24

450 57 22
                                    

Dua hari berlalu, kini kondisi Rony mulai membaik, meski dalam keadaan bergerak lelaki itu masih harus dibantu oleh alat penunjang yang sengaja Neyl buatkan dari kayu, dalam dua hari ini semua terasa begitu lambat, Rony heran saat melihat Paul dan Salma yang nampak memonopoli waktu Nabila, membuatnya sesekali frustasi karena gadis mungil itu selalu berada jauh dalam jangkauannya.

Semuannya berdiri berbaris, kini mereka semua sepakat untuk mengakhiri liburan hari ini, bukan apa apa, hanya saja jadwal dan beberapa pekerjaan mereka menumpuk karena tertinggal jauh, membuat beberapa dari mereka terpaksa harus meninggalkan liburan ini dan kembali keativitas sebelumnnya menjadi budak karporat.

Rony diam, sebelah tangannya memegang erat tongkat kayu yang diberikan Neyl, sebelah tangannya lagi, menggenggam kuat tas ranselnya yang dari awal ia bawa, lelaki itu menatap datar pemandangan dihadapannya kali ini, ia mendengus, melihat Paul dan Salma yang kembali memperebutkan Nabila.

"Gak ya Ul!, Nabila sama Gue!". teriak Salma, gadis itu melotot tajam bahkan bola matannya hampir keluar saat ini.

Paul tetap kekeh, lelaki bule itu bak anak kecil yang tak ingin mainannya di ambil oleh orang lain, Paul menarik Nabila, menyembunyikan gadis mungil itu dibalik badannya yang tinggi, "Gak bisa Sal, Nab kan awalnya sama Gue, masa pulangnnya ada dimobil Lu!". kekeh Paul.

Salma yang mendengar itu memberengut kesal, ia memasang wajah merajuknya, gadis itu menarik siapapun yang berada disampingnya kini untuk ia ajak dalam perdebatan ini, Diman yang menjadi korban tarikan Salma menghela nafas, Salma dan Paul adalah dua orang Dewasa yang memiliki jiwa anak kecil, "Huh, merepotkan". batin Diman.


"Udah udah gak usah ribut, biarin aja sih Sal, tho nanti kita ketemu lagi disana". Diman dengan pengertian memberikan Salma penjelasan, lelaki manis itu mengusap lembut bahu si gadis, bermaksud menenangkan Salma yang kini semakin merajuk, "Ih Diman gak seru!". teriak Salma kesal, pasalnya keberpihakan Diman padanyapun tak menghasilkan apa apa.

Rony yang melihat semuannya mendengus malas, ada ada saja kelakuan anak anak alumni tadika mesra ini, "Nab sama Gue Ul, Rony juga, bukan apa apa biar gampang gue pastiinnya, takutnya kenapa kenapa lagi nanti". seolah menengahi Neyl tiba tiba memberi intrupsi, membuat Nabila yang berada di balik tubuh Paul menyembul, menatap dan memperhatikan teman temannya satu persatu, gadis itu bahkan tak siap saat tubuhnya oleng dan ditarik oleh Salma yang sudah sumringah karena Nabila berada dalam satu mobil yang sama dengannya, "Neyl!!!, I Love you, pokoknya cees gue cuma lu makasih Neyl!, nanti dikota gue janji deh bakal kasih tiket creambath gratis buat rambut duta shampo lain punya lu!". Salma berteriak kegirangan seraya melambai lambaikan tangannya berterimakasih pada Neyl, membuat Diman yang berada disebelahnya mendengus, sudah begini saja dia dilupakan oleh gadis super enerjik itu.

"Lho Neyl gak bisa gitu dong, mobil gue kosong kalo isinya di oper oper ke mobil lu semua, gak sekalian aja Edo, Anggis juga ikut kesana!". semua yang ada disana diam, Paul begitu berani membentak Neyl yang memang disegani mereka semua, sementara Neyl hanya diam, ia  menyunggingkan senyum tipisnnya pada Paul, melempar satu jempol lalu berbalik arah, tak ingin peduli pada rasa tak terima Paul saat ini, "Gue gak terima usul lain Paul, kalo gak terima lu boleh pulang sendiri, ide bagus juga kalo Edo sama Anggis ikut yang lain aja daripada  ikut sama lu tapi jadi pelampiasan marah marah lu nanti". ucap Neyl, suaranya begitu datar, membuat Paul tersadar apa yang baru saja ia ucapkan sepertinnya adalah kesalahan fatal saat ini.

"Semuannya baris, hari ini kita awali perjalanan pulang kita bersama dengan doa, kita berharap bisa sampai tujuan kembali dengan selamat tanpa kekuarangan satu apapun, Gue pimpin doannya, berdoa sesuai kepercayaan masing masing, Mulai!". Suara Neyl kembali terdengar, semua orang patuh khusyu dalam dian berdoa sesuai kepercayaan masing masing, Rony pun begitu, bukan cuman Rony, Paul yang akan kembali berucap tiba tiba terdiam dan ikut berdoa, perasaan menyesal menggerogoti lelaki itu, ah kenapa sumbunya pendek sekali, Paul mudah sekali terpancing oleh perkelahian kecil.



"Selesai".

Kini semuannya sibuk membubarkan diri, mencari kendaraannya masing masing menyisakan Edo, Paul dan Anggis serta rombongan Neyl yang berdiri canggung disana, "Bang Neyl, Anggis ikut sama siapa?". tanya Anggis, gadis itu ketakutan melihat aura tegang yang tercipta disana, Neyl yang mendengar itu menghela nafas lalu menatap Paul meminta pendapat, "Yaudah Neyl, mereka berdua sama gue, Nabila sama Rony ikut mobil lu, gue titip mereka ya take and care Neyl!". Paul memilih mengalah, ia pasrah saat ini, memang kesalahannya karena  tak sengaja membentak orang yang dituakan disana, meski terkadang Neyl pun sikapnya sebelas duabelas random sama dengannya namun diantara teman temannya Neyl justru dituakan karena memang paling tua, itulah sebabnya mereka akan lebih segan pada Neyl saat pengambilan keputusan seperti sekarang, karena hanya Neyl lah yang tak bisa bantah saat ini.



"Sorry Paul, gue harap lu ngertiin gue kali ini".

"Slow Neyl gue ngerti kok!". Neyl tersenyum, akhirnya win win solustion didapatkan oleh mereka, perdebatan tadipun berakhir dengan keputusan yang adil saat ini.

Rony yang memang tak minat pada situasi ini menepi, ia ingin duduk saja didalam mobil tanpa ikut campur pertengkaran dadakan itu, dengan gerak patah patahnya lelaki itu berjalan, membuk mobil Neyl lalu masuk dibagian belakang, ia ingin tidur saja, rasa kantuk lelah dan sakit menggerayanginya kini, membuatnya memutuskan untuk tidur lebih dulu saja daripada menunggu yang lain.



"Lu gak mau nyetir lagi Ron?, kemarin kan lu yang nyetir bawa mobil Paul?". Rony melotot, suara asing itu membuatnya yang hampir terlelap kembali bangun dengan tiba tiba, ia melirik Diman yang kini anteng duduk di depannya, Rony menatap tajam Diman, sebenarnya sejauh mana lelaki itu tau tentang kejadian kemarin?.


"Lu tau apa Dim?, lagian lu mau buat kita celaka nyuruh gue nyetir, yang bener aja, orang sakit suruh nyetirin orang sehat". dengan acuh Rony berucap datar, Diman terlalu sus dipandangan matannya, lelaki itu terlalu misterius saat ini, sebenarnya mengapa teman temannya memiliki watak yang berbeda dari yang ia kenal, atau mungkin sebenarnya ia tak mengenali lebih jauh watak teman temannya.


"Logika gue sederhana, Nabila gak bisa ngendarain apapun kecuali sepeda listrik, terus dengan tiba tiba dia supperior banget dengan pede mau bawa mobil, sementara lu yang ditunjuk nyetir malah ketakutan kemarin, Bro gue tau apa yang terjadi hari itu, ah lebih tepatnya malam itu". Diman berujar dengan nada penuh misterius, Rony menatap awas, lelaki itu penuh curiga saat ini.


"But See, Nabila terlihat lupa sama apa yang kalian alami, atau mungkin gadis itu bener bener lupa ingatan?, gimana Ron tebakan gue bener bukan?". Rony diam kedua tangannya mengepal, sebenarnya siapa Diman?.


















______________________________________





















TBC.






























EH, KETUKER!.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang