4. Haruskah?

1.3K 78 1
                                    

Sudah dua minggu berlalu semenjak pembahasan perjodohan antara Sera dan Kavi. Selama itu pula, hubungan Sera dengan Papanya menjadi sedikit renggang. Sera sering menghindari Papanya, sementara Papanya terlihat lebih cuek kepadanya. Tidak ada kesan hangat yang biasa Papanya perlihatkan kepadanya, hal itu membuat Sera menjadi bingung. Sebenarnya apa salahnya? Apa Papanya kecewa karena ia menolak perjodohan ini? Tapi akan lebih gila lagi jika Sera menerima begitu saja perjodohan yang dilakukan kepadanya.

Masalah itu membuat Sera sangat suntuk belakangan ini, apalagi ditambah dengan tugas kuliahnya yang semakin gila menginjak semester enam ini. Ia menggelengkan kepalanya dan berusaha kembali fokus menatap jalanan di depannya. Sera baru saja pulang setelah semalam menginap dari rumah Shiren.

Biasanya jika ia akan menginap di rumah salah satu sahabatnya, Sera akan ditanyai dengan berbagai macam pertanyaan dan sulit mendapatkan izin. Tapi tidak dengan kemarin, dengan mudahnya Mama Papanya memberinya izin. Bukannya senang, hal itu malah membuat Sera gusar, ia tidak suka dicueki oleh Mama Papanya seperti ini. Ia rindu sifat bawel dari orang tuanya.

Mobil yang Sera kendarai memasuki halaman rumah yang pagarnya sudah terbuka. Ia mengenyitkan dahinya bingung saat melihat mobil CR-V hitam yang cukup asing ada di halaman rumahnya. Apakah Papanya sedang ada tamu sekarang?

Ketika sudah sampai di ambang pintu, Sera bisa melihat Kavindra sudah duduk di ruang tamu rumahnya. Tidak hanya berdua dengan Papanya, disana juga ada Ansel dan Arash yang ikut mengobrol. Meskipun malu, Sera akhirnya mengucap salam dan berjalan mendekati Papanya untuk mencium punggung tangannya. Setelah itu ia melirik Ansel dan Arash untuk menyapanya, yang terakhir Sera tersenyum sopan kearah Kavi sebelum berjalan memasuki rumah.

Sera jadi penasaran karena akhir-akhir ini sering melihat Kavindra main ke rumahnya. Sebenarnya apa yang sedang pria itu bahas dengan Papanya. Apakah mereka sedang membicarakan rencana perjodohan? Jika iya maka itu sungguh keterlaluan. Ia saja belum menyetujui rencana itu. 

Memikirkan hal itu membuat Sera menjadi marah. Ia membuang tote bagnya dengan asal di atas lantai dan membaringkan tubuhnya di ranjang sambil mengumpati laki-laki bernama Kavindra itu karena telah merubah hidupnya yang damai menjadi berantakan karena kehadirannya.

***

Setelah selesai makan malam, Sera langsung masuk ke kamarnya. Baru saja berbaring di ranjang, ia sudah mendengar suara ketukan dari pintu kamarnya.

"Masuk," ujar Sera sambil berteriak.

Saat melihat dua Abangnya berjalan memasuki kamarnya, Sera langsung bersandar di kepala ranjang.

"Lo berantem sama Papa?" tanya Arash sambil duduk di ujung ranjang Sera. Ia merasa aneh karena melihat adiknya yang bawel itu hanya diam saja ketika makan malam. Hanya dua hal yang bisa membuat Sera diam, yaitu ketika gadis itu sakit atau sedang marah. Jika sakit rasanya tidak mungkin karena keadaan Sera baik-baik saja. Jadi kemungkinan besar adiknya itu sedang marah sekarang.

"Papa belum bilang apa-apa ke kalian?" Sera balik bertanya saat melihat dua Abangnya seperti tidak tahu apa-apa.

"Enggak, kenapa emang?" Kini Ansel yang ganti bertanya.

"Masa gue mau dijodohin sama Kavindra, gila nggak Papa. Bahkan umur gue masih belum genap dua puluh satu tahun. Gue sama sekali nggak punya rencana untuk menikah dalam waktu dekat." Jelas Sera dengan menggebu-gebu.

"Ha?"

"Apa?"

Sahut Arash dan Ansel secara bersamaan mendengar ucapan Sera. Mereka sama sekali belum tahu masalah ini dan sangat kaget ketika mendengarnya dari mulut Sera.

A Dream WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang