Sekarat

377 29 6
                                    

Kurang dari satu minggu setelah pemeriksaan,akhirnya kakak jeno menghubungi gue buat menentukan tanggal aborsi.

Tanggal aborsi sudah ditentukan,gue akan melakukan aborsi hari ini. Bukan di klinik kakaknya jeno karena terlalu beresiko kalau melakukannya di sana. Karena yang akan kita lakukan mengaborsi janin yang sehat tanpa kendala medis apapun,tentu saja itu akan menjadi masalah di kemudian hari kalau ketahuan oleh pihak berwenang.

"Gue peringatkan sekali lagi,resiko lo mati karena pendarahan nanti tinggi naya." Ucap jeno

"Gue udah gak takut mati kok,gapapa." Jawab gue.

Gue mengikuti jeno keluar dari mobil,kita berhenti di depan sebuah rumah yang cukup terasingkan dari yang lain. Rumah ini di kelilingi tembok yang sangat tinggi,dan dari luar ini hanya tampak seperti rumah biasa.
Kakak jeno menempatkan beberapa perawat nya untuk tinggal disini membantunya melakukan praktek ilegal,setiap pasien yang ingin melakukan aborsi seperti gue di jemput dengan satu mobil khusus yang sama supaya tidak dicurigai oleh tetangga sekitar. Mereka hanya mengira yang bulak balik itu si pemilik rumah,bukan orang-orang yang akan melakukan aborsi disini.

Sebelumnya gue sudah menandatangani surat perjanjian yang tertulis,apapun resikonya bahkan mati sekalipun itu bukan salah pihak klinik. Surat perjanjian itu cukup detail,dan isinya menyetujui untuk apapun yang terjadi resikonya di tanggung si pasien sendiri.

"Brengsek! Lo bawa dia kesini renjun?!" Gue marah,benar-benar marah ketika gue masuk ke dalam rumah ini renjun sama haechan sudah duduk di sana menunggu kedatangan gue.

"Enggak,haechan udah ada disini saat gue datang." Jawab renjun

"Naya,kenapa lo gak bilang kalau lo hamil?" Tanya haechan,dia berjalan ke arah gue.

"Gue gak mau berurusan lagi sama lo."

"Demi tuhan naya,maafin gue. Gue benar-benar minta maaf atas semua yang gue lakukan sama lo,lo boleh balas semua perbuatan gue nay. Tapi gue mohon,tolong pertahankan anak itu. Kalau lo gak mau mengurusnya gue akan bawa anak itu pergi sejauh mungkin dari hidup lo setelah dia lahir. Gue mohon naya.." haechan bersimpuh di kaki gue meminta maaf.

"Brengsek,enyah sana!" Jawab gue,gue sedikit mundur ketika haechan hendak meraih kaki gue.

"Tapi lo juga pernah tidur sama gue secara sadar dan tanpa paksaan naya. tidak kah lo mau bertanggung jawab atas kesalahan yang kita buat bersama itu?"
Gue sedikit tertawa mendengarnya.

"Jangan tolol haechan gue gak sebodoh itu,gue tidur sama lo secara sadar itu di malam yang sama saat gue pergi dari rumah lo. Itu 4 minggu yang lalu,dan kehamilan gue sudah 9 minggu. Artinya anak ini bukan kesalahan kita berdua tapi kesalahan lo sendiri!!"

Gue benar-benar marah,rasanya gue ingin meledak dan melepaskan semua kemarahan gue tapi gue gak tau harus melepaskan kemarahan gue seperti apa. Bahkan membunuh haechan sekalipun tidak akan membuat hati gue merasa lega.

"Tadinya gue mau mempertemukan lo sama kakak kandung lo,gue tunggu sampai lo benar-benar sembuh dan siap buat ketemu dia naya. Bahkan gue berniat buat menikahi lo setelah semuanya baik-baik aja,tapi lo yang tolol malah pergi sama renjun lagi dan mengacaukan semuanya tanpa lo mau bertanya sama gue atau membicarakan soal foto itu. Kalau seandainya lo mau membicarakan hal itu sama gue pasti gue hapus semuanya dan kita akan baik-baik aja."

"Di antara semua cewek yang pernah lo hamili,kenapa lo cuma mau mempertahankan anak dari naya? Karena latar belakang keluarga dia yang bagus kan?" Renjun menyahut

"Pilihlah naya,ikut gue ketemu keluarga asli lo dan lahirkan anak itu atau tinggal di neraka sama renjun selamanya?"

"Lo gak punya bukti!" Sahut gue,haechan merogoh saku jeans nya dan mengeluarkan selembar kertas.

Gue menerima uluran kertas itu dari haechan,sebuah surat hasil tes DNA.
Gue membaca surat itu dengan hati-hati,hasilnya dna gue dengan cowok yang bernama jaehyun itu cocok dan kita dinyatakan sebagai saudara kandung.

"Gue gak sengaja ketemu kakak lo saat melakukan tes dna lo sama ibu angkat lo,gue sedikit mendengar obrolan dia sama seseorang yang membicarakan adik yang dia cari itu sudah mati. Dan dia sebut-sebut nama ibu dan kakak lo,dengan hati-hati gue cari tau sendiri lalu setelah yakin gue bilang ke dia kalau lo masih hidup tanpa mengatakan keberadaan lo. Dia minta bukti dan gue kasih sample dna lo,itu hasilnya. Sampai sekarang dia masih nungguin lo,gue bilang tunggu karena banyak hal yang harus gue bereskan terlebih dahulu." Cerita haechan,dia melirik renjun sebentar di akhir ucapannya.

Gue cuma diam,gue bimbang dan hampir goyah melihat kenyataan di depan mata gue sendiri. Meskipun tidak masuk akal,tapi selama ini semua yang gue alami memang tidak ada yang masuk akal sama sekali. Buat kali ini gue gak akan menelan semuanya mentah-mentah lagi.

"Renjun bisa cari tau soal itu,gue percaya dia." Jawab gue sembari berbalik pergi meninggalkan haechan.

.....

Gue sudah berganti baju dengan baju pasien,di depan gue sudah ada beberapa obat untuk aborsi. Gue masih diam termenung duduk di ranjang pasien,gue bimbang sekarang.

"Lo boleh pergi kalau mau naya,belum terlambat buat berubah pikiran sekarang." Ucap renjun

Gue tatap dia,gue gak mau pergi meninggalkan renjun sendirian di neraka ini. Gue harus keluar sama dia,gue harus bawa dia keluar dari lingkaran setan ini. Gue gak mau ada naya yang lain yang mengalami hal yang sama lagi.

"Gue gak akan pergi,meskipun nanti gue mati di tangan lo misalnya. Gue gak akan menyesali pilihan gue ini." Jawab gue,renjun sedikit tertawa mendengarnya.

"Bodoh,tapi tenang aja. Sebagai balasannya gue akan melakukan apapun buat lo naya." Ujar renjun,dia genggam tangan gue dan membuat gue semakin yakin atas keputusan yang baru gue ambil itu. Gue gak akan menyesalinya.
Gue ambil obat di atas meja pasien itu.

"Kalau gue mati,makamkan gue di makam palsu gue itu ya. Gue mau dekat sama orang-orang yang mencintai gue." Ujar gue sebelum meminum obat itu.

"Lo pasti bisa melawati ini.."

Gue mengangguk dan gue minum obat itu,gue sedikit berdebar menunggu reaksi apa yang akan gue alami setelahnya. Pintu terbuka dan kakaknya jeno masuk,membawa beberapa peralatan mendis juga obat-obatan dan kantong darah yang cocok buat gue.

"Kamu sudah minum obatnya naya?" Tanya nya,gue mengangguk.

"Perawat saya akan memantau keadaan kamu,nanti kalau kamu merasa mengantuk jangan tidur ya naya." Nasihatnya,lalu meninggalkan gue dan renjun.

Kita hanya saling diam,sampai beberapa menit kemudian perut gue mulai sakit. Gue masih bisa menahannya,sesekali gue sedikit meringis.

Rasa sakit ini semakin lama semakin menyiksa dan terus bertambah,ranjang yang gue tiduri sudah basah karena darah. Kepala gue semakin berat rasanya.

Semakin lama perasaan ini semakin menyiksa,gue menahan diri buat gak berteriak atau membuat kegaduhan. Gue cuma gigit bibir gue sampai sedikit berdarah.

Jantung gue berdebar kencang,penglihatan gue mulai berkunang-kunang. Keringat sudah membanjiri tubuh gue,nafas gue mulai gak teratur.

rasanya kaya semuanya berputar dengan cepat. Pendengaran gue berdengung kencang,gue udah gak bisa merasakan apa-apa lagi. Tubuh gue seperti melayang.

"Naya.. jaga kesadaran lo,naya!!" Gue lihat renjun dengan panik mengguncang bahu gue,anehnya gue gak bisa melakukan apapun untuk merespon renjun.

Bahkan buat bernafas aja sekarang sangat sulit rasanya,gue benar-benar gak punya tenaga bahkan buat menggerakkan satu jari pun. Kesadaran gue perlahan menurun,gue gak bisa memaksakan diri gue sendiri buat sadar lebih lama lagi.

To Becontinued..

Eccedentesiast  [Huang Renjun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang