Rony mengerjapkan kedua matanya, cahaya silau menyoroti netra coklatnya, ia mengeriyit beradaptasi pada dunia nyata yang sebenarnya.
"Duh". kepalanya pusing, matanya masih memburam namun lelaki itu mencoba duduk, ia melihat ketiga temannya menunduk pasrah, Rony bingung ada apa ini, mengapa semuanya menunduk seperti ini.
"Neyl, Dim, Paul kenapa?". tanya Rony bingung.
Paul lebih dulu merespon, ia melihat temannya yang sudah sadarkan diri itu, dia menghela nafas, lalu menggelangkan kepalanya tak kuasa menjawab, Neyl menepuk bahu Paul pelan, memberi semangat dalam tepukannya, lalu menatap Rony yang memandangnya penuh tanya.
"Salah satu diantara kita gak ada yang ketemu Nabila, besar kemungkinannya dia gak selamet Ron". Diman menjawab, ia menghela nafas beberapa kali.
Tiba tiba mata Rony berkaca kaca, lelaki itu ikut sedih, air mata bahkan menggenang di pelupuk matanya, Neyl yang pertama kali menyadari mendekati Rony menepuk bahu besar milik lelaki itu, "Ga usah sedih, kita emang bisa usaha, tapi Tuhan punya kuasa, kita pasrahin semuanya sama yang diatas, perbanyak doa semoga Nabila segera sadar lagi". tutur Neyl, tangannya senantiasa menepuk bahu Rony, memberikan dorongan semangat seperti yang telah ia lakukan pada Paul tadi.
Rony menunduk, air matany turun begitu saja, mengulang hari hari kemarin saat dirinya banyak menangis kembali, "Ron, It's okay, kita pasrahin semuanya ya, percaya takdir semua udah ada yang nentuin jangan sedih!". Diman kali ini berbicara, bagaimanapun ini usulan dirinya, ia mungkin sudah menyadari akan terjadi seperti ini, meski ia berharap kemungkinan Nabila di temukan, namun peluang itu sangat kecil, ibarat hanya ada 20 persen saja persentase kemungkinan itu terjadi.
"Dim, Paul, Neyl!". Rony memanggil ketiga sahabatnya itu, ia menatap mereka lesu, sungguh ia lelah dan butuh jam tidur istirahatnya kembali teratur saat ini, "Gue ketemu Nabila!, gue ketemu Nabila". ucap Rony.
Paul yang mendengar itu mendongkak, menatap Rony, mendekati pemuda yang masih menunduk itu lalu mengguncang bahunya tak sabaran!, "Lu berhasil nemuin Nab, Ron?". tanya Paul tak sabaran, hatinya menggelitik tak bisa dipungkiri ia cukup senang dengan kabar yang bisa ia simpulkan sendiri kini.
Namun Rony menggeleng, lalu mengangguk, membuat kesabaran Paul yang tertumpuk itu tumpah, pemuda bule itu berdiri dengan sadisnya ia menendang kaki Rony yang menghalangi langkahnya, ia ingin pergi, semua ini percuma, tingkah mereka saat ini hanyalah kekonyolan yang sia sia.
"Gue ketemu Nabila, gue ketemu dia, dia kayak orang yang gak ngenalin dirinya sendiri, dia kebingungan, gue pun bingung, gue gak tahu harus gimana caranya ngeyakinin Nabila buat ikut pulang!". lirih suara Rony itu membuat langkah Paul terhenti, Diman menghela nafas, mencoba mendengarkan seksama lanjutan yang akan di ucapkan oleh Rony, sementara Neyl ia hanya diam menyimak apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Gue sebut nama dia, tapi dia gelengin kepala, dia bilang dia gak kenal Nabila, dia bahkan gak tau siapa Nabila itu, Dim, apa Nabila berhasil gue bawa kalo keadaannya kaya gitu?". sambung Rony, wajahnya berkaca kaca, kacau sudah ia beberapa hari belakangan ini.
"Huft". Diman menghela nafas, ia menepuk bahu Rony dua kali, lalu ikut menyamankan diri duduk disebelah Neyl, Paul yang melihat itu buru buru duduk di sebelah Diman, ia tak ingin melewatkan informasi sekecil apapun, meski sulit harapan itu masih tumbuh walau sebesar biji semangka.
"Waktu gue hitung mundur, apa yang Nabila lakuin?". tanya Diman, ia menatap Rony dengan lekat, berusaha memutar kepalanya pada jawaban yang akan di lontarkan pemuda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
EH, KETUKER!.
FantasyRony dan Nabila terbangun dalam tubuh mereka yang tertukar. Gimana jadinya Rony si anak Cool bisa berpindah tubuh ke Nabila si gadis kalem. Lalu gimana jadinya, Salma yang gak pernah deket deket sama Rony, tiba tiba langsung ketempelan cowok itu di...