32

355 41 13
                                    

Rony kini mulai berjalan, ia tak bisa  melihat apapun selain warna putih, sama dengan Neyl, Paul dan Diman dalam ruang yang berbeda, ia melangkah menggunakan firasatnya, mencari Nabila dalam keterdiaman dan segala pertanyaannya kini, rasanya lelaki itu masih tak habis pikir, ia baru saja mengalami hal yang di luar nalar saat ini, bagaimana mungkin setelah beberapa tahun berteman dengan Diman dia baru menyadari temannya itu spesial seperti saat ini.

"Kayaknya Paul sama Edo ada benernya deh, jangan jangan Diman emang anaknya pesulap merah?".



"Sakti banget dia bisa kaya gini?". ucap Rony tak percaya.



Lelaki itu terus berjalan dalam ruang putih itu, ruang yang di juluki ruang hampa oleh Diman, karena bentuknya yang hanya berwarna putih.



"Aduh".



Rony meringis, kakinya seolah menabrak sesuatu, lelaki itu berjongkok melihat lebih jeli apa yang ia tabrak saat ini, sebuah akar, "Akar, tapi akar apaan?". batin Rony, tangannya terulur, akar transparant itu ia sentuh, lalu sekejap mata sebuah pohon dalam bayang transparant menjulang tinggi dihadapannya, pohon besar bak beringin, namun dua kali lipat lebih besar dari pohon beringin sendiri.


"Woah, apaan ini?". takjub Rony, Pohon itu rindang dengan daun yang labat, akar yang ia tak sengaja tendang tadi berukuran dua kali lipat lebih besar dari dirinya saat ini, seolah olah ia  sedang berada dalam ilusi mata di tempat putih ini.


Rony maju selangkah, ia kembali mengulurkan tangannya memegang pohon itu, nyata, sungguhan dan menakjubkan, Rony menatap pohon itu penuh binar, Namun seolah sesuatu mengingatkannya Rony menghela nafas, ia kesini bukan untuk sesuatu seperti ini, ia tak boleh membuang buang waktu, waktunya terlalu tipis untuk menemukan Nabila yang entah dimana sekarang keberadaannya, "Sadar Ron?, ada hal yang lebih penting dari pohon ini saat ini!". ucap Rony pada dirinya sendiri.



Sementara Paul, lelaki itu berjalan sedikit berlari, ia agak panik sendirian saat ini, ia tak ketakutan hanya saja terbiasa menjadi moodbooster dengan Edo membuat pemuda blasteran itu tak menyukai suasana hening seperti sekarang, "Sial ini dimana sih?, gak ada warteg atau pos jaga gitu, minimal pos kamling kalo gak posiandu!". keluh Paul, tubuhnya lelah berputar putar, ruangan putih ini sedari tadi terus mengajaknya berputar putar seolah tak mengijinkan pemuda bule itu untuk keluar dalam dimensi ilusi.

"Perasaan gue muter muter mulu, ini gue gak di sesatin penghuni sini kan?". panik Paul, wajahnya pucat, namun siapapun tak ada yang mempu menenangkannya saat ini.


"DEMI APAPUN!!!!, RONY!!! NEYL!!! DIMAN!!!! GUE DISESATIN SAMA PENUNGGU DISINI!!!!".


"Demi kolor spidermen punya gue yang melorot!, kalo gue keluar dari sini gue bakal beliin Edo selusin Boxer ironman keluaran terbaru!!". teriak Paul ia mulai frustasi.

"Paul!".

"Paul!".

"Paul!".



Paul tersentak kaget, matanya yang terpejam kembali terbuka, suara Nabila dalam pikirannya menyentak kesadarannya, ia tak boleh konyol seperti ini, ia harus menemukan Nabila dan membawa gadis itu pulang bersamanya.



"Jangan bercanda Paul, jangan bercanda, Ayok kita cari Nabila".  ucap Paul memberi perintah pada dirinya sendiri.



Di dimensi Neyl lelaki itu tengah duduk santai, ia bersemedi memusatkan pikiran positifnya saat  ini, ia harus segera menemukan Nabila sebelum waktunya benar benar habis dan terbuang, ntaah kemana terlemparnya dua manusia yang membuat Neyl kewalahan itu, ia juga tak peduli kemana Rony dan Paul pergi, namun yang pasti keduanya sedang dalam di posisi yang sama seperti ruanh Dimensi miliknya.


EH, KETUKER!.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang