Sera dan Shiren sudah sampai di club tempat acara Vano berlangsung. Mereka sengaja datang terlambat dan tidak ingin berlama-lama berada di sana, yang penting mereka sudah menunjukkan muka di depan Vano dan Via.
Setelah menghampiri Vano dan Via untuk mengucapkan selamat, Sera, Diva dan Shiren memilih duduk memojok. Mereka memesan minuman soda sambil mengobrol dan memperhatikan sekeliling club.
Kalau boleh jujur, mereka sedikit tidak nyaman berada di sini. Ini pertama kalinya mereka datang ke club seperti ini karena sebelumnya mereka hanya pernah main ke cafe bar.
"Sejam lagi kita pulang ya," ujar Sera yang sudah mulai pusing karena mendengar suara musik yang cukup keras.
"Iya, gue juga nggak nyaman lama-lama disini." Sahut Shiren yang langsung disetujui oleh Diva.
Sera memperhatikan Vano dan Via yang tampak asyik di dance floor. Saat pertama kali mengenal Vano, Sera sejujurnya takut dan sempat mengira jika cowok itu tidak baik karena sering main ke club malam. Tapi ketika mengetahui jika orang tua Vano berasal dari kalangan berada, Sera menjadi paham. Jika hal semacam ini sudah biasa bagi keluarga cowok itu. Meskipun sekarang Via menjadi ikut-ikutan dan sering main ke club.
Asalkan masih dalam batas wajar, Sera, Shiren dan Diva tidak mau berkomentar banyak. Mereka akan mengingatkan jika merasa Via sudah melewati batas, apalagi ada alasan dibalik berubahnya sikap Via. Semua itu bermula ketika Papanya ketahuan selingkuh dan lebih memilih selingkuhannya. Semenjak itu, hidup Via menjadi sedikit berantakan. Hanya Vano yang menjadi alasan Via untuk tetap bertahan karena cowok itu selalu menemaninya dalam kondisi terburuknya saat itu dimana Sera, Shiren dan Diva bahkan tidak mampu untuk menghibur Via lagi.
Karena terlalu asyik memperhatikan Vano dan Via, Sera sampai tidak sadar jika Raka sudah berdiri di hadapannya. Tiba-tiba saja ia merasa gugup karena sudah lama tidak bertemu dengan cowok itu.
"Kamu apa kabar?" tanya Raka dengan senyum manisnya seperti biasa.
Tahu jika Sera dan Raka membutuhkan waktu berdua, Shiren dan Diva segera pergi untuk memberikan ruang bagi mereka.
"Seperti yang kamu lihat," sahut Sera akhirnya sambil mengedikkan bahunya.
"Udah lama ya ternyata kita nggak ketemu." Raka memilih duduk di samping Sera sambil menyesap minumannya.
Merasa jika situasi sedikit canggung, Sera langsung menunduk sambil memainkan gelas di tangannya.
"Via bilang kamu lihat aku boncengan sama cewek lain ya?" tanya Raka sambil melirik Sera.
Sementara Sera hanya menganggukkan wajahnya membenarkan hal itu.
"Dia adik tingkat di kampus, kita nggak ada hubungan apa-apa kok."
Sera tersenyum samar, ternyata tebakannya benar mengenai perempuan yang waktu itu ia lihat bersama Raka.
"Kamu ada hubungan sama dia juga gapapa Ka, kan kita sudah selesai. Kamu berhak bahagia dengan perempuan pilihanmu." Meskipun tidak sesakit dulu, tetap saja Sera merasakan getir di kalimat yang ia ucapkan barusan.
"Kalau boleh milih aku maunya sama kamu Ser, dia cuma aku jadikan pelarian aja agar tetap waras menjalani hari-hari di kampus." Jujur Raka yang menganggap Jeslyn hanya sebuah pelarian.
Sera langsung menatap Raka tidak percaya, "Tega banget kamu."
"Aku kadang suka bayangin, seandainya aja kita masih sama-sama rasanya pasti sangat menyenangkan. Kita bisa ke perpustakaan bareng atau ke cafe untuk mengerjakan skripsi, kita bisa mengeluh tentang dosen pembimbing masing-masing. Kalau sudah penat, kamu bisa temani aku bermain basket lalu aku ganti menemani kamu membeli es krim oreo favoritmu." Bukannya menjawab pertanyaan Sera, Raka malah meneruskan kalimatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Dream Wedding
RomanceMencintai atau Dicintai? Mungkin sebagian perempuan akan memilih untuk dicintai. Namun berbeda dengan Anasera Yasmeen Effendi yang memiliki prinsip harus menikah dengan orang yang dicintai dan mencintainya. Ia akan merasa ilfeel apabila harus berhu...