Hilang

505 37 0
                                    

Kegiatan baksos berjalan dengan lancar, beruntungnya Renjun masih membiarkan gue sampai gue pulang. Gue pulang dengan baik-baik saja dan selamat, gue juga minta Sungchan buat bareng pulangnya.

Malam ini gue baru pulang dari minimarket belanja beberapa cemilan juga bumbu dapur titipan bunda. Gue lagi jalan dengan santai sampai tiba-tiba ada seseorang yang membekap mulut gue dari belakang.
Gue berontak sekuat tenaga, berusaha teriak meskipun cuma gumaman gak jelas yang keluar.
Masalah tenaga gue juga kalah, orang ini badannya lebih besar dan lebih tinggi dari gue.

Kenapa gak ada orang satupun sekarang?!
Siapapun tolong gue!
Dan lebih sialnya lagi gue gak bawa handphone sekarang karena lagi di carger dirumah, gue pikir karena cuma ke minimarket sebentar gak masalah kalo gak bawa hp.

"Mulai sekarang lo gak akan pernah lihat dunia luar lagi Naya. Hidup lo sepenuhnya milik gue."
Kesadaran gue berangsur hilang setelah gue rasa ada seseorang yang nyuntikin obat penenang atau apapun itu ke tangan gue.

=====

   Gue bangun di sebuah kamar, ini berbeda sama kamar yang terakhir kali gue diculik itu. Gue bingung dan sendirian, baju gue masih sama dengan yang terakhir kali gue pakai sebelum gue gak ingat apapun. Gue lirik jam dinding, masih jam 7 pagi. Kepala gue rasanya berat, gue cuma bisa terduduk di ranjang. Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan seperti dugaan gue Renjun lah yang masuk ke kamar dan gue yakin dia juga yang melakukan hal gila ini.

"Oh udah bangun ternyata." Ucapnya

"Gue dimana?"

"Tempat tinggal kita? Iya soalnya mulai sekarang lo tinggal disini dan gak akan pernah bisa keluar hidup-hidup." Jawabnya dengan tersenyum manis, gue merinding mendengarnya.

"Sinting, lo mau apa lagi?!"

"Bukannya lo bilang akan kasih semuanya,apapun asal jangan nyawa lo. Dan gue minta kebebasan hidup lo sebagai gantinya. Jadi lo ngerti kan situasinya sekarang. Mulai saat ini, lo punya gue Naya."

Gue cuma bisa diam. Gue gak tau kalau akhirnya ini yang akan terjadi, seandainya gue tau mungkin kemarin gue milih mati aja daripada memohon buat hidup.

"Lo udah gak sadar 3 hari kalo lo mau tau, dan sekarang orang-orang lagi nyariin lo sampai masuk berita televisi, dan kakak lo baru pulang kemarin." Cerita Renjun sambil menyalakan televisi, mencari program berita dan benar saja selang beberapa menit dia menyalakan tv ada berita tentang hilangnya gue.
Gue liat bunda sama kakak gue nangis, mohon-mohon sama siapapun yang bisa temuin gue dalam keadaan apapun buat bawa gue pulang akan diberi imbalan yang besar.

"Gue mau pulang, potong aja lidah gue atau apapun, akan gue bawa sampai mati rahasia lo asalkan lo biarin gue pulang."

"Semuanya bahkan belum dimulai Naya, masa lo nyerah gitu aja. Dan sayangnya negosiasi sama gue cuma berlaku satu kali, mau lo sampai mohon-mohon nangis darah pun gue gak akan lepasin lo." Jawab Renjun dengan tenangnya, gue nangis sekarang. Gue gak bisa dan ga tega liat bunda seputus asa itu buat cari gue.

"Lo ternyata punya banyak temen juga ya, banyak yang peduli sama lo juga. Liat udah 3 hari lo trending di twitter." Ucap renjun sembari memperlihatkan hpnya ke gue.

"Gila, sinting lo! Gue punya salah apa sama lo?!"

"Kesalahan lo cuma satu sih, tapi terlalu fatal. Lo harusnya gak lihat apa yang lo lihat."

"Mana gue tau lo lagi bunuh orang disana! Gue mau ke toilet cuma mau buang air, kalo gue tau ada orang yang lagi dibunuh disana gue gak akan kesana!"

"Hiduplah dengan baik disini, jangan coba-coba kabur atau lo akan tanggung akibatnya."

gue bingung gak tau harus ngapain, gue lepasin infus yang terpasang di tangan gue dan beranjak turun dari ranjang. Tapi sialnya tubuh gue terlalu lemah, gue langsung ambruk setelah mencoba berjalan satu langkah. Renjun yang sedari tadi cuma liatin gue langsung beranjak negbantuin gue berdiri.

"Lo akan baik-baik aja naya, selama lo nurut sama gue dan jadi gadis yang baik."

"Lo gak punya beban hidup kah? Sampe sok mau nanggung hidup gue dengan cara konyol kaya gini." Komentar gue

"Terbebani sama satu manusia lebih baik daripada membusuk di penjara, toh lo bisa gue bunuh kapan aja."

"Kalo gitu bunuh gue sekarang."

"Gue bahkan belum main-main sama lo sedikitpun, nanti tunggu gue bosan dan bunuh lo sabar aja gak usah buru-buru buat mati."

Gue cuma menepis tangan Renjun kasar, gue berjalan tertatih kearah kamar mandi mengabaikan rasa pusing yang gue rasakan.

"Semua keperluan lo ada dikamar ini, urus diri lo dan keluarlah buat makan." Ujar Renjun dan dapat gue dengar dia keluar dari kamar ini.

Gue tatap pantulan diri gue di cermin, wajah gue benar-benar pucat. Terlalu banyak pertanyaan yang memenuhi otak gue sekarang.
Gue memikirkan akan seperti apa hidup gue kedepannya? Apa gue harus berusaha kabur berujung di hajar renjun habis-habisan sampai mati atau gue lanjutin hidup sebagai anjing penurut disini?

.....

Gue keluar dari kamar, sedikit tercengang karena ternyata gue berada di apartemen mewah yang cukup luas. Pantas saja dia bisa hidup dengan nyaman seenaknya setelah membunuh seseorang, ternyata dia bisa melakukan apapun dengan uang.
Perhatian gue teralihkan ketika pintu terbuka, Jeno juga dua orang lainnya baru saja masuk dengan dua kresek besar belanjaan mereka.

"Oh ini cewek yang kalian ceritain."

"She pretty,and probably has a nice body."

"We didn't know before seeing her naked right."

Dua orang yang gak gue kenal itu dengan terang-terangan memperhatikan gue dari atas sampai bawah, membuat gue risih dibuatnya.

"Jangan kurang ajar, dia punya gue." Ucap Renjun yang datang dari arah dapur gue rasa.

"Iya bro gue tau santai aja." Si cowok berambut burgundy itu menepuk bahu Renjun sebelum berjalan kearah gue.

"Kenalin,gue Lee Haechan mungkin lo bisa hubungin gue kalo udah bosen sama Renjun dan mau kabur." Ucap si cowok rambut burgundy itu sembari tersenyum cerah.

"Naya." Jawab gue singkat

"Lo kaya mirip seseorang deh Nay, muka lo gak asing tapi mirip siapa ya?" Cowok berambut hitam itu menimpal

"Dia sepupunya Sungchan." Sahut jeno, dia hanya ber oh sembari mengangguk.

"Gue Yangyang, satu jurusan sama sungchan kita sering nongkrong bareng juga."

"Anak itu baik-baik aja kan?"tanya gue, Yangyang cuma menggeleng.

"Kacau banget." Jawab Yangyang singkat

"Kayaknya cukup kenalannya, gue masih punya urusan sama Naya. Jadi silahkan kalian pergi." Usir Renjun.

Cowok bernama Haechan tadi hanya tersenyum miring, segera berjalan menuju pintu keluar.

"See you next time Naya." Ucap yangyang sembari melambaikan tangan sebelum tubuhnya hilang dibalik pintu.

"Makan, di dapur udah gue siapin. Gue pergi dulu, jadi gadis yang baik sampai gue kembali nanti." Pamit Renjun, gue hanya diam sampai sosok Renjun pergi dan menutup pintu.

Pertama-tama gue memilih buat keliling liat isi apartemen ini, sangat nyaman dan bersih. Gue intip keluar jendela, dapat gue pastikan kalau unit ini ada di lantai belasan. Cukup besar buat tinggal berdua bareng si brengsek itu, ah atau mungkin kita gak akan berdua siapa yang tau. Bisa aja dia tiba-tiba bawa orang lain buat dia jadikan korban selanjutnya.
Dan buat sementara,kayaknya gue gak ada pilihan lain selain menurut sampai ada kesempatan kabur.

To Be Continued...

Eccedentesiast  [Huang Renjun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang