Gwenda langsung berlari cepat dan diikuti oleh Dihan. Setelah beberapa menit kemudian, mereka sudah berkumpul dititik utama. Gwenda langsung mendekat pada Yona.
"Lo sama sekali nggak lihat muka orangnya?" tanya Gwenda dengan serius, pandangannya bergantian pada Yona dan Vion.
"Enggak, gue juga nggak yakin sih, tapi sejak pertama tuh orang datang, dia perhatiin gue sama Vion terus, nggak mungkin juga kan, kalo cuma numpang istirahat doang? Tapi lihatin kita terus, mana helm nggak dibuka juga, dan pas Vion mau samperin, dia malah tancap gas, menurut Lo gimana? Tuh orang jelas nggak?" Yona menatap intens wajah Gwenda dan Dihan secara bergantian.
"Mana foto plat yang Lo bilang?" Gwenda mengulurkan tangannya pada Vion. Dan Vion langsung memberikan ponselnya pada Gwenda.
"Kayak nggak asing," lirih Gwenda, sambil memperhatikan layar ponsel Vion.
"Lo familiar sama nomer plat ini?" Yona menyipit.
"Kayaknya sih iya, tapi dimana ya? Gue lupa," sahut Gwenda, sambil berusaha mengingat nomer plat tersebut. Kini jari telunjuknya juga mengetuk pelan kepalanya. Berharap jika dia akan mengingat sesuatu tentang plat itu.
"Kirim ke gue," pinta Gwenda pada Vion, dan Vion langsung mengangguk pelan, lalu mengirimkan foto tersebut ke Gwenda.
"Gue sama Dihan udah nemuin salah satu cctv, tapi nggak tau masih berfungsi atau nggak, soalnya yang punya juga nggak tahu siapa," imbuh Gwenda lagi, kini gadis itu sudah mendudukkan dirinya diatas motor, lalu memainkan layar ponselnya.
"Lo berdua pulang aja dulu, biar gue sama Dihan yang mantau disini, kalo ada apa-apa kita langsung kabarin," tukas Vion.
"Gimana?" tanya Yona pula pada Gwenda. Gwenda mengangguk.
"Gue sama Yona tunggu di cafe yang di persimpangan sana. Kalo ada apa-apa langsung kabari!"
Gwenda langsung memasukkan kembali ponselnya kedalam saku jaket nya, lalu memakai helm dan meninggalkan Dihan dan Vion ditempat itu.
"Ngeronda, mang?" ledek Dihan. Lalu menyengir.
"Mang mang mang, mang oding? Good looking kayak gini dikata mamang, katarak Lo?" sungut Vion, tidak terima dengan ocehan Dihan. Sementara Dihan, ia tetap saja tersenyum, merasa puas menggoda Vion.
"Narsis amat Lo," imbuh Dihan.
"Gini, kalo ngomong sama orang yang suka mengiri sama tampang orang lain, takut salah saing. Sesekali menganan kenapa Cang?" Vion membalas, kali ini Dihan dibuat mati kutu dengan ocehan yang Vion keluarkan dari mulutnya.
"Cang?" Dihan menunjuk dirinya, matanya alisnya bertaut, lalu menggelengkan kepalanya.
"Gue mau kesana, nyari tahu siapa yang punya tempat!" Vion berjalan tanpa menunggu jawaban dari Dihan. Dan sementara Dihan, ia hanya mengangguk paham.
***
Dari kejauhan, seorang lelaki tengah memperhatikan gerak gerik Vion. Ya, itu adalah lelaki yang tadi, Vion yang menyadari pun langsung mengeluarkan ponsel dan mengirim pesan singkat pada chat grub mereka.
Vion
Cowok yang tadi ada disini, dia masih mantau gue, kira-kira gimana?Gwen
Pantau balik, pura-pura nggak tahu aja. Gue sama Yona otw.Setelah itu, Vion kembali berjalan menyusuri tempat tersebut, dan sesuai dengan perintah Gwenda, Vion pura-pura tidak melihat orang tersebut.
***
Sementara itu, ditempat lain, Gwenda, Yona dan Dihan mereka sudah berkumpul dititik utama.
"Grebek langsung?" tanya Dihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gwend || Ending
Fiksi Remaja"Manusia itu bukan Matematika yang didalamnya lebih dari satu rumus, yang bisa dengan gampang dijelaskan dengan logika." Gwenda Aquella Sachi. "Bahkan matematika pun tidak serumit cinta." Kamga Angelo.