Hari Senin ini terasa begitu berat untuk Sera jalani. Ia hanya ingin mengurung diri di kamar dan tidak mau berangkat ke kampus. Tapi sayangnya tidak bisa karena ia berhutang cerita kepada Via dan Diva, lagi pula jadwal mata kuliahnya hari ini adalah praktikum.
Sera menghela napas pelan saat melihat ketiga temannya sudah menunggunya di gazebo. Dengan perlahan ia akhirnya berjalan menghampiri mereka.
Sera menatap wajah Diva, Via dan Shiren yang terlihat kecewa kepadanya. Rasa bersalah seketika menghampirinya, hingga membuat Sera hanya bisa menundukkan wajahnya.
"Gue minta maaf." Lirih Sera.
"Kenapa lo tega bohongi kita dan nggak jujur dari awal?" tanya Diva tanpa basa-basi.
"Gue malu karena harus dijodohin sama Pak Kavi dan gue takut kalian menganggap gue berbeda, nggak sama kayak dulu lagi." Jujur Sera sambil menatap Diva dan Via.
"Justru dengan lo menyembunyikan hal ini, lo makin buat kita kecewa Ser. Lo anggap kita selama ini apa?" Kini Via yang ganti bertanya.
"Kita bukan teman yang ada hanya di saat senang aja, kalau lo bilang dari awal kita pasti bisa ngertiin lo kok." Timpal Diva.
"Sorry, gue udah berpikiran buruk sama kalian." Sera sangat menyesal sekarang karena tidak jujur dari awal. Harusnya ia tahu kalau respon Shiren, Diva dan Via tidak seperti bayangannya selama ini.
"Lo juga Ren, kenapa ikut-ikutan bohongi kita?" tanya Diva kepada Shiren.
"Bukan salah Shiren, gue yang minta dia supaya menyembunyikan masalah ini juga." Sera berusaha menjelaskan karena ia tidak mau Shiren terkena getah akibat ulahnya.
"Udahlah, kalian berdua sama aja." Setelah mengatakan itu, Via langsung pergi begitu pula dengan Diva yang menyusul di belakangnya.
Melihat hal itu, Sera langsung berdiri sambil berusaha memanggil Diva dan Via. Tapi sepertinya sia-sia karena panggilannya tidak digubris sama sekali oleh mereka.
"Udahlah Ser, mereka mungkin butuh waktu buat mencerna ini semua." Shiren menahan lengan Sera yang akan mengejar Via dan Diva. Lagi pula Shiren juga sudah menceritakan semuanya kepada mereka setelah kejadian malam itu.
Sera langsung terduduk lesu di samping Shiren sambil menatap wajah sahabatnya.
"Gue minta maaf, gara-gara gue lo jadi kena juga." Sesal Sera.
"Nggak ada yang perlu disesali, semua udah terlanjur terjadi kan? Kita kasih waktu buat Via dan Diva sendiri dulu, mereka pasti mau maafin kita nanti," ujar Shiren sambil berusaha menghibur Sera.
Sera menganggukkan wajahnya, berharap hal itu benar terjadi dan semoga saja Via dan Diva tidak marah terlalu lama.
"Gue juga minta maaf, harusnya malam itu gue nggak ninggalin lo sendirian. Lo gapapa kan?" Shiren juga merasa bersalah soal itu.
"Gue kesel banget sama Niel." Jujur Sera yang kembali marah setiap teringat sikap Niel malam itu.
"Gue tahu dari awal Niel udah kelihatan nggak bener, malam itu setelah lo pergi sama Pak Kavi dia juga nggak mau ngaku. Dia bilang nggak ngapa-ngapain lo." Jelas Shiren.
"Nggak ngapa-ngapain tapi tangan gue sampai memar." Sera memperhatikan tangannya yang sudah membaik karena dikompres oleh Kavi.
"Nggak salah sih kalau Pak Kavi sampai mukul Niel." Shiren ikut memegang lengan Sera dan memperhatikannya.
Bicara soal Kavi, Sera tahu pria itu marah dengannya tapi ia sendiri pun juga kesal dengan pria itu. Apalagi setiap teringat saat Kavi mencium dan merabanya dengan paksa di hotel malam itu. Baru membayangkannya saja Sera sudah merinding dan ia tidak mau hal itu sampai terulang lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Dream Wedding
RomanceMencintai atau Dicintai? Mungkin sebagian perempuan akan memilih untuk dicintai. Namun berbeda dengan Anasera Yasmeen Effendi yang memiliki prinsip harus menikah dengan orang yang dicintai dan mencintainya. Ia akan merasa ilfeel apabila harus berhu...