yang kini dingin di genggamannya.
Rony menghapus air matanya, mengusap pipi Nabila yang semakin kurus, ia rindu rona gembul di kedua pipi yang dulunya cuby itu, ia rindu sifat positive penuh keceriaan yang selalu Nabila tularkan dimanapun, ia rindu itu, ia rindu apapun tentang gadis itu.
Rony bangun ia menyingkirkan kursi dari kasur Nabila, ia menunduk lalu membaringkan tubuhnya dilantai, kedua tangannya ia jadikan ganjalan bantal diarea leher miliknya, ia menatap lekat langit langit kamar itu, lalu menatap kesebelah ranjang yang tinggi itu, ranjang yang terdapat seseorang diatas sana.
"Kak Rony kemarin ketemu Ray, dia nangis nanyain kamu, katanya kapan kamu mau bangun, kak Rony gak bisa bilang apapun selain diam, Kakak ngerasa bener bener gak bisa apapun saat itu, bahkan buat nenangin Ray dan kasih dia harapan kakak gak bisa Nab!". ujar Rony bibirnya gemetar, rasa sesak itu kembali hadir menggerogoti, lelaki itu menggigit bibirnya kencang, berusaha menahan tangis yang kembali datang.
"Hari pas kamu Pingsan, anak anak kompleks panik, mereka kedatengan dua bocil yang bilang Reyha diculik, padahal Kakak lagi sama Reyha saat itu, Kakak dianggep penculik sama dua bocil!". Rony terkekeh, menggali kembali ingatannya, ia tak berniat untuk diam, ia ingin berbicara terus sampai sebuah raga diatas sana merespon tiap kata demi kata yang ia ucapkan saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
EH, KETUKER!.
FantasyRony dan Nabila terbangun dalam tubuh mereka yang tertukar. Gimana jadinya Rony si anak Cool bisa berpindah tubuh ke Nabila si gadis kalem. Lalu gimana jadinya, Salma yang gak pernah deket deket sama Rony, tiba tiba langsung ketempelan cowok itu di...