Sudah satu minggu berlalu semenjak kejadian memalukan harus dialami Sera saat Kavi tidak sengaja melihat panties-nya ketika ia sedang tidur. Selama itu pula Sera berusaha menghindari pria itu dan berbicara seperlunya saja. Tapi sepertinya pagi ini Sera tidak bisa menghindari Kavi lagi karena mereka harus berangkat bersama menuju kampus.
Awalnya Sera menolak untuk berangkat bersama, tapi Mamanya sudah mengomelinya tadi dengan mengatakan jika ia suka membuat keadaan menjadi rumit. Karena minta membawa mobil sendiri-sendiri padahal ia dan Kavi satu arah. Padahal apa yang Sera lakukan semata-mata hanya untuk menghindari Kavi.
Dengan lesu, Sera menyandarkan kepalanya di sandaran kursi sambil menatap jalanan di sampingnya. Ia tidak mau menatap Kavi yang sedang fokus menyetir di sampingnya.
"Kamu nanti pulang jam tiga sore kan?" tanya Kavi membuka percakapan setelah hening cukup lama.
"Iya." Gumam Sera.
"Jangan tinggal Mas, nanti kita pulang bareng." Kavi sudah tahu kelakuan Sera yang bisa saja meninggalkannya untuk pulang duluan. Apalagi sekarang mereka sedang mengendarai mobil gadis itu.
"Bisa nggak Mas pulang naik ojek aja?" tanya Sera.
"Nggak masalah, tapi ketika pulang nanti Mas akan bilang ke Mama kalau kamu tinggal."
Sera langsung mendelik menatap Kavi, jika seperti itu sudah dipastikan ia akan kena omel jilid dua dari Mamanya hari ini. Dan ia tidak mau hal itu sampai terjadi karena telingnya bisa panas nanti.
"Nggak asik banget, sekarang mainnya ngancem." Cibir Sera.
Kavi hanya mengedikkan bahunya tidak peduli, hanya itu cara yang bisa Kavi lakukan untuk mengendalikan Sera karena gadis itu masih belum bisa menurut kepadanya.
Ia tahu seminggu ini Sera sengaja menghindarinya semenjak kejadian waktu itu ketika gadis itu tidur siang. Tidak hanya Sera saja yang kesulitan selama seminggu ini, Kavi pun juga merasakan hal yang sama. Bedanya ia berusaha mati-matian untuk menahan nafsunya, apalagi bayang-bayang panties gadis itu terus berputar di kepalanya hingga membuatnya semakin penasaran.
Saat tersadar Kavi langsung menggelengkan kepalanya, sepertinya pikirannya sudah mulai tidak sehat akhir-akhir ini dan itu semua karena ulah Sera. Ia berusaha memfokuskan pikirannya karena sekarang mereka sudah sampai di parkiran kampus.
Sera menatap tangan Kavi yang sudah terulur di hadapannya, dengan terpaksa ia mencium punggung tangan pria itu.
"Kuncinya kamu bawa apa Mas bawa?" tanya Kavi.
"Sini biar aku aja."
Setelah memberikan kunci mobil kepada Sera, mereka langsung berjalan sendiri-sendiri. Kavi menuju ruang kerjanya sementara Sera menghampiri teman-temannya di kantin sebelum mereka masuk ke dalam kelas.
***
Setelah selesai kelas, Sera mengantarkan Via terlebih dahulu ke kampus Vano sebelum ia pulang bersama Kavi. Ia sudah izin dengan pria itu barusan dan untung saja Kavi mengizinkankannya.
"Lo beneran nggak mau mampir dulu di kampus Vano, siapa tahu ada Raka juga nanti?" tanya Via untuk yang kedua kalinya.
"Enggak, gue langsung pulang aja ya nanti."
Via menghela napas pelan, ia tahu jika Sera sudah memiliki kemauan maka siapapun tidak akan bisa untuk mengubahnya.
"Yaudah, nanti kalau ada Raka gue akan sampaiin salam rindu lo ke dia." Via tersenyum menggoda kearah Sera.
"Sialan, nggak kayak gitu juga kali. Gausah bilang apa-apa kalau lo ketemu Raka."
"Kenapa? Gue masih merasa Raka milik lo begitu pula sebaliknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Dream Wedding
RomanceMencintai atau Dicintai? Mungkin sebagian perempuan akan memilih untuk dicintai. Namun berbeda dengan Anasera Yasmeen Effendi yang memiliki prinsip harus menikah dengan orang yang dicintai dan mencintainya. Ia akan merasa ilfeel apabila harus berhu...