21. A Kiss

1.3K 82 4
                                    

Sesuai janji Kavi beberapa hari lalu, siang ini pria itu mengajak Sera ke mall untuk membeli catokan sebagai hadiah ulang tahun. Begitu sampai di mall mereka langsung menuju ke tempat yang Sera maksud.

Sera berjalan dengan jarak yang cukup jauh dari Kavi. Orang-orang yang melihatnya pun pasti tidak akan menyangka jika mereka suami istri. Melihat hal itu Kavi langsung berdecak kesal. Dengan segera ia mendekat kearah Sera dan menggenggam tangan gadis itu.

Sera hanya bisa terbelalak kaget saat Kavi tiba-tiba sudah berada di sampingnya sambil menggandeng tangannya.

"Mas Kavi lepasin." Bisik Sera sambil berusaha melepaskan genggaman Kavi di tangannya.

"Nggak mau." Tolak Kavi, "Apa kamu alergi setiap dekat-dekat sama Mas? Kita seperti orang asing tahu nggak karena berjalan terlalu jauh."

"Bukannya alergi, aku cuma takut ada yang mengenali kita." Sahut Sera dengan kesal karena Kavi selalu berpikiran buruk tentangnya.

Kavi tidak menghiraukan ucapan Sera, ia masih menggenggam tangan gadis itu sambil berjalan menuju toko tempat Sera membeli catokan.

Setelah mendapatkan catokannya Sera tidak bisa berhenti tersenyum. Ia sangat tidak sabar untuk pulang dan segera mencoba catokan barunya. Tapi sebelum itu, ia makan terlebih dahulu bersama Kavi. Pria itu sudah tidak menggandeng tangannya lagi karena Sera tidak berjalan sejauh tadi. Mereka berjalan beriringan menuju restoran udon karena Sera ingin makan itu sejak kemarin.

Saat sedang mengantre sambil melihat-lihat menu, Sera melirik Kavi yang berada di sampingnya.

"Apa?" tanya Kavi saat Sera terus menatapnya.

"Biar aku aja ya yang traktir, kan Mas udah belikan aku ini." Sera menunjuk paper bag yang ia bawa.

"Nggak perlu, Mas belikan itu memang untuk hadiah ulang tahunmu."

"Gapapa Mas, biar aku aja yang traktir. Uang dari Abang Arash sama Ansel masih ada, belum aku pakai beli apa-apa." Jujur Sera. Meskipun begitu, ia juga mendapatkan uang bulanan dari Kavi yang nominalnya jauh lebih besar dari uang jajannya dulu yang diberikan oleh Papanya. Jadi Sera merasa memiliki banyak uang belakangan ini.

"Yaudah, terserah kamu." Pasrah Kavi karena ia yakin Sera akan terus memaksanya sampai ia mengiyakan.

Sera tersenyum semakin lebar saat mendengarnya, ia lalu menyebutkan pesanannya dan Kavi sebelum melanjutkan ke pembayaran.

***

Malam harinya, Sera berbaring tengkurap di ranjang sambil menonton drama Korea. Ia tidak memiliki janji untuk keluar bersama teman-temannya, jadi waktunya ia manfaatkan untuk melihat drama Korea karena kebetulan ia juga tidak memiliki tugas kuliah.

"Gimana judul skripsi kamu?" tanya Kavi penasaran.

"Belum di ACC sama prodi," sahut Sera karena memang beluma ada kabar mengenai judul dan dosen pembimbingnya. Sera hanya bisa berharap semoga saja dosen pembimbingnya nanti baik.

"Semoga segera dapat kabar supaya bisa kamu kerjain." Sahut Kavi.

"Hmm." Gumam Sera yang matanya sudah kembali fokus dengan layar ponselnya.

Dengan iseng Kavi melirik layar ponsel Sera karena melihat gadis itu yang begitu fokus. Saat bisa melihat apa yang Sera tonton, Kavi langsung menggelengkan kepalanya.

"Astaga," ucap Kavi yang sudah tidak tahan lagi.

Sera seketika memegang dadanya karena kaget mendengar suara Kavi yang terlalu dekat di telinganya.

A Dream WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang