23

445 53 14
                                    

"Tok-Tok!".

Rony menghela nafas, ia baru saja terbangun kembali dari tidurnya, makanan yang di bawa Paul masih utuh diatas meja beserta obat obatan dan segelas air putih besar disana, Sepertinya Paul lupa Rony tidak bisa apa apa sekarang, hingga lelaki itu meninggalkannya dalam kondisi kelaparan, membuatnya ketiduran kembali.

Wajah mungil terlihat menyempil didaun pintu, Rony tersenyum, ia menghela nafas lega saat melihat wajah Nabila yang menatapnya polos saat ini.

"Kenapa Nab?, sini masuk!". ajak Rony, Nabila dengan langkah ragu masuk, ditangannya ada sebuah nampan kecil yang lagi lagi berisi makanan dan obat obatan.

"Udah jam 12, waktunya makan siang kak". ucap Nabila.

"Lho itu sarapannya gak dimakan?". Nabila memiringkan wajahnya sedikit menatap Rony meminta penjelasan, gadis itu sedikit terkejut melihat sarapan tadi pagi masih utuh tak tersentuh sedikitpun saat ini.

Rony berdehem, perut keroncongannya terdengar memalukan saat ini, kedua pipinya meronya malu, tolong selamatkan ia dari kecanggungan yang tiba tiba ini.

"Kak Rony lapar!, Astaga!, kak Rony kan belum bisa makan sendiri, tangannya masih sakit?". tanya Nabila lembut, gadis itu khawatir ia ingat Rony masih belum bisa menggerakan tangannya lebih luas saat ini, Efek salah urut Edo dan jatuh dari pohon kelapa masih berlanjut ternyata.

Rony hanya mengangguk, ia sendiri kepalang malu karena Nabila mendengar protesan perutnya yang berdemo menimbulkan suara keroncongan yang memalukan.

Nabila menarik kursi yang berada disana, menduduki kursi yang tadi pagi diduduki oleh Paul sebelum lelaki bule itu bertemu dengannya.

"Tadi Pagi Paul gak nyuapin kak Rony ya?, astaga Nab lupa ngasih tau ke yang lain, tangan kak Rony masih belum bisa digerakin".

"Yaudah Kak Rony makan sekarang, Nab suapin ayok, kak Rony harus banyak makan biar sembuh!".

Sembari malu malu Rony mengangguk, ia tak bisa memalingkan wajahnya yang memerah saat ini, tubuhnya saat ini berada dalam keterbatasan bergerak, ah ia berharap semoga seluruh indra ototnya saat ini bisa kembalu berfungsi seperti semula, ia merasa merepotkan Nab jika begini ceritannya.

"Maaf ya Nab". Rony menunduk, sesekal mengunyah suapan nasi yang diterimanya.

Nabila menatap bingung, ada apa dengan Rony saat ini, mengapa lelaki itu meminta maaf.

"Gak papa kak, gak usah minta maaf, Nab gak papa kok!". Nabila tersenyum, senyuman yang lebih lebar terpatri diantara kedua pipinya, gadis itu terlihat cerah dengan hijab berwarna biru wardah terang dikepalanya saat ini.

"Makan yang banyak!, biar cepet sehat ya kak!".

Rony diam, ia masih menikmati sehuap demi sehuap nasi yang masuk kedalam mulutnya, tidak banyak hanya beberapa sendok perut lelaki itu belum bersinkron dengan benar saat ini, paling tidak rasa laparnya sudah hilang, Rony hanya perlu meminum obat dan kembali tidur saat ini.

"Obatnya diminum dulu kak!". dengan telaten Nabila kembali menyuapkan beberapa obat dengan segelas air yang sudah ia siapkan, gadis itu tersenyun puas saat semua tugasnya sudah selesai saat ini.

"Jangan tidur lagi, Nab bantu senderan, biasain digerakin sedikit demi sedikit biar agak mendingan". dengan sekuat tenaga Nabila kembali menarik tubuh bongor milik Rony agar bisa bersandar lebih tinggi saat ini.


Pintu yang terbuka setengah kini terbuka lebar, Neyl berdiri disana dengan Paul yang kini menggenggam sebotol minyak jaitun yang ia rampok paksa dari Bunga.

"Ron udah mendingan?". tanya Neyl, lelaki itu melangkah lebih dekat disusul Paul yang buru buru memisahkan Nabila yang terlalu dekat dengan Rony saat ini.

"Jangan capek capek Nab, takut sakit lagi, kamu duluan aja keruang tengah yang lain lagi ngumpul disana". ucap Paul, Rony yang mendengar itu melirik tajam sahabat bulenya Pemuda itu seperti sengaja ingin memisahkan Nabila darinya.


Nabila yang mendengar ucapan Paul mengangguk membenarkan, gadis itu keluar dari ruangan Rony beralih keruang tengah dimana yang lain tengah berkumpul saat ini sembari dituntun Paul yang terlihat protektif padanya.



Rony mendesah, niat modusnya dari awal pupus sudah saat ini, lelaki itu kemudian melemparkan pandangannya pada Neyl yang berdiri santai bersandar pada tembok, "Kalah start lu, geraknya lama sih!". cemoh Neyl dengan wajah tengilnya, Rony yang mendengar itu mendengus, matanya masih mengawasi pergerakan Neyl yang mencoba mendekatinya dan duduk di kursi tempat Nabila tadi.


"Lain kali tolong kalo ada yang ngasih Gue makan sama obat bilangin tangan Gue masih sakit Neyl, minimal suapin seuap dua huap kek, jangan ditinggal tinggal, Gue udah sakit harus kelaparan pula!". Rony mendengus jengkel, semua unek uneknya keluar begitu saja, Neyl yang mendengar itu tertawa terbahak bahak, lucu juga takdir sahabatnya ini sudah jatuh kelaparan pula.


"Kayaknya bener kata Salma, Lu kayaknya kena karma gara gara negbolehin Nab main air laut pagi pagi Ron!".



Rony memutar bola matanya malas, teman temannya ini memang selalu kompak merecokinya, "Berisik deh Neyl!". gerutu Rony.



Laki laki itu menggerakan tangannya kebas, ia mendengus kedua tangan dan kakinya memang belum berfungsi baik saat ini, salahkan saja kretek abal abal Pauldan pijat urut abal abal milik Edo yang kelewat kreatif.


"Lu istirahat aja disini, biar cepet sembuh, Gue mau kedepan dulu, yang lain lagi kumpul disana". baru saja Neyl berdiri Namun lelaki itu kemudian diam saat mendengar Rony yang kembali mengeluh, "Gue bosen disini Neyl!". keluh Rony, ia ingin juga beraktifitas paling tidak ada teman mengobrol kek, bukan hanya ditinggal seorang diri seperti sekarang, ia benar benar merasa seperti remaja jompo saat ini.


"Gue panggilin Edo biar sekalian di pijet lagi pelan pelan biar tambah mendingan!". ujar Neyl.


"Gak usah!, mending gue tidur seharian daripada dipijit Edo, bukannya mendingan gue langsung pindah alam!".



Neyl tertawa, lelaki itu benar benar terhibur dengan sikap Rony saat ini, benar benar langka, kapan lagi ia melihat Rony banyak mengeluh dan berbicara, "Cepet sembuh Ron, Sorry gue kayaknya gak bisa nyuruh Nabila buat sering sering jenguk Lu, dia lagi sakit soalnya, takut kecapean". ucap Neyl, Rony mendengus, makin jengkel hatinya hari ini, sudah dilangkahi Paul ia tak berdaya pula, andai saja tubuhnya tak seperti ini, ia akan lebih jauh melangkahi Paul untuk mendekati Nabila.


"Besok gue mendingan kayaknya, gak usah khawatir". Neyl mengangguk sembari memberikan dua jempolnya setuju dan menutup pintu, namun baru saja Rony hendak bernafas lega, tiba tiba sebuah gebrakan pintu terbuka dengan kasar, Rony berjenggit menatap tajam pada pelaku penggebrakan itu.



"Diman!". kesal Rony.



Diman tersenyum tipis seraya berujar maaf, lelaki itu buru buru masuk kedalam kamar menutupnya pelan dan mendekati Rony yang kini menatapnya bingung, "Lu mau ngapain Dim?". bingung Rony.



"Jujur sama gue, kecelakan petir kemarin bukan kejadian biasakan?".



"Lu beneran pernah ketuker sama Nabila?".



Rony diam, bagaimana mungkin Diman bisa tau?.














_____________________________________











TBC.







Maaf ya author jarang update🙏🙏








EH, KETUKER!.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang