Gue cuma bisa bengong melihat kenyataan gila yang terjadi di depan mata kepala gue sendiri. bahkan kelakuan mereka ini udah lebih keji dari binatang.
Para cowok-cowok itu balik lagi ke ruangan, gue cuma bisa nunduk dan kita berusaha sebisa mungkin bersikap seolah gak terjadi apa-apa. Seolah gue gak tau kekejian mereka separah apa.Waktu berlalu rasanya lama banget, gue cuma bisa diam dan nurut pas Renjun minta gue buat ikut minum juga.
"Renjun, let's make a deal." Ucap gue, Renjun natap gue penasaran.
"Gue udah tau semuanya, soal kegilaan lo semua yang kaya binatang itu. Oh bahkan binatang aja gak kaya gitu sih, lebih punya otak daripada kalian." Ucap gue,membuat mereka hanya sedikit tertawa.
"Jadi karena gue udah kehilangan semuanya dan buat mungkin seumur hidup gue terjebak kaya gini. Sebelum gue berakhir kaya yang lain gue mau minta beberapa hal sama lo." Gue melanjutkan, Renjun menyunggingkan senyum miringnya sembari menatap gue.
"Gue udah bilang kan Nay, negosiasi sama gue cuma berlaku sekali."
Ujarnya lalu meneguk segelas wine sampai habis."Tapi gak ada salahnya kalo kita negosiasi sekali lagi."
"Gue gak mau."
"Gue cuma minta sedikit kelonggaran atas aturan-aturan sinting lo yang gak masuk akal itu, dan imbalannya lo bisa dapat apapun." Ucap gue yakin sembari menatap Renjun, dia sedikit tertawa meremehkan.
"Emang apa lagi yang lo punya naya?"
Gue sedikit tersenyum "tubuh gue, lo cuma minta kebebasan hidup gue dan gue masih punya hak atas tubuh gue sendiri kalo lo lupa." Jawab gue sembari mendekatkan wajahku pada Renjun.
"Kalo lo gak mau gue yakin yang lain akan dengan senang hati sedikit bernegosiasi sama gue. Bukan hal yang sulit kan buat gue minta mereka singkirkan lo nanti, empat lawan satu lo gak akan menang." Gue melanjutkan
"Jujur aja gue berani kok buat singkirin lo asalkan gue bisa tiduri naya setiap malam." Sahut Jaemin, gue menyunggingkan senyum mengejek pada Renjun.
"Ayo pulang dan kita bicarain ini di rumah."
Renjun segera menarik tangan gue untuk pergi dari sana......
"Apa yang lo mau?" Tanya Renjun sesampainya kita di apartemennya.
"Pertama jangan terlalu kekang gue kaya orang gila. Gue akan jadi penurut asalkan perlakukan gue dengan baik jangan terlalu kasar." Ucap gue, Renjun mengangguk menyetujui.
Gue jalan kearah Renjun, menatapnya sebentar sebelum gue mencium bibir tipisnya. Masabodoh dengan harga diri, buat sekarang akan gue buang jauh-jauh. Toh sudah terlanjur hancur juga hidup gue sekarang.
"Kedua, ajak gue keluar sesekali. Dan gue bebas minta apapun ke lo, setuju?"
"Tapi tergantung gue mau setuju atau enggaknya atas semua permintaan lo." Jawab Renjun, gue ngangguk.
"Keputusan tetap di tangan lo kok."
Gue kembali mencium bibir Renjun, kali ini sedikit lebih menuntut. Renjun membalas ciuman gue gak kalah panas, tangan gue bergerak buat buka kancing baju Renjun satu persatu.
.
"Yang ketiga, gue minta handphone."
Bisik gue sambil menatap mata renjun"Dengan syarat gue pantau hp lo 24 jam, juga tanpa sosmed." Jawabnya
"Yang bener aja."
"Gue gak sebodoh itu naya."
"Gue janji gak macam-macam, gue buat akun sosmed anonim. Gue juga pengen update soal dunia luar." Gue berusaha membujuk renjun, dia tampak berpikir buat beberapa saat.
![](https://img.wattpad.com/cover/355062392-288-k827437.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast [Huang Renjun]
Fanfiction21+ | Jung Naya,mahasiswi jurusan psikologi yang tanpa sengaja melihat suatu pembunuhan di universitasnya. Terpergok oleh kelompok pembunuh itu membuat Naya akhirnya terjebak di antara mereka, dalam permainan gila yang akan membuatnya kehilangan a...