Sampai pagi menjelang gue sama renjun masih terjaga,kita hanya saling diam termenung. Kita sama-sama lelah gue tau itu,renjun bahkan gak mengalihkan perhatiannya dari gue sama sekali sementara gue menunggu dia lelah buat berusaha mati lagi.
Gue merasa pusing dan sedikit mual yang gak tertahankan,gue lari ke arah toilet tapi gue yang belum makan apa-apa lagi dari kemarin sore gak memuntahkan apapun. Kepala gue juga berat rasanya,mungkin karena kurang tidur dan gue benar-benar stres belakangan ini.
"Kita pergi dari sini naya." Ucap renjun sembari mengintip ke jendela.
Gue ikut melihat keluar,ada 2 orang pria yang memakai baju olah raga sibuk mundar mandir di sekitar rumah."Apa yang salah?" Tanya gue
"Udah beberapa hari banyak orang yang mundar mandir di dekat rumah gue,gue yakin itu bukan kebetulan."
"Haechan lagi?"
"Bukan,kalau mau haechan pasti bisa datang sendiri."
"Lo bisa tinggal sama jeno dulu,cuma dia yang bisa gue andalkan sekarang buat jagain lo selama gue pergi." Renjun menambahkan.
"Gak bisa kah kita pergi bareng aja?" Tanya gue lagi,renjun menggeleng.
"Kita gak tau yang mereka inginkan itu gue atau lo,kita harus pisah buat memastikan siapa yang mereka incar."
"Terserah.." jawab gue akhirnya,kita segera bersiap-siap buat pergi. Meskipun gue masih bingung akan apa yang terjadi atau apa yang akan terjadi gue nurut aja,insting renjun tajam dan selalu benar.
"Kenapa gue harus sama jeno?" Tanya gue lagi.
"Lo lagi sakit,biar lo bisa sekalian di obati aja." Jawab renjun sembari menarik resleting jaketnya ke atas.
.....
Gue sama renjun sampai di apartemen milik jeno,alasan kenapa dia bawa gue kesini karena jeno tinggal di apartemen mewah dan gak sembarangan orang bisa masuk. Hanya penghuni yang memiliki kartu yang bisa naik ke lantai atas dan unit jeno berada di lantai belasan,renjun rasa cara ini cukup aman buat menjauhkan gue dari orang-orang itu.
"Gue gak bisa temuin lo buat beberapa waktu,jangan mencoba buat mati lagi." Ujar renjun
"Gue gak janji." Jawab gue
"Naya pasti aman kok tenang aja." Sahut jeno.
"Gue pergi." Pamit renjun,meninggalkan gue sama jeno berdua disini.
Gue cuma diam duduk di sofa,rasanya sedikit canggung karena baru kali ini gue berduaan sama jeno."Cewek lo kemana?" Tanya gue
"Di rumah kakak gue." Jawab jeno singkat,gue cuma ngangguk karena gak tau harus ngomong apa lagi.
"Gue numpang ke toilet dong." Ujar gue ketika rasa mual kembali menyerang,jeno menunjuk ke arah pintu berwarna putih. Gue langsung bergegas kesana dan gue kembali muntah-muntah.
"Udah berapa lama lo keluar dari rumah sakit sama renjun?" Tanya jeno
"Sekitar 3 minggu." Jawab gue.
"Ikut gue." Ujar jeno,gue gak banyak omong dan nurut. Jeno terus memperhatikan gue dan gue gak tau apa yang salah pada diri gue sendiri.
"Sorry kalau gue lancang nanya ini,tapi lo pernah tidur sama renjun lagi?"
Gue mengernyit mendengar pertanyaan aneh dari jeno itu. "Enggak." Jawab gue singkat,jeno cuma ngangguk.
"Udah lama lo mual kaya gitu?"
"Baru hari ini gue rasa,paling cuma pusing biasa."
"Lo hamil nay." Ujar jeno,gue sedikit tertawa menanggapinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast [Huang Renjun]
Fanfic21+ | Jung Naya,mahasiswi jurusan psikologi yang tanpa sengaja melihat suatu pembunuhan di universitasnya. Terpergok oleh kelompok pembunuh itu membuat Naya akhirnya terjebak di antara mereka, dalam permainan gila yang akan membuatnya kehilangan a...