Sera memainkan sedotan minuman yang ia pegang sambil melamun. Ia kini sedang duduk di depan ruang kelasnya sambil menunggu mata kuliah selanjutnya bersama Shiren.
"Lo ada rencana buat bolos mata kuliah ini nggak Ser?" tanya Shiren.
"Pengen banget." Jujur Sera, apalagi di mata kuliah ini setiap pertemuannya hanya diisi dengan presentasi dari setiap kelompok hingga membuatnya sedikit jenuh selama di kelas. Tapi di satu sisi ia juga ragu karena dosen yang mengajar mata kuliah ini merupakan dosen pembimbingnya. Sera takut mendapatkan penilaian yang buruk dari dosennya tersebut dan berdampak pada skripsinya nanti.
"Tapi gue juga takut dinilai jelek, kan lo tahu bu Nur dosen pembimbing gue." Lanjut Sera sambil melirik Shiren.
"Bener juga sih." Shiren membenarkan, "Tapi gapapa lah Ser, sekali-kali." Bujuk Shiren mengingat kelompok mereka sudah maju minggu kemarin. Jadi tugas mereka sebelum UTS sudah aman, tinggal menunggu kuis saja nanti di akhir pertemuan.
"Ya nanti lah, kita udah terlanjur di sini juga."
Sera melirik Shiren dengan kesal. Kalau boleh jujur, ia juga ingin bolos sekarang. Apalagi ia kini selalu berdua saja bersama Shiren karena Diva dan Via masih marah. Jadi ketika ingin bolos mereka harus janjian terlebih dahulu agar tidak merasa sendirian selama di kelas.
Selain masalah kuliah dan permasalahannya dengan Diva dan Via, Sera juga semakin dibuat pusing karena belum berbaikan dengan Kavi. Hubungan mereka tidak ada perubahan, bahkan bisa dibilang semakin menjauh. Sera sebenarnya tidak tahan berada di situasi ini, tapi ia juga gengsi untuk meminta maaf terlebih dahulu kepada pria itu.
"Laki lo tuh." Bisik Shiren hingga membuat Sera mendongakkan wajahnya untuk mencari keberadaan Kavi.
Panjang umur sekali pria itu, karena Sera baru saja membatin dan pria itu langsung muncul di hadapannya. Sera mengernyitkan dahinya sambil terus menatap Kavi yang berjalan menjauhinya, ia tidak suka melihat pria itu berjalan bersama perempuan lain yang ia tahu juga seorang dosen di kampusnya.
"Itu Bu Dini bukan sih yang ngajar kita dulu di semester satu?" tanya Shiren yang merasa tidak asing dengan dosen perempuan yang berjalan bersama Kavi.
"Iya, itu Bu Dini." Sahut Sera sambil membuang muka dan menghela napas panjang.
"Mereka ternyata saling kenal ya, kayaknya juga deket."
"Bodo amat, gue nggak peduli." Sahut Sera dengan ketus hingga membuat Shiren menolehkan wajahnya untuk menatap Sera.
"Kenapa? Cemburu lo?" tanya Shiren.
"Enggak ya!" Sergah Sera dengan cepat.
Melihat hal itu, Shiren hanya bisa tersenyum menggoda kearah Sera.
"Bilang aja lo cemburu."
"Gue nggak cemburu."
"Kalau nggak cemburu kenapa marah-marah?"
Sera langsung bungkam saat mendengarnya, ia memang tidak cemburu. Hanya saja ia kesal melihat Kavi ramah dengan perempuan lain disaat hubungan mereka sedang tidak baik-baik saja. Apa pria itu tidak pernah memikirkannya selama ini? Ataukah hanya Sera saja yang terlalu serius memikirkan masalah rumah tangganya?
"Malah ngelamun, kesambet lo nanti." Shiren langsung menyenggol lengan Sera untuk menyadarkannya.
"Kita masih marahan," gumam Sera sambil menunduk.
"Semenjak dari ulang tahun Vano malam itu?" tanya Shiren untuk memastikan.
"Iya."
"Ini udah lebih dari seminggu loh Ser." Shiren langsung menggelengkan kepalanya mengetahui hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Dream Wedding
RomanceMencintai atau Dicintai? Mungkin sebagian perempuan akan memilih untuk dicintai. Namun berbeda dengan Anasera Yasmeen Effendi yang memiliki prinsip harus menikah dengan orang yang dicintai dan mencintainya. Ia akan merasa ilfeel apabila harus berhu...