Gue tiba di rumah sakit, gue hanya menurut ketika mereka mengganti baju gue dengan baju pasien. Melakukan pemeriksaan lalu membawa gue ke ruang bersalin.
"Baru 36 minggu ya, bayi nya akan lahir prematur. Nyonya naya kita akan berusaha untuk melahirkan bayi nya secara normal, tapi kalau besok pagi bayi nya belum lahir juga kita terpaksa harus melakukan operasi. Bagaimana?" Dokter menjelaskan panjang lebar, dan gue hanya bisa mengangguk tidak fokus pada apapun.
"Apapun yang terbaik bagi bayinya dok, saya setuju." Jawab gue.
"Naya.. sayang, ya tuhan bagaimana bisa kalian kecelakaan!!" Bunda memasuki ruangan tunggu bersalin dengan panik.
"Bunda, renjun dia dimana?" Tanya gue
"Suami kamu baik-baik aja sayang, jangan pikirkan apapun. Fokus pada diri kamu dan bayi nya dulu sekarang ya.." ujar bunda, gue hanya mengangguk. Air mata gue jatuh lagi, gue benar-benar khawatir karena setelah mereka membawa gue kesini gue gak tahu soal keadaan renjun lagi.
Pikiran buruk terus memenuhi kepala gue, tapi gue tepis jauh-jauh dan berusaha fokus menghadapi kelahiran anak gue sekarang ini.Bunda yang menemani gue sepanjang malam di ruang bersalin, semakin lama rasa sakitnya semakin menyiksa tapi gue tetap berusaha kuat dan bertahan menolak dokter yang menawarkan gue untuk operasi.
Gue rasa kalau gue operasi siapa yang akan merawat bayi nya ketika gue dan renjun tak bisa bangun dari ranjang rumah sakit, itu akan merepotkan.Hampir 10 jam gue merasakan sakit luar biasa itu, rasanya seperti semuanya terbayarkan dan rasa sakit gue langsung sembuh ketika gue mendengar suara tangisan bayi.
"Selamat nyonya, bayi tampan terlahir dengan sehat dan selamat." Ujar dokter, gue menangis terharu menerima uluran bayi itu kedalam dekapan gue.
Dia benar-benar mirip renjun, bibir mungilnya, hidung mancungnya. Gue bisa membayangkan akan sebahagia apa renjun nanti ketika melihat anak kita......
Gue sedikit mengerjap terbangun dari tidur gue, setelah melakukan beberapa perawatan pasca melahirkan dan setelah dokter mengijinkan gue untuk tidur gue baru bisa tidur tadi setelah semalaman terjaga. Sudah banyak orang disini, gue lihat ibu renjun tengah menggendong bayi nya sembari tak henti-henti menangis.
"Ibu, renjun dimana?" Tanya gue pelan.
"Naya, renjun di rumah sakit ini juga. Kamu gak perlu khawatir sayang." Jawabnya, gue hanya mengangguk.
Mungkin renjun butuh perawatan intensive, biar nanti gue yang akan mendatangi renjun bersama bayi nya.Gue menoleh ketika pintu terbuka, teman-teman renjun yang datang. Mata mereka berempat sembab, gue yakin mereka sudah menangis berjam-jam lamanya.
"Selamat ya, naya.." ucap yangyang, dia tidak seceria biasanya.
"Terimakasih, kenapa dengan mata kalian?" Tanya gue
"Ah ini, kita sedikit terharu dan agak khawatir tadi." Jawab haechan
"Renjun, dia baik-baik aja kan?"
Mereka saling berpandangan sebentar, sebelum jaemin berdehem pelan.
"Lo harus fokus sama penyembuhan lo dulu sekarang, supaya lo cepat pulih." Jawab jaemin, gue memilih tidak mengatakan apapun lagi.
......
Sudah 2 hari semenjak gue melahirkan, gue sudah di bolehkan pulang sementara bayi nya harus dirawat beberapa hari lagi. Tapi selama ini gue tidak di ijinkan untuk bertemu renjun, mereka selalu menghalangi gue dengan berbagai alasan.
"Renjun dimana?" Tanya gue lagi
"Naya, lo harus sembuh dulu-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast [Huang Renjun]
Fiksi Penggemar21+ | Jung Naya,mahasiswi jurusan psikologi yang tanpa sengaja melihat suatu pembunuhan di universitasnya. Terpergok oleh kelompok pembunuh itu membuat Naya akhirnya terjebak di antara mereka, dalam permainan gila yang akan membuatnya kehilangan a...