Game Start

838 38 0
                                    

⚠️Sensitif Content ; Raped

Gue cuma duduk di sofa ruang tengah ngelamun sendirian. Gue udah coba buka pintu tadi tapi hanya terbuka satu jengkal, si brengsek itu pasang gembok dan rantai supaya pintu gak bisa dibuka dari dalam kalo dia lagi pergi. Ruangan di sebelah kamar buat gue kayaknya kamar renjun, dia kunci pintunya.

Pikiran gue melayang memikirkan kira-kira bunda lagi apa?
Sungchan dia lagi ngapain?
Sudah sejauh apa hasil mereka berusaha buat cari gue?

Padahal gue ada di tengah-tengah kota,yang bisa aja dengan mudah ditemukan. Cuma gak akan ada yang sangka gue ada disini, terisolasi didalam unit apartemen mewah. Mungkin sekarang mereka lagi interogasi beberapa teman-teman gue atau mantan pacar gue. Berusaha mati-matian cari petunjuk kemana gue pergi.

Sebenarnya dosa apa yang udah pernah gue perbuat? Seberapa besar kesalahan gue sampai gue harus mengalami hal gila ini sendirian.
Dari sekian banyak manusia di dunia ini, kenapa harus gue?

Perhatian gue teralihkan ketika pintu terbuka, Renjun balik dengan beberapa tas belanjaan besar. Tanpa banyak bicara dia simpan tas-tas itu di meja tepat di depan gue, gue cuma tatap dia bingung.

"Kebutuhan pribadi lo, kalau butuh sesuatu bilang aja." Ucapnya
Gue mengintip isi belanjaannya. Beberapa skincare dan makeup, juga pembalut dan kebutuhan lain gue sebagai perempuan.

"Kenapa lo perlakukan gue kaya gini?"

"Anjing aja kalo udah di jadikan peliharaan pasti diperlakukan dengan baik, apalagi lo yang manusia."

"Masih punya empati sama manusia ternyata, kirain lo udah gak bisa bedain manusia sama binatang."

"Jangan konyol Naya, gue perlakukan lo dengan baik karena gue pasti butuh sesuatu dari lo nanti."

=====

Jam dinding udah menunjukan pukul 9 malam, gue sama sekali gak bisa tidur. Memangnya siap yang akan bisa tidur ketika tinggal dirumah seorang pembunuh?

Renjun pergi dari sore entah apa yang dia lakukan. Tapi setidaknya gue lebih nyaman sendirian kaya gini, gue cuma tatap televisi yang sama sekali tidak menarik.
Satu pertanyaan yang terus memenuhi otak gue sedari tadi pagi adalah apa sebelumnya ada seseorang yang bernasib sama kaya gue disini?
Mengingat banyak baju perempuan di lemari dikamar yang gue tempati, atau jangan-jangan semua barang-barang ini milik si perempuan berambut coklat yang mereka bunuh itu?

"Bisa gila gue lama-lama."
Gue memilih buat duduk di samping jendela besar, menatap keluar. Cahaya bintang juga gedung pencakar langit di sekitaran apartemen ini sangat indah. Perasaan kesal di hati gue muncul, sedikit tidak adil rasanya ketika mengingat kebebasan hidup gue dirampas dengan mudah oleh orang lain dan gue lebih muak lagi dengan kenyataan gue gak bisa melakukan apapun.

Gue denger pintu kebuka, gue gak menghiraukan kedatangan Renjun bahkan gak mau peduli.

"Gue habis dari kantor polisi, ngasih kesaksian soal lo. Kayaknya mereka bener-bener buntu gak dapat petunjuk apapun selain cctv minimarket yang lo datengin."
Cerita renjun berhasil mendapatkan perhatian gue.

"Bunda, dia baik-baik aja kan?"

"Dia kacau banget." Jawab renjun singkat.

"Dan lo gak merasa bersalah setelah liat nyokap gue se-menderita itu?"

Renjun cuma ngangkat bahunya seolah tak peduli dan tak berperasaan. Wajah polosnya benar-benar menipu, gue gak habis pikir bisa-bisanya dibalik tampang polos dan baik itu tersimpan jiwa yang keji juga.

"Tinggalin gue sendiri." Ucap gue, Renjun cuma ngangguk dan berlalu ke arah dapur. Dia bawa 2 botol whisky ke kamarnya tanpa memperdulikan gue lagi.

.

Eccedentesiast  [Huang Renjun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang