6. Tumpangan Pulang

1.1K 70 3
                                    

Kavi berjalan di koridor kampus yang tampak sepi, sejujurnya ia tadi sudah berada di mobil untuk pulang, tapi ternyata ponselnya ketinggalan hingga membuatnya harus kembali ke ruangannya untuk mengambil benda itu.

Saat akan menyebrang menuju mobilnya terparkir, ia melihat seorang gadis duduk termenung sendirian. Sepertinya ia tidak asing dengan gadis itu dan ternyata tebakannya benar jika gadis yang ia lihat adalah Sera.

Karena penasaran, Kavi hanya melihat dari kejauhan apa yang sedang Sera lakukan. Hingga selanjutnya ia mengernyitkan dahinya bingung saat melihat bahu gadis itu bergetar. Apa Sera sedang menangis?

Tidak ingin penasaran lebih lama, Kavi akhirnya berjalan mendekat. Ternyata Sera benar-benar menangis dengan ponsel menyala yang layarnya menampilkan aplikasi ojek online. Apa gadis itu menangis karena tidak bisa mendapatkan ojek sekarang?

Kavi hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat Sera yang begitu cengeng. Hanya karena masalah sepele gadis itu sudah menangis seperti ini. Karena tidak tahan, ia akhirnya menawarkan diri untuk mengantarkan Sera pulang.

Kavi semakin mendekat di belakang tubuh Sera dan sepertinya gadis itu menyadari kehadirannya. Ia melihat Sera mengusap air mata di pipinya lalu membalikkan badan.

"Pak Kavi?"

Ia bisa melihat Sera terbelalak kaget saat menatapnya, tanpa berlama-lama Kavi segera mengatakan niatnya kepada gadis itu.

"Ayo saya antarkan pulang."

"Nggak perlu Pak, saya bisa pulang sendiri," ujar Sera sambil menunduk tidak berani menatap Kavi.

"Saya hanya menawarkan karena kemungkinan hujannya nggak akan reda dalam waktu dekat dan keadaan kampus yang semakin sepi." Kavi melihat sekitar lobi dimana hanya ada ia dan Sera sekarang.

Sera ikut memperhatikan sekeliling kampus dan tiba-tiba tangannya menjadi merinding.

"Tapi kalau kamu nggak mau juga gapapa, saya pergi dulu." Lanjut Kavi segera berbalik meninggalkan Sera.

"Pak Kavi tunggu."

Kavi menghentikan langkahnya saat Sera memanggilnya, ia menahan senyumnya dan berusaha menampilkan wajah datarnya seperti biasa.

"Saya nggak ngerepotin Bapak kalau pulang bareng?" tanya Sera sambil mendekat kearahnya.

"Ketika saya menawarkan untuk memberi tumpangan, berarti saya sudah siap untuk direpotkan," sahut Kavi.

Sera menahan diri untuk tidak memutar bola matanya. Tapi ia sangat butuh sekarang, jika tidak Sera tidak mungkin menerima bantuan dari manusia seperti Kavi. Berusaha menekan ego dan harga dirinya, Sera akhirnya mengiyakan tawaran dari pria itu untuk mengantarkannya pulang.

"Baiklah, saya mau pulang bareng Bapak," ujar Sera sambil memainkan jarinya dengan gugup.

"Ayo cepat, hujannya semakin deras ini."

Dengan segera Sera berjalan mendekat kearah Kavi, tubuhnya juga menempel dengan pria itu karena memang hanya ada satu payung untuk mereka gunakan menuju parkiran.

Kavi membukakan pintu mobil untuk Sera sebelum akhirnya berbalik menuju kursi kemudi. Saat sudah berada di dalam ia segera melajukan mobilnya meninggalkan area kampus.

***

Meskipun tampak enggan, Sera akhirnya hanya bisa pasrah dan duduk dengan canggung di dalam mobil Kavi. Ia dulu pernah terjebak hujan setelah selesai kelas dan membuatnya pulang cukup malam, tapi saat itu ia bersama teman-temannya yang lain. Jadi Sera tidak merasa takut, berbeda dengan tadi ketika sendirian. Apalagi hujan juga semakin deras hingga membuat suasana kampus terlihat sedikit menyeramkan. 

A Dream WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang