Gwenda sudah keluar dari kelas, gadis itu sudah tidak lagi perduli dengan mata pelajaran yang sebentar lagi akan dimulai. Bahkan ia mengalihkan pendengarannya saat Althaf memanggil namanya.
Disepanjang koridor, Gwenda terus berjalan tanpa melihat apapun disekelilingnya, pandangannya hanya terfokus kedepan.
Sebuah lorong paling kanan, Gwenda mengalihkan kakinya dengan cepat, lorong yang paling disukai oleh semua siswa, karna lorong itu membawa mereka menuju tingkat terakhir dari sekolah tersebut, rooftop.
Saat ini, gadis itu sudah berada diatas rooftop, berdiri, menikmati keindahan dari atas sana. Bahkan jika salah saja melangkah, langsung disambut oleh lantai halaman utama sekolah tersebut.
"Gwenda!"
Sebuah suara cukup mengusik pendengarannya, gadis itu menoleh sekilas kebelakang, lalu mengalihkan kembali wajahnya dari orang tersebut.
Kalian bisa tebak itu siapa? Bukan, dia bukan Kamga, tapi Althaf, murid baru yang baru saja ia temui saat ditembok pembatas sekolah tadi pagi.
"Sini nomor rekening Lo." Gwenda mengulurkan tangan dengan ponsel diatasnya.
Althaf tersenyum sekilas. "Nggak perlu, kalo udah nggak butuh tuh celana, buang aja!" ungkapnya, lalu ikut berdiri disebelah Gwenda.
"Gue bukan orang yang nggak tahu terimakasih, gue nggak mau ada hutang budi sama orang," beber gadis itu dengan suara yang terdengar cukup ketus.
"Gue bukan orang lain," seru Althaf seketika, wajahnya menoleh ke wajah Gwenda.
"Buat gue, Lo itu orang lain," cetus Gwenda, lalu beralih meninggalkan Althaf yang masih berdiri dipinggir rooftop.
"Nanti kalo gue udah ke ATM, gue ganti." ujarnya, tanpa menoleh Althaf sedikitpun.
Sementara Althaf? Lelaki itu hanya tersenyum smirk mendengar perkataan Gwenda, lalu beberapa detik kemudian, ia menyusul Gwenda, yang menurutnya sudah turun kebawah.
***
"Ngapain? Dia siapa?"
"Bukan siapa-siapa."
"Kok kayaknya aneh?"
"Maksudnya dia punya telinga panjang?"
"Serius, itu siapa? Ngapain coba berduaan di rooftop, di jam pelajaran pula."
"Bisa nggak sih? Nggak usah rusak mood gue yang udah jelas buruk?"
Gwenda menatap lekat manik mata pria tersebut, bahkan rahangnya ikut mengeras saat itu. Sedangkan si pria itu? Ia juga tak mau kalah dari Gwenda, menatap netra coklat itu dengan cukup mengintimidasi.
"Gue nggak percaya, itu siapa?"
"Dia Althaf Addison, murid baru, dia yang nolongin gue pas manjat tembok tadi, dan dia juga yang ngasih celana panjang, karna gue lupa bawa," cerocos Gwenda sambil berkacak pinggang. Lalu menautkan kedua alisnya.
"Nggak usah deket-deket cowok sembarangan!"
"Kesannya kok Lo yang kesel sih? Kan harusnya gue yang kesel, bukan Lo, Kamga Angelo...." Gwenda menekankan suaranya pada kalimat terakhirnya, lalu beranjak meninggalkan Kamga yang masih cukup terlihat kesal padanya.
Sebelumnya....
Kamga yang sedang mengajar dikelas sebelah tanpa sengaja melihat Gwenda keluar kelas, karna penasaran, akhirnya ia memutuskan untuk mengikuti gadis itu, dan benar saja, sesuai dengan isi otaknya, Gwenda bolos dan menghabiskan jam pelajaran diatas rooftop.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gwend || Ending
Teen Fiction"Manusia itu bukan Matematika yang didalamnya lebih dari satu rumus, yang bisa dengan gampang dijelaskan dengan logika." Gwenda Aquella Sachi. "Bahkan matematika pun tidak serumit cinta." Kamga Angelo.