Pagi ini Sera sudah heboh sendiri saat sedang bersiap-siap. Ia akan menagih janji Kavi kepadanya untuk mengantarkannya mewarnai rambut. Rasanya ia sudah tidak sabar merubah warna rambut hitamnya ini agar terlihat sedikit berwarna. Hal itu membuatnya senang di tengah kegundahan hatinya karena memiliki status baru sebagai istri.
Saat sudah siap ia tidak melihat Kavi di dalam kamar, dengan segera Sera keluar untuk mencari keberadaan pria itu. Ketika melihat Kavi sedang mengobrol bersama Omnya, ia lalu memanggilnya.
"Mau kemana kamu?" tanya Kavi heran melihat Sera sudah berpakaian rapi.
"Ayo kita keluar, kan Mas udah janji sama aku." Rengek Sera dengan kesal karena Kavi lupa dengan janjinya.
"Janji? Mas janjiin apa ke kamu?" Kavi semakin dibuat bingung dengan ucapan Sera.
Sera seketika menelan ludahnya gugup saat Kavi memanggil dirinya sendiri dengan sebutan Mas. Semalam pria itu masih memakai saya, kenapa pagi ini sudah berubah.
"Kan Mas izinin aku buat cat rambut. Ayo sekarang kita pergi ke salon."
"Astaga." Kavi hanya bisa menggelengkan kepalanya, jujur ia sudah lupa pernah mengizinkan Sera untuk mewarnai rambutnya sebagai syarat agar mau menikah dengannya dulu, "Harus banget ya sekarang? Di rumah masih banyak saudara kamu."
Sera seketika mengerucutkan bibirnya, "Mas lupa dua hari lagi aku udah masuk kuliah. Nanti aku pasti sibuk dan udah nggak sempat mewarnai rambut."
Setelah berpikir sebentar, Kavi akhirnya mengiyakan ajakan Sera. Sebelum gadis itu marah dan berubah semakin menjengkelkan.
"Yaudah, Mas ganti baju dulu."
Sera menahan senyumnya lalu berkata, "Kalau udah selesai tolong bawakan hp sama tasku diatas ranjang."
"Iya."
Dengan senyum yang sangat riang, Sera akhirnya turun ke lantai bawah sambil menunggu Kavi selesai bersiap-siap.
***
Pada akhirnya Sera dan Kavi berangkat menuju salon saat hampir siang. Mereka harus menunggu Tante dan Om Sera untuk pulang ke Bogor terlebih dahulu. Kini rumah Sera terlihat semakin sepi karena hanya tinggal satu budhenya saja beserta anak-anakknya yang berniat membantu Anita membersihkan rumah setelah kemarin dipakai untuk acara akad.
"Mau kemana kalian?" tanya Anita penasaran karena Sera seperti tidak sabar untuk segera keluar sejak tadi.
Saat Kavi akan menjawab, Sera langsung membekap mulut pria itu agar tidak membocorkan rencananya.
"Kepo deh Mama," sahut Sera dengan menyebalkan seperti biasa.
Hal itu sontak memancing decakan kesal dari Anita, "Nggak makan siang dulu?"
"Enggak Ma, udah telat banget ini." Setelah mencium punggung tangan Mama, Papa beserta budhenya Sera segera keluar dari rumah disusul oleh Kavi.
"Pakai mobil siapa?" tanya Kavi.
"Terserah, kan Mas yang nyetir." Sera hanya mengedikkan bahunya.
"Mobil kamu aja." Meskipun ia ikut membelikan namun nyatanya Kavi belum pernah memakai mobil Sera, hal itu membuatnya penasaran dan ingin mencoba mengendarai mobil gadis itu.
"Ini." Sera merogoh tasya lalu memberikan kunci mobilnya kepada pria itu.
Saat melihat jari Sera, Kavi menjadi salah fokus. Ia tidak melihat cincin di jari Sera, baik cincin nikah maupun cincin lamaran. Ternyata kebiasaan gadis itu belum berubah. Sebelumnya Kavi sering memperhatikan Sera dan ia tidak pernah melihat gadis itu memakai cincin lamarannya. Ia pikir setelah menikah Sera mau memakai cincinnya tapi ternyata tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Dream Wedding
RomanceMencintai atau Dicintai? Mungkin sebagian perempuan akan memilih untuk dicintai. Namun berbeda dengan Anasera Yasmeen Effendi yang memiliki prinsip harus menikah dengan orang yang dicintai dan mencintainya. Ia akan merasa ilfeel apabila harus berhu...