Balas Dendam

419 26 4
                                    

Renjun gak main-main pas bilang kita mau ngebut,jalanan yang lenggang bikin dia ngebut semakin gila-gilaan. Gak butuh waktu lama buat kita sampai di sebuah rumah. Renjun gak bawa gue ke apartemen itu lagi,gue hampir lupa kalau apart itu bukan tempat tinggal tetap renjun.

"Masuk." Ajak renjun,gue masih diam mengekori renjun buat masuk ke dalam. Rumah ini gak terlalu besar tapi kelihatannya sangat nyaman.

"Kalau mau lo bisa cerita sekarang." Ucap renjun,gue ikut duduk di sofa.
Gue ceritain semuanya yang gue tau,soal haechan yang ajak gue buat ketemu bunda. Soal isi chat dia sama jaemin dan soal foto nude gue.

"Ternyata haechan." Ujar renjun,dia juga cerita ke gue kalau hari itu saat renjun samperin gue dia baru pulang dari klub,dia curiga ada yang kasih dia obat atau semacamnya karena dia gak terlalu ingat apa yang terjadi.
Renjun baru sadar setelah ke esokan paginya,setelah mereka bawa gue yang hampir sekarat ke rumah sakit.

2 bulan terakhir ini renjun berusaha buat temuin gue,buat minta maaf. Tapi haechan selalu halangi renjun,gue yang matiin hp juga bikin renjun makin kesulitan.

"Maafin gue.." ucap gue

"Buat apa? lo berhak buat benci gue juga naya." Ujarnya,gue terima pelukan renjun yang selalu berhasil menenangkan. Gue gak tau harus kemana dan harus percaya sama siapa lagi selain dia sekarang.

.....

Gue bangun dengan perasaan aneh,mungkin karena gue ada di tempat asing lagi atau karena gue sekarang sama renjun lagi.

"Udah bangun ternyata,kalau mau mandi lo bisa pake baju gue dulu nay." Ucap renjun sembari megintip di balik pintu,gue cuma ngangguk.

Gue keluar dari kamar,renjun kedengerannya lagi masak. Gue berjalan ke arah dapurnya,liat renjun yang kaya gini buat gue seolah lupa kalau dia bisa aja bunuh gue kapan aja.

"Butuh bantuan?" Tanya gue

"Gak perlu,udah beres kok."

Gue masih diam duduk liatin renjun yang mulai makan,rasanya canggung banget sekarang.

"Makan yang banyak,gak gue kasih racun kok." Ujar renjun,gue cuma ngangguk. Tiba-tiba hp gue yang ada di atas meja berdering,nama haechan muncul di layar. Renjun ambil hp gue,dia angkat teleponnya tapi dia masih diam.

"Naya lo dimana? Gue jemput ya.."

"Gak usah chan,gue baik-baik aja kok."

"Gue khawatir nay,gue cuma pergi sebentar dan lo udah gak ada di rumah."

"Gue udah tau semuanya,jangan pura-pura lagi." Jawab gue,gue denger haechan ketawa di sebrang sana.

"Gue beneran suka sama lo naya,pura-pura apanya?"

"Gue udah muak haechan"

"Lo tolol naya,setelah semua yang gue lakukan buat lo sekarang lo pergi gitu aja? Gue ngaku deh,gue tidurin lo beberapa kali,gue juga tambahin obat tidur di resep obat lo kemarin. Gue campur juga di makanan lo."

"Brengsek lo haechan!"

"Lo mau balik atau gue sebar foto nude lo? Gue punya file salinannya,ada yang lebih vulgar juga kok." Jawab haechan lalu dia tertawa.

"Ide bagus tuh sebar aja,jadi gue bisa jadiin lo tersangka pembunuh naya nanti." Sahut renjun,dia ngambil hp nya dan ngetik sesuatu.

"Kalau kurang bilang,gue transfer lagi." Ucap renjun lalu mematikan teleponnya.
Gue maupun renjun jadi gak mood buat makan,gue marah dan kesel banget mendengar penuturan haechan. Gue udah sepercaya itu sama dia,gue marah tapi gue gak tau harus melampiaskannya ke siapa jadi gue cuma bisa nangis.

Eccedentesiast  [Huang Renjun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang