Gue menghabiskan waktu hampir 2 minggu di rumah sakit,dan yang nemenin gue cuma haechan. Gue gak pernah ketemu siapapun lagi selain haechan sama dokter atau perawat di rumahsakit itu. Yang gue percaya cuma haechan,gue rasa cuma dia yang paling memperlakukan gue dengan manusiawi.
Selain perawatan atas luka-luka gue,haechan juga buat jadwal gue buat bertemu sama psikolog. Mental dan trauma gue sedikit tertolong,meskipun gue tau mungkin kalau ada hal yang mengingatkan gue sama kejadian itu gue gak yakin kalau gue bisa kontrol diri gue lagi.
Haechan bawa gue balik ke rumahnya. Kali ini dia gak izinkan banyak orang buat ada di rumahnya,cuma gue sama dia dan 2 orang pembantu yang gak 24 jam tinggal. Mereka cuma di panggil buat beres-beres dan jagain gue kalau haechan gak ada.
-----
2 bulan udah berlalu,dan gue udah merasa benar-benar sembuh. Gue sangat berterimakasih sama haechan yang udah jaga dan rawat gue dengan sabar. Gue merasa lebih hidup sama haechan,ternyata haechan benar-benar orang yang asik. Gue gak pernah bosen sama dia,dia selalu punya topik obrolan atau hal yang bisa kita lakukan supaya gue gak boring di rumah. Dia juga gak brengsek,gak pernah sedikitpun haechan berbuat aneh sama gue. Dan sepertinya gue mulai suka sama haechan karena itu.
"Ayo berenang nay!" Ajaknya
"Ini udah malam." Jawab gue
"Gak ada aturan buat gak berenang malam kan? Lihat gue punya apa." Ujarnya sambil menunjukan beberapa buah bath bomb di tangannya. Gue cuma ketawa lihat kelakuan haechan.
"Kita coba bareng dengan cara wajar,gue titip ini ke adik gue yang habis liburan di jepang kemarin." Ucapnya
"Ya udah,ayo.." jawab gue akhirnya
..
Buat beberapa saat gue sama haechan ketawa-ketawa sambil main air,gue lagi fokus liatin bath bomb yang mulai larut.
"Naya.." panggil haechan,gue menoleh.
"Gue suka sama lo." Ujarnya,gue cuma diam gak tau harus jawab apa. Pengakuan haechan sangat tiba-tiba dan meskipun gue rasa gue juga suka sama dia gue gak siap buat pengakuannya ini.
"Gue gak akan minta lo jadi pacar gue atau jadi milik gue,gapapa kalau lo gak mau. Gue cuma mau utarain ini aja." Ucap haechan lagi
"Gue gak tau harus jawab apa." Jawab gue jujur
"Gapapa,gue ngerti kok." Ujarnya,kita saling diam setelahnya. Cuma saling tatap sampai gue gak bisa menolak ketika haechan mendekat dan mencium bibir gue.
Padahal sekarang udah jam 8 malam,dan kita lagi di dalam air tapi rasanya gue malah gerah karena ciuman haechan yang intens ini. Gue juga cuma diam ketika haechan buka satu persatu kancing baju tidur gue yang basah ini.
Satu persatu baju yang kita kenakan mengapung di atas permukaan kolam renang yang udah berubah warna jadi pink karena bath bomb ini. gue gak bisa tolak haechan,gue terlena sama setiap sentuhan yang haechan berikan.Haechan bawa gue ke kamarnya,dia gak peduli kalau ranjangnya basah karena air yang masih menempel di kulit kita. Gue sedikit mengerang karena ulah haechan,setiap sentuhan dan desahan merdu haechan benar-benar memabukkan.
..
"Gue hampir lupa soal tes DNA itu naya." Ujar haechan,ia segera bangkit dari ranjang mengambil sebuah amplop di laci meja laptop nya dan menyerahkannya sama gue.
"Gapapa,lagipula isinya udah dapat ketebak kok. Kemarin gue masih denial aja." Jawab gue setelah melihat isinya,yang tentu saja dna gue sama bunda gak cocok dan sudah jelas kalau gue bukan anak kandungnya.
"Mau lihat keluarga lo lagi besok?" Tanya haechan,gue menggeleng. Itu terlalu melelahkan buat gue,gue rasa hanya hidup seperti ini sama haechan jauh lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast [Huang Renjun]
Fanfiction21+ | Jung Naya,mahasiswi jurusan psikologi yang tanpa sengaja melihat suatu pembunuhan di universitasnya. Terpergok oleh kelompok pembunuh itu membuat Naya akhirnya terjebak di antara mereka, dalam permainan gila yang akan membuatnya kehilangan a...