3. It's Crazy

1.6K 84 1
                                    

Jum'at malam ini Sera berkumpul bersama Mama Papanya di ruang keluarga. Ia tidak langsung naik setelah makan malam karena kekenyangan. Sera merasa tidak mampu menaiki tangga sekarang.

Meskipun memiliki dua orang kakak laki-laki, tapi Sera lebih sering di rumah bertiga bersama Mama Papanya. Dua kakaknya itu selalu sibuk bekerja dan sering pulang malam. Hingga membuat Sera merasa seperti anak tunggal dan suka lupa jika memiliki dua kakak.

Kakak pertamanya bernama Arash yang terpaut usia delapan tahun dengan Sera, sementara kakak keduanya bernama Ansel dengan jarak usia tujuh tahun dari Sera. Kedua kakaknya itu hanya berbeda satu tahun hingga membuat keduanya seperti anak kembar, apalagi wajahnya juga mirip.

Memiliki kakak laki-laki dengan usia cukup jauh membuat Sera sering merasa kesepian. Kalau boleh memilih ia ingin memiliki kakak perempuan saja, meskipun dari cerita beberapa temannya mereka lebih sering bertengkar dengan kakak perempuannya. Tapi tidak apa, pasti lebih banyak hal menyenangkan yang bisa dilakukan bersama kakak perempuan dari pada kakak laki-laki.

"Ser."

Panggilan dari Papanya membuat Sera mengalihkan perhatiannya dari ponsel dan menatap Papanya dengan serius.

"Ya pa?" tanya Sera penasaran.

"Kamu kenal dengan Kavindra kan?" tanya Rudi sambil melepas kaca matanya.

"Yang dua hari lalu main kesini itu kan?" Tebak Sera.

"Iya benar."

"Jelas kenal lah, siapa yang nggak kenal sama dosen nyebelin kayak dia."

"Hush kamu ini, dia dosen kamu." Timpal Anita mendengar ucapan Sera.

"Kenyataan kok Ma," sahut Sera seperti biasa yang tidak mau kalah.

"Nyebelin kenapa Kavindra?" tanya Rudi penasaran.

"Dua semester berturut-turut aku ketemua dia dan gaya ngajarnya nggak enak banget. Beda sama dosen-dosen yang lain. Di tiap mingggunya ada aja tugasnya yang berbeda. Setiap di kelas, dia suka nunjuk mahasiswa secara random buat jawab pertanyaan. Dan dia udah nunjuk aku tiga kali Pa, kayak nggak ada mahasiswa lain aja."

Sera bergidik ngeri ketika mengingat diajar oleh Kavindra dulu. Untung saja di semester ini ia tidak bertemu dengan pria itu lagi, meskipun Sera harus bertemu dengan Papanya. Tapi tidak masalah, lebih baik ia menghadapi Papanya dari pada manusia seperti Kavindra.

"Udahlah pelit senyum, kalau ngomong irit banget." Tambah Sera lagi mengingat semua keburukan Kavindra.

"Tapi nilai kamu bagus kan di mata kuliah dia?"

"Iya sih, tapi tetep aja dia nyebelin."

Meskipun di dua mata kuliah Kavindra, Sera selalu mendapatkan nilai A. Tapi tetap saja Kavindra orang yang menyebalkan di matanya. Ia benar-benar tidak tahu terimakasih karena sudah mendapatkan nilai yang bagus tapi masih saja mengolok-olok Kavindra.

"Dia hanya tegas Ser, selama mengajar dan bekerja bersama Papa di KAP dia cukup kompeten," ujar Rudi lagi.

"Bodo amatlah mau kompeten ataupun tegas yang penting aku nggak perlu ketemu lagi sama dia di semester ini." Sera mengedikkan bahunya tidak peduli.

"Sayang banget, padahal Papa berniat menjodohkan kamu sama dia."

Sera seketika menjatuhkan ponselnya saat mendengar ucapan Papanya. Ia merasa pendengarannya masih berfungsi dengan normal, tapi ucapan Papanya barusan apa tidak salah?

"Papa tadi ngomong apa?" Sera meminta Papanya mengulang ucapannya tadi.

"Papa mau jodohkan kamu sama dia." Ulang Rudi dengan kalimat yang lebih jelas.

A Dream WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang