Sesuai dengan yang sudah mereka sepakati, malam ini mereka akan keluar bersama, menikmati setiap detik kebersamaan yang akan berhenti sejenak.
Gwenda, gadis itu sudah memakai hot pant berwarna hitam, tanktop berwarna abu-abu juga jaket kulit berwarna hitam, tidak lupa ia mengenakan sepatu boots. Gadis itu menatap sekilas dirinya dari pantulan cermin, lalu tersenyum sejenak.
Setelah semua selesai, ia menyambar tas ransel hitam yang ia letakkan diatas kasur, lalu memakainya disalah satu pundaknya, baru setelah itu ia turun kelantai bawah.
Belum habis menuruni anak tangga, pandangan Gwenda menangkap sebuah pemandangan yang begitu langka, sudut bibirnya terangkat keatas, lalu turun hingga anak tangga terakhir.
Gwenda terpaku untuk sesaat, menikmati pemandangan yang sudah sangat lama ingin dia lihat. Zeya dan Revano, mereka tengah saling berpelukan.
"Gwen?" Zeya melerai pelukannya, lalu tersenyum pada gadisnya itu. Gwenda membalas senyuman Zeya.
Revano berjalan mendekat kearah Gwenda, lalu memeluk erat putrinya itu.
"Sorry, untuk semua hal yang pernah terjadi beberapa tahun terakhir, papa janji, akan mengembalikan semua senyuman kamu, kehangatan yang pernah hilang," bisik Revano, semakin mempererat pelukannya.
"Oke papa. Nggak masalah, jangan pernah berjanji jika nanti hanya akan diigkari." Gwenda melerai pelukan mereka, lalu berjalan menghampiri Zeya yang saat itu tengah duduk di sofa.
"Mau kemana?" tanya Zeya sambil menyipit matanya, menatap Gwenda dari atas sampai bawah.
"Jalan, biasa aja kali ma, lihatnya!" Protes Gwenda, risih dengan tatapan Zeya.
"Jalan apa ngelayat?" Lanjut Zeya.
Gwenda mendengus kesal, lalu memutar bola matanya dan melirik Revano.
"Udah, nggak usah didengerin, lanjut aja, Mama memang rada-rada gesrek dikit!" celoteh Revano pula, lalu menarik Zeya agar duduk kembali di sofa.
***
__Kediaman Angelo.
Kamga terlihat cukup sibuk didalam kamarnya, memilih baju yang tidak ada usainya. Bahkan sudah hampir semua baju ia keluarkan dari lemarinya, tapi belum juga ia temukan yang ia inginkan.
Sementara itu, dari pintu James Angelo sedang memperhatikan Kamga sambil tersenyum tiada henti. Persis seperti emak-emak rempong, begitulah sekiranya.
Pandangan Kamga terhenti, saat tangannya memegang Jaz berwarna navy, Kamga tersenyum puas, lalu memakai Jaz itu.
James menggelengkan kepalanya, lalu berjalan mendekati Kamga. "Percuma mama kamu fashion designer, kalo anaknya nggak ngerti fashion, mau ngantor malam-malam kamu?" cibir James, sambil melepaskan Jaz dari tubuh Kamga.
"Kenapa? Nggak cocok?" Kamga mendelik, tapi mengikuti pergerakan James.
"Nih pakek," ujar James, sambil menyodorkan sebuah jacket kulit berwarna hitam pada Kamga.
Kamga menerima, lalu memakainya dengan sigap. "Udah oke belum?"
"Perfect!" James mengacungkan jempol kanannya pada Kamga.
"Aku pergi dulu, mau jemput ayang!" seru Kamga, lalu berjalan setengah berlari keluar kamar.
"Jangan lupa di kenalin!" pekik James, padahal saat itu Kamga sudah tidak terlihat bayangnya lagi.
Sesampainya di lantai bawah, Kamga segera meraih kunci motor dan helm yang ia letakkan diatas meja, lalu berlari keluar rumah.
Rere yang saat itu sedang sibuk menata piring dimeja makan dibuat kaget oleh Kamga, karna heran, akhirnya Rere mengejar Kamga yang persis seperti tengah dikejar hantu saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gwend || Ending
Teen Fiction"Manusia itu bukan Matematika yang didalamnya lebih dari satu rumus, yang bisa dengan gampang dijelaskan dengan logika." Gwenda Aquella Sachi. "Bahkan matematika pun tidak serumit cinta." Kamga Angelo.