About Us | 2

10 1 0
                                    

"Anjir, Bi, ini cakep banget sumpah cowoknya," ucap Kina, teman sebangkunya dengan begitu menggebu. "Lo kalau gak mau buat gue aja. Sumpah deh, gue mau dijodohin kalau sama dia."

Bianca merebut paksa ponsel miliknya dari tangan Kina. "Siapa bilang gue gak mau sama dia? Gue mau, kok. Lagian gue juga udah setuju sama perjodohan ini."

Mata Kina berbinar mendengar pengakuan Bianca. "Akhirnya, Bianca gak jomblo lagi."

"Tapi gue gak pacaran sama dia," potong Bianca meralat ucapan Kina. "Gue cuma setuju, bukan berarti gue pacaran sama dia."

Kina mengibaskan tangannya ke udara. "Ya, apapun itu artinya lo sekarang udah punya cowok."

"Tapi dia udah punya pacar, Kin." Bianca berhasil membungkam Kina yang akan kembali berceloteh. "Mereka baru pacaran, kayaknya mereka satu sekolah."

"Kok bisa?" Kina heboh seperti biasanya. "Dia udah punya pacar, tapi kenapa malah dijodohin sama lo? Mereka backstreet?"

Bahu Bianca terangkat singkat. "Entah. Tapi, kalau soal perjodohan ini sebenarnya udah direncanakan sejak lama. Orang tua gue sama Tante Melan sahabatan gitu, jadi gak tahu lah terserah mereka," racau Bianca sedikit malas menjelaskan tentang perjodohan yang sangat mengguncang kewarasannya.

"Bianca permaisuriku," panggil seseorang dari pintu kelas. "Kakanda membawakan Adinda cokelat dari hutan nun jauh di sana," lanjutnya terdengar dramatis sekaligus menyebalkan.

Kursi yang ditempatinya digeser sedikit, lalu Bianca berdiri dan menghampiri kakanda dari kerajaan kandang ayam yang hampir setiap hari memberinya sebatang cokelat.

Tangan Bianca terulur menerima cokelat itu dengan senang hati, badannya sedikit membungkuk dan kedua sudut bibirnya terangkat ke atas. "Terima kasih banyak Baginda Raja," ucapnya seperti biasa, ikut membalas tingkah Zidan tanpa sedikit pun merasa malu.

Di tempatnya, ada Kina yang menepuk jidat melihat kelakuan Bianca yang dari ke hari semakin aneh. Bisa-bisanya cewek itu bergaul dengan Zidan yang playboy-nya sudah tercium dari jarak 10 kilometer.

"Sudah kah Adinda mencintaiku?"

Kepala Bianca menggeleng dua kali. "Belum. Silakan coba lagi besok, Baginda Raja."

"Astaga, gue udah ganti pacar lima kali dan lo masih belum suka sama gue."

Bianca masih waras untuk jatuh cinta pada cowok seperti Zidan yang tiap dua minggu sekali ganti pacar. "Mau gue beri saran lagi?" tawar Bianca.

"Berhenti suka sama gue. Jangan suka sama gue." Bianca mengatakan kalimat itu tanpa beban.

"Kasih alasan kenapa gue gak boleh suka sama lo," pinta Zidan sedikit menuntut.

Bianca tetap terlihat santai dan tersenyum. "Gue gak bisa pacaran sama cowok yang tiap minggu ganti pacar, dan gue udah dijodohkan sama orang tua gue."

Tawa Zidan begitu nyaring terdengar. "Bi, ini udah zaman modern, loh. Masih zaman jodoh-jodohan? Oh, satu lagi, soal gue yang suka ganti cewek terus, gue janji bakal berubah setelah pacaran sama lo."

Janji itu terdengar seperti omong kosong untuk Bianca.

"Lo cuma penasaran sama gue, Zidan. Gak ada yang menarik dari diri gue, jadi berhenti aja. Kita temenan seperti biasa."

"Tapi gue mau pacaran sama lo."

"Gue gak bisa," potong Bianca cepat. "Tapi, terima kasih untuk cokelatnya. Dan, gue lebih nyaman temenan doang kalau sama lo."

Setelah sebulan Bianca dibujuk dan dirayu oleh Zidan, akhirnya hari ini semuanya sudah selesai. Bianca memang tidak bisa menerima Zidan lebih dari sekadar sahabat. Pun, ia tidak bisa lagi meladeni cowok itu beserta cokelat dan kata-kata manisnya.

About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang