31

202 18 12
                                    

Di dimensi lain, seorang gadis melihat dengan tatapan polos pada seseorang yang berbicara dengan raganya, ia bingung, rasanya ia pernah mengenal pemuda itu, tapi siapa?, mengapa hatinya berdebar sakit saat melihat setetes air mata yang coba di sembunyikan oleh pemuda itu.

"Ayo bangun!, kamu harus jadi sofia the first dan kakak jadi boboiboy nanti!".

Sofia?, siapa?, ia merasa familiar dengan lirih jenaka pemuda itu, Namun siapa?, ia tak memiliki ingatan sedikitpun tentang kehidupannya saat ini, bahkan seolah kehilangan arah gadis itu bahkan lupa siapa dirinya, namanya dan dari mana asalnya.





Pagi kini menyambut lebih bersinar, terik matahari terasa lebih menyengat pagi ini, benar benar membakar, Diman menatap jam tangannya kosong, menghela nafas menatap Rony yang terbangung linglung dari tidurnya, para gadis sudah berjaga berganti dengan Rony yang semalam suntuk tertidur dan menetap diruang rawat inap Nabila.

Kini keempat pria itu duduk saling bersisian, membuat lingkaran kecil yang tampak bulat, seolah menutup jengkal jengkal ruang dari tempat mereka duduk.

"Lu beneran bisa Dim?, yakin nih?, wah gak nyangka gue bisa kenalan sama sepupunya pesulap merah!". Paul bertepuk heboh, aura yang serius kini perlahan melunak, tak ada raut menegangkan lagi, seolah celetukan Paul adalah peregangan untuk sebuah hal yang akan mereka lakukan kali ini.

Neyl berdehem, ia tak tau apapun, tiba tiba ia diajak dalam perkumpulan lingkaran mendadak ini, lelaki itu hanya pasrah bahkan melirik selilas Rony yang masih memasang wajah mengantuk, ah Rony memang pengantuk bahkan disaat dia tidak ngantuk sekalipun, Neyl lupa hal itu.

"Aduh!". Paul meringis, mengusap usap pelipisnya sakit, Diman hanya menyengir riang, pelaku dari kekerasan pada pelipis Paul itu hanya tersenyum biasa, seenaknya saja ia disatu keturunan dengan pesulap merah.

"Mulut lu Paul!, kalo Edo denger bisa bisa serius dia yakin kalo gue sepupunya pesulap merah, sialan!". Paul tersenyum, ah sudah berapa lama ia tak sewaras ini, akhir kahir ini pikirannya dan teman temannya terasa penuh, musibah yang terjadi pada Nabila seakan membuat mereka juga terpaku dalam kemusibahan itu.


Rony tersenyum tipis, memberi respon meski pikirannya tengah kemelut ribut, Neyl bahkan sudah tertawa cair, ia berharap tujuan kali ini benar benar berhasil dan mereka semua kembali terbebas dalam badai masalah saat ini, "Kalo ini gak berhasil, gimana?". Seolah sadar suasana yang tadi cair kini kembali menegangkan, celetukan Rony dan  segala pesimisnya membuat Neyl, Paul dan Diman mendesah berat.


"Kita ikhtiar sama sama Ron?, gak ada salahnya mencoba sesuatu yang kita belum tau untung ruginya". Neyl menepuk bahu Rony pelan, memberi semangat, Paul yang menyadari itu diam, ia juga memikirkan segala kemungkinan terburuk dari usaha mereka saat ini.

"Waktu kita gak banyak, tugas kita saat ini cuman manggil Nabila, ingetin dia tentang siapa dirinya, karena dalam pengelihatan gue, saat ini Ruh Nabila dalam keadaan bingung, dia bahkan gak kenal siapa dirinya sendiri". ucap Diman


"Sebenarnya ini wajar aja, mengingat pemindahan jiwa  yang tertukar dua kali membuat si pemilik jiwa terguncang, jiwa terguncang mudah rapuh membuatnya bahkan bisa melupakan siapa dirinya yang sebenarnya, bahkan lebih parahnya, jiwa terguncang bisa hidup dalam raga orang lain dalam keadaan tidak sadar, karena jiwa itu kehilangan kendali dari dirinya sendiri, dan raga jiwa itu meninggal dalam waktu yang bersamaan". Diman menjelaskan, sebelum ini di mulai ia harus menjelaskan lebih rinci pada ketiga temannya ini, pun tatapan ketiganya yang menuntut untuk dijelaskan membuat Diman akhirnya buka suara.



"Jika salah satu dari kita ketemu Nabila, panggil dia dengan kencang, pastikan jiwa Nabila mengenali siapa dirinya sendiri". Diman lagi lagi berucap, menatap ketiga temannya saat ini.



EH, KETUKER!.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang